16

43 3 0
                                    

  "Lo bakal tau gimana rasanya bahagia ketika lo tau keluarga lo yang dulu hancur berantakan sekarang harmonis kembali. Meski baru permulaan."

~Natasya Olivia

¤¤¤

   Disuatu senja ia terlelap masuk kebawah alam sadar. Ia tertidur dengan keadaan yang masih bisa dikatakan mengenaskan. Kamar berantakan, bantal dan guling yang tercecer kemana-mana, meja belajar yang sudah hampir tak berbentuk, rambut kusut, hidung dan mata yang merah, dan seragam yang masih setia menempel pada badannya. Via kacau.

TOK..TOK..TOK..

   Suara ketukan pintu dari luar kamar Via menggema dikamar Via. Namun, sang pemilik kamar masih enggan untuk membuka matanya dan masih nyaman dalam posisi seperti ini.

   "Via, nak. Ayo keluar kamar. Momy mau bicara sebentar sama kamu."

   "..."

   "Via, ayo buka pintunya, sayang."

   "..."

KREKK..

   Momy mencoba membuka pintu kamar Via. Namun, nihil Via telah mengunci pintunya rapat-rapat sejak tadi. Momy yang kebingungan dan panik segera berteriak.

   "DAD, BANG. CEPETAN KESINI." Teriak momy.

   Dady yang merasa dirinya dipanggil segera berlari kelantai dua untuk menemui momy. Dan bang Eza yang berada dikamar sebelah Via, ia langsung menghampiri momynya.

   "Ada apa, my?" Tanya bang Eza.
   "Hiks. Kamar Via dikunci dari dalem. Momy takut Via kenapa-napa."
 
   Dady yang nelihat itu langsung menarik momy kedalam rengkuhannya agar bisa menenangkan momy.

   "Momy tenang aja, Via pasti baik-baik aja kok." Ucap dady.
   "Tapi, Via dari tadi nggak mau buka pintunya, dad."
   "Mungkin Via capek kali, my. Makanya Via belum keluar."
   "Tapi, dad. Via daritadi nggak keluar kamar sama sekali. Mulai dari pulang sekolah tadi." Ujar bang Eza.
   "Ini semua salah momy."
   "Momy, nggak boleh ngomong gitu. Kalau Via denger pasti momy dimarahin." Ujar bang Eza yang langsung dihadiahi tangisan yang lebih keras dari momy.

   Seseorang yang sedang berada didalam kamarpun terbangun dari tidurnya dan berdecak kesal.

   Siapasih yang nangis? Berisik. Ck. Gak tau apa ada orang yang tidur. Ngantuk bet lagi. Ish. Batin Via.

   Ia mulai menguap karna masih ngantuk. Ia bangkit untuk berdiri dan mulai mengambil tongkat penyangga miliknya yang tergeletak dibawah lantai. Ia mulai menguap lagi. Ia membuka kunci pintu dengan pelan dan lansung membuka pintu. Dan hal itu membuat 3 orang yang berada diluar pintu diam mematung.

   "Berisik." Ucap Via datar dan menahan kesal setengah mati.
   "Via." Kedua orang tuanya pun langsung memeluk Via dengan rasa posessif. Sedangkan Via hanya bisa diam dan memasang wajah dingin.
   "Lepasin." Ucapnya lagi.
   "Maafkan, momy. Waktu adek dirumah sakit momy nggak bisa jenguk adek, karna ada rekan bisnis dad--" belum selesai momy berbicara sudah dipotong dahuli oleh anak perempuannya.
   "Via, nggak peduli. Sekarang, lepasin Via."
   "Tapi, momy sama dady kangen sama adek. Maafkan kami kalau kami salah. Kami tau kami sangat keterlaluan. Maafkan kami."

   Via masih memandang lurus kedepan tanpa mau menolehkan pandangannya. Hingga seseorang yang Via yakin sedang menahan tangis berpindah tempat. Ia tau kalau ia keterlaluan terhadap abangnya.

   "Adek mau maafin kami?"
  
   "..."

   "Dek."

   "..."

   "Maaf. Kalau adek belum bisa maafin kami, dady ngerti kok." Ujar dady.
   "Udah Via maafin."

   Mereka bukannya melepas pelukannya justru makin mempererat pelukannya. Hingga seseorang yang hanya bisa memandang menitihkam air matanya. Ia kecewa. Sangat kecewa.

   Dengan kasar Via melepaskan pelukan dari kedua orang tuanya yang selama ini Via sangat inginkan. Namun, sekarang ia hanya mementing perasaan abangnya yang hancur.

   Via mengikuti kemana arah langkah dan tujuan abangnya. Bang Eza berhenti tepat didepan sebuah kolam renang dan duduk. Ia memasukkan kakinya hingga lututnya ikut terendam. Ia menumpahkan segala amarahya dan kekecewaannya disana. Ia sedari tadi mencoba mengikhlaskan. Namun,tak bisa.

   Setetes demi tetes cairan bening dari mata coklat miliknya turun. Membuat beberapa garis ikut terbentuk. Didalam wajahnya ia tersenyum. Apakah dihatinya sama? Tidak. Ia hancur. Sangat hancur.

   Seseorang yang sedari tadi memperhatikan gerak-geriknya sambil bersender dipintu dan melipat kedua tangannya didepan dada. Ia hanya bisa tersenyum getir.

   Maafin gue, bang. Gara-gara gue lo hancur. Maaf. Batin Via.

   Karna terlalu lelah untuk berdiri ia mulai memberanikan diri untuk duduk disebelah abangnya.

   "Gue tau lo hancur, bang. Lo mungkin bisa nutupin hal itu dari semua orang. Tapi, gue enggak. Gue tau lo dari kecil." Ucap Via sambil memejamkan mata dan mendongakkan wajahnya ke atas.
   "Ahahaha.. apaan sih, dek. Lo itu jangan sok tau jadi orang." Ucap bang Eza sambil menghapus air mata yang membasahi pipinya tadi dan mulai tersenyum sambil memeluk adik kesayangannya dari samping.
   "Gue tau lo hancur. Dan ini semua salah gue. Gue minta maaf." Ucap Via sambil tertunduk dan memandangi pantulan dirinya dari air kolam yang jernih.
   "Alhamdulillah ya allah. Adek aku udah cembuh dari cakit. Cemoga adikku cehat celalu." Ucap bang Eza seperti anak kecil dan mungkin itu alibi untuk mengubah topik pembicaraan.
   "Sejak kapan gue sakit?"
   "Sejak lama, sejak Radit pergi, adekku jadi murung terus sampek dingin begini, xixixi.."
   "Gue tau lo gak jago dalam mengalihkan pembicaraan, bang."
   "Huft. Iya. Kali ini lo menang. Tapi gue sekarang harus banyak bersyukur. Lo tau kenapa?" Via hanya menjawab dengan gelengan kepala.
   "Adek gue udah banyak berubah. Udah nggak terlalu dingin, keluarga gue udah mulai harmonis lagi."
   "Tapi, hati lo gak harmonis, bang."
   "Jangan pikirin gue dulu. Fokus ke pemulihan lo dulu, dek."
   "Gak bisa. Lo abang gue. Kalo gue sedih lo sedih. Dan kalo gue seneng lo juga harus seneng."
   "Gak papa. Mereka jarang loh ngasih perhatian lebih ke lo. Dan lo harusnya bersyukur dan seneng."
   "Dengan keadaan hati abang gue hancur? Udahlah lo gak usah bohong sama gue."
   "Bohong apaan sih?"
   "Lo pasti ngerasa irikan kalo mereka ngasih perhatian lebih ke gue daripada lo. Lo iri sama gue. Gue tau itu. Gue minta maaf karna gue lo hancur."
   "Udah, sekarang nggak usah bahas ini dulu. Yang penting adek gue harus sembuh dulu." Via hanya mengangguk lalu memeluk erat abangnya. Dan abangnya pun membalas pelukan adiknya.

   Karna mereka berdua terlalu serius membahas masalah ini mereka tak sadar jika ada dua orang yang sedaritadi memperhatikan mereka. Iya orang tua mereka. Dady dan momy.

   Maafkan momy ya nak. Momy belum bisa jadi ibu yang baik buat kalian. Tapi momy janji, momy bakal perbaiki semuanya. Dan kembali dari awal lagi. Batin kecil momy mulai berbicara dan tersenyum kecil saat ia melihat kedua anaknya yang sedang menikmati keakurannya itu.
  

¤¤¤

Jangan lupa tinggalkan jejak..
Terima kasih💓

Do You Miss Me? [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang