3

199 14 0
                                    

  "Jangan salahkan waktu jika diriku berubah."

~Natasya Olivia

¤¤¤

   Selekas perkenalan singkat itu dimulai. Via masih berdiri tepat disamping meja Angga dan mengamati sekitar kelasnya. Dan mendapati seorang anak laki-laki yang berwajah datar nan dingin sepertinya tepat dibelakang tempat duduknya. Sendirian.

   Menyebalkan. Batin Via saat melihat kearah lelaki itu. Dia membayangkan jika lelaki itu dirinya, pastinya ekspreksi dan gerak-gerik mereka sama. Menyebalkan.

   Lamunan Via buyar saat bu. Eka kembali bersuara untuk mengisntrupsi kelas.

   "Baiklah, anak-anak sekian perkenalannya, semoga kalian bisa menerima Via sebagai teman kalian ya? Dan sekalian dihari ini kalian dipastikan tidak ada pelajaran, jadi ibu harap kelas bisa dikondisikan, ya Arul?"
   "Siap, bu." Jawab Arul selaku ketua kelas.

S
K
I
P

10 menit kemudian..

15 menit kemudian..

20 menit kemudian..

   Kelas kembali ramai seperti pasar. Kelas Via yang sekarang bahkan tak jauh-jauh dari sekolah yang dulu. Sama seperti pasar. Ramai. Via sangat benci dengan keramaian.

   Canggung. Itulah yang Via rasakan sekarang. Mengingat kembali bahwa sifatnya tidak seperti yang dulu. Jika ia masih memiliki sifat yang dulu kemungkinan besar Via yang akan memecah keheningan tersebut dengan berbagai cara.

   Tidak kali ini. Via tetaplah Via. Perempuan berwajah datar, dingin nan cuek. Sangat berbalik seratus delapan puluh derajat. Hingga seseorang disebelahnya mulai memecah keheningan dan kecanggungan diantaranya.

   "Kelas sepi kalo lagi kagak ada guru, saking sepinya nih, guru-guru yang nggak sengaja lewat sini pasti ceramah didepan kelas bentar. Cuma 30 menit kok." Terdengar suara teguh dan besar dari bangku sebelah Via. Dia berbicara pada Via, namun pandangannya tetap pada papan tulis putih didepan kelas.

   Ini anak ngomong ama gua? Batin Via.

   "Oh iya, kenalin nama gua Angga Muhammad Syaidani."
Ujarnya sambil menatap Via dan tersenyum kearahnya. Tangannya pun tak tinggal diam, dia mengulurkan tangan kearah Via.

10 menit..

15 menit..

   Jabatan tangan dari Angga tak diindahkan oleh Via, bahkan Angga pikir ini hanya lelucon untuknya dari Via. Membuat dia merasa tertantang.

   "Hum. Yasudah. Sorry kalo lo agak gak nyaman ama gua. Eh, btw lo nggak mau kekantin gitu? Makanan sama minuman disini enak semua lo." Ujarnya sambil tersenyum tipis.

   Dan tak lupa menarik uluran tangan yang sempat ia gunakan untuk berkenalan dengan Via. Dia hampir saja malu sendiri. Untung tak ada yang melihatnya.

   Buset dah, ini guru bener bet ngasih gua temen sebangku yang cerewet kek dia, yakali gua tanggepin. Batin Via.

   "Oh, iya. Kalo boleh tau. Nama panj--" suara Angga terhenti ketika seseorang didepannya memotong pembicaraan dia.

   "Eh anak bajaj, itu mulut kagak bisa direm apa? Kasian tuh anak baru, baru sehari duduk ama lo aja udah lo buat puyeng. Apalagi satu tahun. Eh gak ding, 1 tahun setengah. Kita udah kelas 2 SMA bro, bukan anak SD yang ingusan terus kenalan sama temen sebangkunya. Gua aja pusing nunggu lo kagak berhenti-berhenti ngomong." Ujar seseorang dari bangku depan.

   Sontak Via yang mendengar ocehan itu langsung menatap datar orang yang berbicara dengan teman sebangkunya. Dan Angga yang diomeli hanya bisa menahan emosinya, terlebih kepada sahabatnya sendiri.

   "Bacot lo pada. Lo pada kan sobat gua, bukan ngedukung malah ngejatuhin gua lo. Dasar kunyuk lo, Rak." Ujar Angga.

   Terlihat sosok perempuan yang sekarang duduk dihadapan Via memutar tubuhnya kearah belakang. Dan dia tersenyum lebar saat menatap Via. Namun, senyuman itu pudar saat Via hanya memandang dirinya dingin.

   "Hai, Via. Kenalin nama gua Nadia Agustin Ananda, dan lo bisa panggil gua Nadia."

   Nadia pun mengulurkan tangan seperti yang dilakukan oleh Angga tadi. Namun, uluran tangan itu hanya dilirik sekilas oleh Via.

5 menit..

10 menit..

   Uluran tangan itu tak diindahkan oleh sang pemilim nama Natasya Olivia V. A. Senyuman Nadiapun memudar. Segera ia tarik uluran itu dari hadapan Via.

   "Yah, kasihan dikacang, ahahahaha.. oh iya, Via. Kenalin nama gua Raka Anggara Wibawa, dan lo bisa panggil gua Raka."

   Dan sama saja, Raka mengulurkan tangan bermaksud bisa menjabat tangan anak itu, namun, siapa sangka Via tak lagi mengindahkannya.

   Setelah uluran tangan itu kembali mendekat kearah badan sang pemilik, suara tawa pecah dengan sangat keras. Terdengar tawa itu keluar dari mulut sahabatnya sendiri. Angga. Angga menertawai Raka.

   "Hahahahaha.."  tawa Angga pecah, namun terhenti saat..

PLETAK..

   "Aduh, eh pinter, ngapain lo jitak gua, kunyuk. Sakit nih."
   "Diem lo, Ga. Bukan sobat gua lo."
   "Yaudah. Seterah."

   Perdebatan mereka akan terus lanjut sampai esok hari, jika tak ada seseorang yang berani melerainya. Namun, seorang perempuan yang ada didepan Via sekarang berani melakukannya. Melerai mereka.

   "Bego. Via jangan dengerin omongan mereka ya. Soalnya gua baru ketemu mereka tadi pagi." Sontak mereka berdua langsung memberikan pandangan membunuh kearah Nadia. Sedangkan Nadia hanya nyengir melihat tatapan tajam dari mereka berdua.

   "Ahahaha.. yaelah.. lo pada kagak bisa guyon yak.. ehehe.." ucap Nadia dengan mengacungkan 2 jari membentuk huruf 'v'

   "Hum.. untung gua baik, oh iya, Via. Hum, biar lo gak pusing, jadi begini perempuan yang pakek behel tadi itu Nadia dan cowok bawel itu Raka, dan--" Angga melanjutkan omongannya sambil menoleh kearah bangku belakang.

   "Dan yang ini saudara kembar gua, Rangga Muhammad Syaidani. Dia orangnya sama kayak lo. Diem, dingin, cuek, datar, tapi ada positifnya juga, cuma ganteng ama pinter aja, kok. Eehehe.."

   Sial, kenapa malah makin panjang sih. Gua minggir aja kali ya? Batin Via.

   Tak kuasa menahan ocehan 3 sahabat usil omongan membuat Via geram dari tadi. Via bangkit dari kursinya dan melengos pergi tanpa mengucap kata apapun.

   Tiga sejoli yang dari tadi bergurau kicep seketika. Diam dan cengo melihat kepergian Via tanpa sepatah kata apapun dari tadi.

   Saat Via tepat didepan pintu kelas, Angga kembali memanggil Via. Angga memanggil Via dengan suara latang.

   "Via, lo mau kemana?"

   Lagi-lagi tak ada jawaban, sebenarnya Via mendengarkan pertanyaan Angga tadi, tapi karna Moodnya hancur karnanya tadi, dia tak mengindahkannya dari tadi. Via tak menjawab pertanyaan Angga tadi, menoleh bahkan tidak sama sekali.

   Via tak urungkan niatnya untuk keluar kelas setelah mendapat teguran dari teman sebangkunya.

   Masih dengan tatapan kosong Via pergi meninggalkan kelas dan juga 3 sejoli yang dari tadi membuatnya kesal sendiri. Dan tatapan tajam itu terkatup oleh kelopak mata sang pemilik.

   Dengan tersenyum sinis Via membayangkan wajah Angga saat tersenyum kepadanya saat memecah keheningan tadi. Untung, Via masih bisa menahan tangannya agar tetap diam. Jika tidak, mungkin kedua pipi Angga sudah merah dibuat olehnya.

   Untung lo itu ganteng Angga, kalo nggak udah abis ditanah lo hari ini. Batin Via.

¤¤¤
Assalamualaikum..
Tinggalkan jejak ya..
Vote and coment..
Makasih💓

Ps:maaf telat post

Do You Miss Me? [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang