2

235 11 0
                                    

   "Kalau hatiku sudah bilang berhenti, maka otakku juga akan menuruti perintah hatiku untuk berhenti mencari tentang dirimu."

~Natasya Olivia

¤¤¤

   Hari senin. Hari yang mungkin sebagian orang fikir sangat membuat malas. Setelah 24 jam lamanya tak bertemu pandang dengan bangunan yang berdiri kokoh Dengan 2 tingkat yang membuat siapapun segera ingin menuntut ilmu disana.
 
   Jam sudah menunjukkan pukul 06.00 sedangkan Via dan bang Eza masih dirumah untuk sarapan.

   "Bang, dek. Kalian berangkat jam berapa sih? Kok jam 6 masih belum berangkat?" Tanya momy.
   "Bentar lagi, mom. Lagian masih ada 30 menit lagi. Kan hari ini nggak bakal ada upacara. Pasti semua guru juga rapat. Palingan juga jamkos." Celoteh bang Eza.
   "Yasudah sih."

   Tiba-tiba, saat selesai sarapan Via berdiri. Sedangkan abangnya yang mengetahui maksud adikknya ikut berdiri dan berpamitan untuk berangkat sekolah.

   "Mom, abang ama adek berangkat dulu ya. Assalamualaikum.." ujar bang Eza.
   "Waalaikumsalam.."
  
   Sementara Via pergi tanpa meninggalkan sepatah kata apapun dan langsung menuju mobil.
 
    Sifat inilah yang sangat dibenci oleh momy dan dadynya. Via sekarang menjadi anak yang tak kenal sopan santun, dan menjadikan Via menjadi bad girl dan, yah, hingga saat ini. Sifat buruk itu belum hilang sampai sahabatnya kembali lagi kepada dirinya.

S
K
I
P

   15 menit perjalanan akhirnya mereka sampai didepan sekolah. Sesegera bang Eza memarkirkan mobil, sementara Via sudah keluar duluan dari mobil untuk mencari ruang kepala sekolah.

  Aneh abangnya sekolah disini bukannya tanya ama abangnya malah main myelonong aja tuh anak. Adik sapa sih? batin bang Eza.

>>Flashback on

   Saat tengah malam, Via yang tak bisa tertidur memutuskan untuk turun kebawah untuk mengambil air dan snack, dan segera menuju dapur agar Via bisa melanjutkan tidurnya. Mungkin akibat kelaparan Via jadi susah tidur. Saat berada didapur, Via mendengarkan suara televisi menyala dari arah ruang keluarga.

   Siapakah disana? Batin Via.

   Saat didepan ruang keluarga tenyata ada bang Eza yang menonton televisi.

   Ngapain dia nonton tv malam-malam begini? Batin Via.

   Via langsung menjatuhkan pantatnya diatas sofa yang empuk itu. Dan sontak bang Eza yang tadi serius liat tv malah kaget.

   "Eh.. anj--"
   "Astagfirullah, dek. Lo ngapain malem-malem buta kek gini belum tidur. Besok lo sekolah. Tidur gih."
  
   Via hanya menoleh sekilas kearah abangnya tanpa mengucap kata apapun.
  
   "Dek. Gua ngomong ama lo. Malah dikasih kacang lagi. Oh,, lo pindah profesi? Dulu pelajar sekarang tukang kacang oeyy.. ahahahaha.."
   
   Mendengar sindiran dari abangnya Via hanya memberi tatapan tajam dengan wajah dinginnya.

   "Ya elah.. lo ngapa sih dek? Gua ngerasa kek orang gila deh. Ngomong ndiri jawab ndiri."
   "Emang." Ujar Via.
   " wah,, kurang kacang ya lo. Minta dikasih timun nih biar seger."
  
   Via tak menjawab kata jahil dari abangnya, memang bang Eza dan Via akhir-akhir ini jarang berbicara. Padahal, dulu mereka sering banget ketawa bareng, main bareng dan jahil bareng.

   Via lebih dalam menatap mata abangnya, dan membuat abangnya ketakutan.

   "Dek lo nga--"
   "Gua minta, pas besok disekolah. Kita pura-pura gak kenal." Ujar Via dengan nada datar.
   "Haa? Kok gitu, dek? Wah gak asik lo. Tapi, itu kalimat terpanjang lo, dek. Wah, akhirnya adik gua gak bisu lagi." Ujar bang Eza dengan senang.
   "Eh.. tapi, kalo misalkan kita nggak saling kenal terus pulang perginya gimana? Masa gua naik mobil terus lo naik angkot, dek?" Tambahnya lagi.
   "Gua turun waktu pas gak ada orang, bego." Jawab Via sinis tak lupa disertai nada datar.
   "Hum. Yasudah. Udah lo tidur gih. Dah,, adik gua yang paling cantik dan manis, tapi dingin dan cuek. Gnight."

   Via bangkit dari sofa dan kembali keatas menuju kamarnya dan saat dikamar ia melihat kearah langit-langit dan akhirnya kelopak matanya menutup. Ia tertidur. Sementara Snack dan minumannya yang ia bawa dari dapur masih tergeletak diatas nakas.
 

<<Flashback off

   Saat sampai didepan ruang kepsek, Via tau betul dimana ruang kepsek karna ini adalah sekolah milik eyangnya. Dan masih belum berubah letak dan posisinya, hanya diperbesar lapangannya dan ditambahkan kelas.

   Tanpa mengetuk dan juga salam, Via masuk dan membuat semua guru yang berada didalam ruang guru tercengang. Belum ada murid yang masuk ruang guru dan ruang kepsek tanpa salam dan ketukan pintu. Hingga semua guru tersadar siapa yang masuk ruang guru tanpa ketukan dan salam.

   Bagi guru yang sudah lama berada disana memang sudah jadi kebiasaan anak perempuan ini dari dulu saat diajak dady atau abangnya kesini. Padahal, Via juga sudah menginjak sekolah menengah atas. Tapi, kelakuannya masih tidak berubah. Dan semua guru memakluminya.

   Bahkan beberapa guru dari sana dulu juga sering menasehatinya, bahkan memarahinya, tapi apa daya, Via tetap tak goyah dengan sifat maupun kepribadiannya.

   "Natasya Olivia Vanangel Alvaro, Via. Cucu pemilik sekolah ini. Adik kandung M. Rizki Eza Alvaro. Keluarga Alvaro. Apa kabar?" Tanya pak Adam selaku kepala sekolah.
  
   Via hanya menjawab dengan senyum tipis, sangan tipis dan itupun terpaksa. Lalu, salah seorang guru yang berada disana ditunjuk untuk mengantar Via kekelasnya.

   "Via, kenalkan nama ibu. Bu Eka. Saya wali kelas kamu. Dan kamu masuk di kelas XI IPA."
  
   Via menjawab dengan anggukkan singkat tertanda mengerti.

Tok.. tok.. tok..

   Terdengar suara gemuruh dari kelas XI IPA. Terdengar ada yang teriak-teriak. Bernyanyi. Memukuli meja. Dan ada yang memainkan phonsel miliknya. Lalu, saat salam dikumandangkan suara itu mendadak berhenti dan semua murid kembalu ketempat duduknya.

   "Assalamualaikum anak-anak.."
   "Waalaikumsalam, bu.."
   "Anak-anak hari ini ada temen baru dikelas kalian. Via, silahkan perkenalkan diri kamu."

KRIKK.. KRIKK.. KRIKK

   Berselang 5 menit hanya suara hembusan nafas dari siswa siswi yang ada disana dan juga bu Eka. Hening. Lalu Via menoleh kearah sekitarnya dan memulai membuka mulutnya.

   "Cukup panggil gua Via." Ucap Via sambil tersenyum tipis dan mengalihkan pandangannya lurus kedepan lagi

   "Hmm..Cuman itu, Via? Tak ada lagi? Cukup?" Tanya bu Eka.
  
   Via hanya mengangguk pelan sebagai jawaban. Tentunya sang guru juga harus sabar dalam menangani sifat Via yang dingin. Dan juga menyebalkan.

   Terlihat beberapa sorot mata laki-laki yang melihat dirinya dari atas dan bawah, hingga menanyakan sesuatu yang tak penting baginya.

   "Udah punya pacar belum?"
   "Wih.. cantik."
   "ID line dong, boleh?"
   "Terimakasih ya allah, engkau telah memberi hamba jodoh yang cantik."
   "Buset,, bidadari jatuh dari mana, nih?"
   "Dingin banget wajahnya."
   "Wah, ada saingan baru nih, lo."
   "Gua jadiin gebetan boleh juga nih."
   "Cakep bener. Ini orang ato malaikat?."
  "Waduh.. kelihatannya susah nih didapetin. Wajahnya datar begitu. Tapi, gak papa. Yang penting cakep."

   "Baiklah, Via kamu duduk disebelah--

   Ucap bu Eka berhenti saat melihat sekeliling untuk mencari bangku yang kosong. Yap. Ketemu. Disebelah lelaki itu.

   "Diseblah Angga ya. Tolong, yang namanya Angga berdiri."
  
   Angga berdiri dan menampilkan senyuman lebar terpampang dimukanya. Dilihatnya 2 buah lubang cekung berada dipipinya ikut membesar.

   Dengan langkah gontai Via berjalan kearah Angga, dan pandangannya tetap lurus tanpa ada belokan sama sekali. Saat berada tepat disebelah meja Angga, Via menolehkan wajah sekilas kearah Angga.

   Lumayan. Batin Via

¤¤¤

Assalamualaikum..
Tinggalkan jejak ya..
Vote dan koment..
Makasih..
Wassalamualaikum..

Do You Miss Me? [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang