7

122 6 0
                                    

   "Kalau gue bilang 'iya' semua yang gue mau pasti terkabul meski dengan konsekuensi yang besar."

~Natasya Olivia

¤¤¤

   Suara teriakan dari bang Eza menggelegar membuat kedua orang tua mereka turun kebawah melihat apa yang terjadi.

   Sedangkan dibawah bang Eza yang masih syok melihat keadaan adiknya terkulai lemas diatas lantai yang dingin. Dengan cairan kental berwarna merah turut serta tumpah saat adiknya jatuh kelantai.

   "Ada apa ini?" Suara keras dan tegas dady memecahkan keheningan.
   "Maaf bos. Jadi tadi saya melihat non Via kembali balapan liar dan berkelahi dengan temannya." Ucap salah satu suruhan dady.

   Dady kaget melihat pernyataan dari salah satu suruhannya. Dan dady kembali bergeming.

   "Kalian angkat Via." Suara dady kembali terdengar.

   Dengan segera dua orang suruhan dady mengangkat tubuh lemas Via. Dengan kepala menunduk dan tak dapat bicara. Sedangkan cairan kental berwarna merah itu masih menetes dari arah hidungnya dan disalah satu sudut bibirnya.

   "Astagfirullah, Via." Ucap momy kaget dan syok melihat anak bungsunya terkulai lemas dan menutup mulutnya denga kedua tangannya dan cairan bening dari pelupuk matanya kembali menghadiri kejadian ini

   "Kamu kenapa, Via?" Tanya dady sekali lagi.

   Naas, sayangnya luka disekujur tubuh Via membuat ia tak berdaya, berbicara saja bahkan sangat susah.

   Bi Ina yang baru saja dari dapur untuk mengambilkan beberapa snack dan tiga buah gelas yang berisi sirup untuk ketiga teman bang Eza menjatuhkan nampan dari tangannya. Dan itu membuat semuanya menoleh cepat kecuali, Via.

   "Astagfirullah, non Via kenapa tuan, nyonya?" Tanya bi Ina cemas.

   Bi Ina mulai berjalan mendekat kearah Via. Namun, sebuah tangan besar mencegahnya dan mendorong tubuh rentan bi Ina. Sehingga bi Ina terjatuh kearah lantai dengan tersungkur.

   Dengan sekuat tenaga Via menoleh kearah bi Ina yang terjatuh. Disaat Via melihat sebuah tangan besar meregang kearah bi Ina dengan cepat dan sekuat tenaga yang tersisa. Via mendorong tubuh kedua suruhan dadynya dan menendang kepala keduanya. Lalu berlari kearah bi Ina yang menangis.

   Via kembali terjatuh saat berlari kearah bi Ina. Via bangkit lagi dan berlari. Jatuh. Sakit. Itu yang ia rasakan saat ini. Namun, saat ini ia tak mementingkan dirinya sendiri, melainkan seseorang yang sangat ia sayangi, bi Ina.

PLAK..

   Akhirnya, sebuah tangan besar itu mendaratkan satu tamparannya dipipi mulus seorang perempuan yang ada tepat didepannya.

   Dengan cepat dady yang menyadari apa yang ia lakukan kepada perempuan itu menarik tangannya dan menoleh kearah seorang perempuan yang baru saja ia tampar dengan keras.

   "Via." Suara lirih dady terdengar.

   Bi Ina yang menangis berusaha berhenti dan melihat keadaan disekitarnya. Ia mendapati Via terkapai diatas lantai yang dingin dan masih memuntahkan sejumlah darah. Lagi.

   "Non Via." Bi Ina segera bangkit dan memeluk tubuh lemas Via yang terkulai diatas lantai.
  
   Dilihatnya Via tersenyum tulus kearahnya. Ia mengerti senyuman itu. Bahwa ia baik-baik saja. Namun, tidak dengan sekarang. Ia sedang tidak baik-baik saja.

   "Bi, se--ka--rang bi--bi ma--suk ke--da--lam ka--mar bi--bi a--ja y--a." Suara lirih Via kembali terdengar dan nadanya terputus-putus. Dan nafasnya memburu dan tersenggal-senggal.

Do You Miss Me? [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang