Part 8

3K 162 12
                                    

Hai! hari rabu nih ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai! hari rabu nih ya.

*gue mau ngasih tau nih ya :D

Gue adalah penulis karakter novel yang tidak terlalu suka dengan sosok "Terlalu lembut" atau "terlalu manis" atau apalah sejenisnya. Dan karakter Justin di sini meskipun dia bisa sangat romantis, tapi ada sisi tegas dan kasarnya. Jadi jangan protes kalo ada adegan kekerasan meskipun itu sama Ellen sekalipun. Karena adegan romantis cuma buat bumbu aja,.#oaduh :D

So, Justin bukan sepenuhnya Justin yang manis, dan selalu lembut kepada Ellen. Kenapa? Biar nantang aja. Tapi untuk part ini, mungkin enggak lah, tunggu tanggal mainnya.

Happy reading!

**************************************************************

Seorang gadis dengan wajah yang pucat meneguk segelas wine untuk yang kesekian kalinya. Matanya sayu, namun ia terus tersenyum saat menatap sebuah foto di ponselnya. Foto seorang laki-laki yang sangat dicintainya. Ia tidak mabuk, hanya terlalu banyak menangis menyebabkan mata dan hidungnya memerah.

Emma, gadis itu tidak pernah mabuk untuk menghadapi sebuah masalah. Ia akan menyikapi dengan sabar dan berusaha segera menyelesaikannya, bukannya justru mabuk-mabukan yang pada kenyataannya tidak menyelesaikan apapun. Mungkin ia pernah pernah mabuk beberapa kali, itupun karena pesta, bukan karena frustasi.

Beranjak berdiri, Emma meletakkan ponsel dan gelas ramping yang sudah kosong di atas meja. Ia menghapus air matanya, menuju kamar mandi untuk mencuci wajahnya. Rasanya air matanya sudah kering dan ia sudah lelah terisak begitu menyedihkan seorang diri. Tidak ada seorangpun yang menemaninya.

Emma berdiri di depan cermin kamar mandi, mau tidak mau ia harus menghadapi kenyataan. Ia hanya tempat pelampiasan, mengapa ia begitu senang saat itu?

Melupakan tujuannya, tubuhnya meringsut pada dinding kamar mandi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melupakan tujuannya, tubuhnya meringsut pada dinding kamar mandi. Matanya sudah berkaca-kaca kembali, namun ia menggeleng. Tidak boleh menangis lagi, itu akan menguras tenaga dan tentu saja sia-sia. Bukankah ia masih bisa menjadi teman yang baik dengan laki-laki itu?

Ponselnya berdering, ia menoleh ke arah pintu. Tidak mungkin laki-laki itu yang menelepon bukan?, mungkin saat ini laki-laki itu tengah menikmati waktunya dengan orang yang benar-benar dicintainya.

Behind The Camera [Justin Bieber]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang