18

46 5 3
                                    

"Gue nggak bisa janji buat ngembalikan sifat gue 100% kayak dulu lagi."

~Natasya Olivia Vanangel A

¤¤¤

   Mereka berkumpul ber-3 diruang tamu. Terlihat kebahagiaan yang menyelimuti mereka. Bang Eza, kak Andi, kak Ale, Rangga dan Via. Terlihat bang Eza dan Rangga yang sedari tadi terlihat asik bermain playstation, sedangkan kak Andi dan kak Ale yang dari tadi melakukan hal bodoh didapur dengan mengerecokin bi Ina. Dan alhasil tinggal Via yang termenung sendirian.

   Sedari tadi Via nggak ada temen main, mau nongkrong dilarang sama dady, mau lanjutin tidur dilarang sama momy, mau ke basecamp nggak boleh sama bang Eza. Repot.

   "Bang, lama banget lo mainnya."
   "Bentar ngapa sih, dek. Lo nggak liat dari tadi gue kalah mulu main ini dari tadi sama si fre--" belum selesai bang Eza melanjutkan pembicaraan Rangga sudah membobol gawang bang Eza. Dan alhasil ia kalah lagi.
   "Kan, gara-gara lo sih, dek. Gue kalah lagikan main sama nih cucunguk satu. Susah amat sih." Bang Eza langsung berdiri pergi meninggalkan ruang tamu dan berjalan menuju dapur.

   Hanya Via dan Rangga yang ada diruang tamu, dan hal itu membuat suasana canggung. Akhirnya, sesuai janji Via sama bang Eza, Via harus jadi pribadi seseorang yang dulu bukan yang sekarang.

   "Dahulu kita terbiasa selalu menunggu terus menunggu~" Via mulai menyenandungkan lagu yang akhir-akhir ini sering ia dengar.
   "Berharap hanya gue saja yang ninggalin dia, saat dia sayang. Terla--" Belum sempat Via menyambung lirik yang ua buat asal, ia dilempar bantal oleh seseorang.
   "Heh, lo gila ya?!" Via bangkit dari sofa dan berkacak pinggang sambil melotot.
   "Gue?" Jawaban Rangga justru membuat Via semakin naik darah.
   "Tetangga gue. Ya elo lah!"
   "Oh."
   "Lo bener-bener gak wa--" Belum selesai Via berbicara sudah dipotong duluan sama momy.

   "Eh ada tamu. Via kok nggak bilang kalo ada tamu." Via menjawab dengan mengendikkan bahu.
   "Temennya abang atau temennya adek ini?"
   "Abang." Jawab Via ketus.
   "Aduh.. anak momy kalo jawab ketus banget yak. Nurunin siapa kamu?"
   "Singa betina yang baru bunting." Jawab Via asal.
   "Ahahaha.. adek makin hari makin berubah ya."
   "Via bukan power rangers, my."
   "Bukan itu, adek. Oh iya, jadi lupa kan. Adek cepet ganti baju kita mau ke mall buat belanja baju buat nanti malam." Ujar momy sambil mengamit tangan Via.
   "Eh--eh.. nggak,, nggak. Via nggak mau ke mall. Ngapain sih, my? Kalo mau shopping momy aja, Via nggak ikut. Mending Via tidur."
   "Ya allah, ini anak kok suka tidur sih. Ehmm.. maaf ya nak Rangga, momy pinjem Vianya dulu."
   "Lah, ngapain pakek pamit segala ke Rangga, my."
   "Kan barang kali jodoh. Momy setuju banget." Mendengar ucapan momy, Via langsung melepas tangan momy yang memegang pergelangan tangannya.
   "Apaan sih. Via nggak mau yang model begonoh. Buat momy aja kalo momy mau." Ujarnya sambil melangkah menuju kamar.
   "Aduh, maaf ya, Rangga. Sifat Via balik lagi. Dulu memang Via dikenal sebagai anak baik-baik, eh tapi makin kesini makin turun dianya. Maaf ya." Rangga yang mendengar ucapan momy langsung menggeleng.
   "Yasudah kalau begitu, momy mau ke kamar, ngambil kunci mobil." Ujar momy sambil tersenyum kecil.

   10 menit kemudian Via turun dari kamar dengan keadaan yang bisa dikatakan lebih rapi daripada biasanya. Via memakai kaos polos berwarna putih, kemeja berwarna abu-abu, joggerpans berwarna abu, sepatu berwarna abu-putih, dan tas ransel kecil berwarna hitam. Sejak kecil Via lebih suka memakai ransel dari pada tas selempang. Katanya biar nggak ribet.

   Via berjalan melewati anak tangga dengan tongkat penyangga disebelah kanan dan tas ransel yang disampirkan dibahu kirinya. Saat ia mencapai tangga terakhir ia langsung mendelikan matanya saat melihat ruang tamu yang sudah seperti kapal pecah.
  
   Bantal sofa yang hilang entah kemana, bungkus snack bertebaran dimana-mana, karpet yang kotor mungkin akibat minuman yang tumpah dan 3 orang lelaki yang sedang memainkan permainan ToD dan seorang lelaki yang masih fokus dipermainan didalam playstation. Wajah Via sudah merah padam menahan kesal. Vi paling tidak suka dengan seseorang yang jorok. Ia mengambil nafas lalu berteriak.

   "ABANGGG.." Bang Eza yang merasa namanya dipanggil namanya langsung bangkit dari duduknya yang mengelus dada. Sedangkan kak Andi dan kak Ale hanya bisa melongo mendengar teriakan Via. Sementara Rangga hanya menoleh sebentar lalu melanjutkan main lagi.
   "Masyaallah, dek. Lo mau buat gendang telinga gue pecah?"
   "Lo jorok banget sih jadi orang. Bisa nggak sih bersihan dikit. Lo nggak liat apa itu banyak bungkus bertebaran dan lo biarin. Sumpah lo jorok banget sih."
   "Ya elah, dek. Cuman gara-gara ini. Nanti kan dibersihin sama bi Ina." Mendengar ucapan bang Eza, Via langsung mendekat dan menjewer kuping bang Eza.
   "Aww--aww-- sakit, dek."
   "Oh, jadi begini ya. Lo tau gak lo itu keterlaluan banget jadi orang. Nggak punya rasa kasihan dikit apa. Seenggaknya beresin semua sampah lo." Ucap Via sambil mengemcangkan jeweran ditelinga bang Eza.
   "Nanti--aww--gue beresin--aww." Belum sempat Via menjawab perkataan bang Eza, momy memotong pertikaian mereka.
   "Eh ada apa ini?"
   "Ini loh, my. Bang Eza nyampah."
   "Hmm.. bang nanti abang harus bersiin semuanya ya. Momy pulang harus udah rapi semua tanpa bantuan bibi. Inget itu."
   "Tap--"
   "Nggak ada tapi tapian, Muhammad Rizki Eza Alvaro."
   "Iya, my." Ucap bang Eza sambil memajukam bibirny beberapa centi.
   "Oh iya, bang. Momy sama adek mau keluar bentar. Jaga rumah jangan sampek hancur. Oke?"
  "Hmm.."
   "Yaudah kalau begitu momy berangkat, assalamualaikum.." ucap momy sambil merangkul Via.
   "Waalaikumsalam.."

   15 menit mobil ferrari berwarna merah itu membelah keramaian kota Jakarta dimalam hari. Momy dan Via akhirnya sampai dengan selamat ditempat tujuan.

   Momy langsung mengajak Via masuk kedalam butik langganan momy. Momy mulai memilih gaun yang cocok untuk digunakan untuk nanti malam. Dan seenggaknya cocok juga dengan Via. Melihat tingkah laku Via, momy jadi takut nanti tidak cocok dengan Via.

   Sedangkan Via hanya bisa duduk diam ditempat duduk yang sudah disediakan dan memainkan handphone miliknya. Momy datang menuju Via sambil membawa dua buah gaun yang berbeda. Satu berwarna soft pink dan satu lagi berwarna blue sky.

   Dan sangat jelas bila Via lebih memilih warna biru karna ia selain suka warna abu ia juga suka warna biru. Akhirnya, momy memutuskan mengambil warna biru juga. Tinggal mencari jas untuk dady dan abang.

   Mereka berkeliling dari sudut satu dan sudut lainnya hingga mereka menemukan warna yang cocok untuk dipadukan dengan warna gaun momy dan Via. Momy memilih jas berwarna hitam dan kemeja berwarna putih. Karna masih bingung Via memutuskan bertanya kepada momy.
  
   "Terimakasih ya, bu." Ucap sang kasir.
   "Iya sama-sama."
   "My, sebenarnya nanti malam kita mau kemana sih? Kok kayaknya Formal banget?"
   "Kita mau makan malam sama keluarganya sahabat dady."
   "Oh, Keluarganya siapa, my?"
   "Temen dady yang punya perusahaan di Aussie itu loh, dek. Sekalian ada yang mau kita bahas."
   "Kok gak nyambung sih momy ini. Via tanya apa, momy jawab apa."
   "Ehehe.. ada lah, adek jangan kepo deh" Mendengar ucapan momy, Via yang penasaran mulai mengerenyitkan dahi.
   "Ya allah, my. Timbang bilang nggak bayar juga."
   "Liat aja besok. Oke?"
   "Hm."


¤¤¤

Yolooo...
Masih ada yang nunggu cerita absurd aku?
Tinggalkan jejak yaa...

Terima kasih💙

Do You Miss Me? [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang