Happy reading and enjoy👌
***********************************************
Ellen Point of ViewTinn..tin..
Aku menoleh pada Hayden yang sudah menggerakkan mobilnya untuk memutar balik, kurasa dia akan langsung pulang ke rumahnya. Aku melambai padanya setelah mengucapkan terimakasih dan dia membalasnya dengan satu kedipan mata. Sengaja aku memintanya tetap di mobil saja, karena akan bermasalah jika Justin melihatnya. Sedangkan di telepon tadi aku mengatakan akan bersama dengan supirku.
Hayden menghantarkanku untuk menemui Justin dan dia juga yang mengizinkanku pada Kenny dengan alasan aku ingin menginap di rumah Justin.
Dan memang sebenarnya iya. Bagaimana tidak jika keadaan laki-laki itu sedang dalam kondisi setengah sadar. Aku sempat dibuat emosi karenanya. Bagaimana dia bisa pergi ke club dan pulang hingga semabuk ini? Ditambah dia sendirian tanpa Scooter ataupun supir maupun bodyguard."Aku mencintaimu juga"
Tatapanku mengarah pada Justin lewat jendela pintu mobil yang terbuka, dia memajukan bibirnya padaku dan mengedipkan satu matanya. Astaga.
Aku memutar bola mataku jengah. Sikapnya ini benar-benar tidak lucu sama sekali.Membuka pintu mobilnya, tanganku lantas mendorong pundaknya agar segera bergeser ke kursi lainnya. Aku akan mengambil alih untuk menyetir karena tidak mungkin Justin yang membawanya jika aku masih ingin hidup besok. Aku tidak mau ada berita kecelakaanku bersama Justin di saat filmku bahkan belum selesai.
Dia memejamkan matanya setelah menyapaku, seolah tidak kuat lagi. Aku bertanya-tanya berapa botol yang sudah ia habiskan malam ini. Melihat keadaannya seperti ini aku benar-benar yakin jika dia sembarangan saat meminum alkohol. Aku bersyukur karena dia masih bisa menyetir sampai di jalan ini dan dia masih bisa mengingat dengan baik.
"Justin berpindahlah ke sana" ucapku sembari mendorong pundaknya lagi. Aku gemas sekali jika dia sedang mabuk seperti ini. Ia sudah seperti mayat hidup.
"Kau mau apa?"
"Biar aku saja yang menyetir"
Kepalaku memendar ke sana kemari, aku takut ada polisi yang menghampiri kami karena telah memarkirkan mobil di pinggir jalan dan ini memang bukan tempatnya."Menyetirlah kalau begitu"
"Bergeserlah kalau begitu"
Justin membuka matanya, lalu menatapku yang saat ini berdiri di sampingnya. Aku mengangkat kedua alisku menunggunya segera bergerak, apa berat sekali hanya untuk bergeser sebentar saja? Lagipula aku tidak menyuruhnya untuk bergeser ke Antartika. Dan jika memang aku bisa memindahkannya dengan tendanganku, maka aku akan melakukannya.
"Kau menyetir di sana saja" dia menunjuk kursi di sampingnya dengan wajah polos. Oh aku ingin membakar diri saja!
Aku berdecak sebal, "Justin, setirnya ada di sini"
Menarik kepalanya, aku memposisikannya agar dia bisa melihat setir mobil di hadapan matanya hingga ia sedikit menunduk.
Namun nyatanya dia hanya bereaksi seolah baru menyadari jika ia berada di jok pengemudi."Kalau begitu pindahkan saja setirnyaa..mengapa harus aku yang bergeser?"
"Pindahkan saja otakmu yang masih berada di punggungmu!" Gertakku.
"Hei kau kejam sekali!"
"Cepatlah Justin! Kita berada di jalan raya"
Dia menatapku yang sedang melotot dengan wajah yang seolah baru saja dianiaya. Alisnya menyatu dengan bibir mengerucut lucu. Kalau begini bagaimana aku bisa bertahan untuk terus marah padanya? Dia terlihat seperti anjing peliharaanku yang menggemaskan. Dan aku ingin tertawa. Namun aku terus menahannya karena aku tidak mau terlihat terlalu baik padanya, biarkan dia berfikir jika aku melakukan ini dengan terpaksa karena aku adalah tunangannya. Bukan karena aku khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Camera [Justin Bieber]
FanfictionEllen, gadis itu meninggalkan Justin 2 tahun lalu dengan alasan konyol. Hal itu membuat Justin depresi hingga ia berubah menjadi seseorang yang buruk dan menyedihkan. Lalu, mereka bertemu kembali dalam sebuah drama yang mengharuskan keduanya bermain...