Part 26. I own you (2)

496 30 20
                                    

Ya ampun kukira udah diupload, ternyata cuma disave -_-
Sorry..but happy reading

but happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.














"I said..don't cry"
Justin tersenyum manis sekali, ia mendekati tempat tidur, menarik tangan kanan El yang terborgol dengan rantai yang panjang. Jadi itu tidak menghalangi ruang geraknya.
El terpejam, dengan nafas yang tersengal-sengal ia meremas rambut di kepalanya frustasi. Apa yang dialaminya sungguh di luar dugaan,

"Okay..okay. Lihat, aku akan melepaskan tanganmu"  Justin melihat pergelangan tangan El sudah memerah akibat berusaha melepaskan diri.
Hal itu terlihat cantik di mata Justin. Sungguh menyenangkan melihat El kesakitan seperti ini.

"Aku ingin pulang, Justin. Kumohon...mengapa kau melakukan ini padaku?"

Laki-laki itu membuka rantainya dengan santai, penuh kelembutan dan hati-hati.
"Bisakah kau diam, El? Tidak ada gunanya kau terus menangis seperti itu"

Setelah berhasil membuka rantainya, Justin melemparnya ke sembarang arah.

"AKU TIDAK MAU DIAM!!"

"Ssssh" Justin meletakkan jari telunjuknya di bibirnya. Meskipun tidak ada seorangpun di luar sana yang dapat mendengar El, tetapi Justin hanya tidak suka jika gadis itu tidak mau menurutinya. Ia tidak suka El bertingkah seperti ini, seolah tidak pernah mengenal Justin sebelumnya. Sekarang bahkan gadis itu takut padanya.

Dan..yang benar saja. Apakah polisi tidak dapat menemukan jejaknya sama sekali? Bodoh. Jika saja Justin sudah kehilangan akal sehatnya, maka mayat El sudah tergeletak di jalanan saat ini karena polisi itu terlalu lamban dalam bekerja.

"Tidak ada yang bisa menemukanmu, dan kau tidak akan bisa melarikan diri semudah itu kalaupun sekarang aku melepasmu untuk mencari pintu"
Justin menarik pelan tangan El, menurunkan kedua kaki El ke lantai memposisikan tubuh gadis itu untuk menghadapnya, sedangkan ia berdiri di sisi tempat tidur.

"Kumohon Justin...kumohon.."

Menarik dagu El, Justin menatapnya intens. Air mata El terlalu banyak terbuang hingga matanya menjadi sembab, rambutnya yang sempat rapi saat ia dibawa kemari itupun menjadi agak sedikit berantakan, tetapi tetap mempesona seperti biasanya.
"Kau memohon untuk apa, sweety?ini rumahmu..jadi kau akan pulang kemana?"

El menggelengkan kepalanya,
"Aku membencimu! Sangat membencimu!"

Justin tersenyum, diusapnya dagu gadis itu lembut lalu detik berikutnya tangan kanannya terangkat.

"I love you too.." bisiknya pada El.




Plak..






"Bisa kau jaga mulutmu?" Tanya Justin setelah melayangkan satu tamparan di pipi El. Itu cukup keras hingga gadis itu terpejam kesakitan, masih menangis tersedu-sedu.

Behind The Camera [Justin Bieber]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang