5

40.9K 1.1K 3
                                    

Kanadia Putri Wijaya....

Pesta usai tepat pukul 12 malam. Seperti kebanyakan pesta lainnya. Lenny sahabatnya kini sudah mabuk. Melantur tentang kehidupannya yang terasa memuakkan. Tentang pernikahan yang menjijikkan. Tentang jalan yang yang begitu sulit tapi tetap harus ia jalani. Karena itu adalah pilihannya.

"Udah gue bilangan juga ngapain married sih lo. Ndre, bantu antar Lenny ke kamarnya yuk." Kanadia mengajak Andre pria yang diam-diam menaksirnya, menaruh perhatian tanpa ia tahu. Atau lebih tepatnya ia memilih untuk pura-pura tidak tahu.

"Kalau aja si doi tau lo mabuk, kelar hidup lo Len"

"HHUEEEKKK." ancaman itu sukses membuat Lenny muntah tepat di baju Andre. Dari tadi hanya hanya berbicara ngawur yang untung saja tidak dimengerti oleh Andre, Lenny berulang kali mengucapkan nama-nama yang tak dikenal oleh pria Malang tersebut, tapi dikenal betul oleh Kanadia, bagaimana tidak. Lenny berulang kali menyebut nama itu diikuti sumpah serapah dengan mata penuh kekejian.

"Maafin Lenny ya Ndre, dia khilaf." Siapa yang memuntahkan, siapa yang meminta maaf. Tapi namanya sahabat bagaimana pun juga mereka berdua sama-sama tahu jika Lenny sadar, wanita itu pasti akan mengucapkan hal yang sama seperti yang diucapkan Kanadia pada Andre.

"Gak apa-apa Nad."Pria itu tersenyum sabar. Sesabar agen asuransi menawarkan paket ala asuransi agar tak terdengar seperti mendoakan jika sakit maka tetap aman. Atau jika celaka maka kematian dapat di cover. Walau tetap terjamin kehidupannya, tak ada yang pernah mau sakit, tata da yang mau celaka.

"Ini nih... nggak kekunci kamarnya." Kanadia tak membuang banyak waktu, ia langsung membuka kamar tersebut. Pintu ia buka dengan siku dan menendang sedikit hingga terbuka dan mempertunjukkan sepasang kekasih yang asyik bercumbu.

Si wanita yang sudah setengah telanjang, dan si pria mesum yang kini tak memakai baju, menyisahkan celana panjang hitam saja.

"..." Tak ada suara, tak ada yang berani membuka mulut. Semua diam saling memandang seperti sebuah film yang di pause selama lima menit.

Antonio.

Batin Kanadia bergelora dengan cepat. 
BRUUUKKK. Disusul suara benda yang jatuh.

Malam itu Kanadia menatap pemandangan yang membuat ia meragukan keputusan akan akhlak anak yang dikandungnya jika benar ia hamil, dan juga satu ucapan Syukur karena Lenny tak kunjung sadar, walau jatuh menubruk tanah. Tanpa sengaja Kanadia melepas pegangannya membuat kepala Lenny lebih dulu menyentuh lantai disusul seluruh tubuhnya.

***

"Kepala gue kok benjol ya?" Suara Lenny membuat Kanadia menelan ludah ketika gadis itu mempertanyakan warna biru bulat yang kini menghuni jidatnya.

"Gak tahu, makanya jangan suka mabuk."

"Kalau disuruh milih, gue juga gak pengen mabuk."

"Gak ada sejarahnya orang doyan minum tapi gak mabuk." Timpal Kanadia pada sobatnya yang suka ngeyel.

"Itu dia, gue ga bisa berhenti minum, abisnya enak Nad."

"..."

"Lo kenapa?" Giliran Lenny yang mempertanyakan wajah sahabatnya sedang melamun. Ada tampak seperti biru lebam yang kasatmata. Sesuatu hal seakan-akan membuat Kanadia, wanita cuek yang tak pernah perduli itu berpikir tentang sesuatu dan kemudian muram. Seakan-akan ada yang baru saja menjatuhkan gadis itu dari lantai tujuh ke lantai dasar.

"Gak apa-apa."

"okelah kalau begitu Gue balik ya bray. lo masih mau disini?."

"Iya, besok balik" Kanadia memejamkan matanya, mencoba menghilangkan tontonan tadi malam yang seakan-akan menumbuk wajahnya sendiri. Bagaimana bisa dia hilang kewaspadaan. Bagaimana bisa ia mempercayai pria. Harusnya ia lebih selektif lagi dalam memilih benih.

BAD GIRLSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang