12

110 1 0
                                    

  "Kalau misalkan lo nggak kuat buat lihat kebelakang jangan dilihat dan jangan dikenang. Tapi, jadikan hal itu sebagai pelajaran berharga buat lo."

~Rangga M. Syaidani

¤¤¤

   Setelah 30 menit berada dalam keadaan canggung diruang inap Via, Via akhirnya memutuskan untuk mengakhiri kecanggungan itu dengan berpura-pura baru bangun dari tidurnya. Lalu ia mencoba menggerakkan kakinya.

   "Arghh.." ucap Via dengan memegang lututnya yang bisa dikatakan cedera parah.

   Sontak semua orang yang ada didalam ruangan itu langsung panik dan terutama bang Eza. Bang Eza langsung memencet tombol untuk memanggil dokter.

   Tak lama seorang dokter masuk dan seorang suster masuk ke dalam ruang inap Via.

   "Ada apa, Via?" Ucap dokter itu.
   "Itu, anu, kaki saya yang bawah sakit ya, dok.." Ucap Via dengan sakit yang tertahan.
   "Semua kaki ya dibawah, Via." Terdengar suara berat menyauti perkataan Via dengan nada dingin dan datar, siapa lagi kalau bukan si pangeran es.
   "Ya kan maksudnya bukan begitu, Ga." Ucap Via.
   "Hmm.. baiklah, saya periksa ya, Via"
   "Eh.. iya, dok."

   Setelah semua pemeriksaan telah dilakukan, Via kembali berbaring diatas tempat tidur. Dan setelah dirasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi, Dokter Rian pun berpamitan untuk mengecek pasien yang lain. Namun langkahnya terhenti saat Via memanggilnya.

   "Emm.. dok. Kalau boleh saya tau, saya pulangnya kapan ya, dok?"
   "Tunggu sampai kakimu benar-benar pulih ya, Via."
   "Ha? Yah.. masih lama ya, dok?"
   "Iya, dokter tau, tapi Jangan dirasakan sakitnya ya, Via. Penyakitnya pasti kalah sama Via. Via kan kuat. " Ucap dokter Rian sambil tersenyum dan mengusap puncak kepala Via, lalu ia keluar dari ruang inap Via.

   Kenapa kata itu nggak asing banget ditelinga gue? Batin Via.

>>Flashback on

KRING.. KRING..

   Hari minggu pagi yang indah untuk dilewatkan. Terdengar suara bel sepeda dari arah dua villa keluarga yang berada didekat danau. Terlihat sesosok anak laki-laki yang menaiki sepeda berwarna hitam polygon miliknya dan sesosok anak perempuan dengan rambut yang dikuncir kuda menaiki sepeda berwarna biru polygon miliknya.

   "Pia, pelan-pelan bawa cepedanya, nanti jatoh loh.." ucap anak laki-laki itu.
   "Enggak bakal kok, Dit. Didit tenang aja, Pia gak bakal jatuh kok, palingan nanti jatuhnya ketanah, xixixi.. " ucap sosok anak perempuan itu.
   "Yaudah, tapi Pia hati-hati ya"
 
   Yang diajak berbicara hanya menganggukkan pelan kepalanya. Ia terlalu asik bermain dengan sepeda kesayangannya. Namun, ia baru teringat akan suatu hal.

   "Eh, Dit. Kita balapan yok ke danau. Yang sampek duluan ke danau dapat hadiah."
   "Emang hadianya apaan, Via?"
   "Seterah Didit. Kalau Didit menang nanti bakal Pia beliin coklat deh atau nggak es krim. Didit kan suka coklat sama es krim. Ehehehe.."
   "Hmm.. tapi nanti kalo Didit yang kalah, terus Pia yang menang, nanti Didit beliin keju deh yang ada susu sapinya. Mooo.." ucap sosok anak laki-laki itu menirukan suara sapi.
   "Ahahahaha.. Didit persis banget mukanya kayak sapi. Ahahaha.."
   "Ehehehe.. oke sekarang kita hitung yok, Pia."
   "Ayokk.."
   "Satu.."
   "Dua.."
   "Ti--" belum selesai anak laki-laki itu melanjutkan hitungannya, sesosok anak perempuan itu sudah menjalankan sepedanya menuju danau.

   "Yah.. Pia curang." Ucap anak laki-laki itu dengan suara parau.
   "Biarin. Wlek.." ucap anak perempuan itu dengan menolehkan pandangannya kebelakang.

Do You Miss Me? [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang