15

55 5 0
                                    

"Ada kalanya gue duduk diam tersudut seperti batu kecil yang dipandang rendah dan ditendang kemanapun ia suka."

~M. Rizki Eza Alvaro

¤¤¤

Ketika beribu bintang mulai menyudut..
Seketika itu pula air yang tenggelam didasar laut bergejolak..
Ketika ribuan bulan datang menyerbu matahari..
Seketika itu cahaya matahari ikut memberontak bersama hadirnya dirimu..
Ketika hidupku menjadi kelabu sepenuhnya..
Dirimu yang akan membawa ribuan warna yang pernah singgah kembali lagi..
Ketika ribuan warna itu kembali menjadi tinta kelabu..
Kau membuat pelangi baru didalam dirimu..
Ketika diriku jatuh didalam lubang yang sama..
Kau bahagia bersamanya untuk kedua kalinya..

~Natasya Olivia.

   Terlihat coretan tinta dari selembar kertas yang berada ditangan seseorang itu. Via. Puisi itu hasil karya Via. Mungkin ia akan mempersembahkannya kepada seseorang itu.

   "Woy, udah pada selesai belum puisinya. Mau gue kumpulin sekarang. 5 menit lagi bel pulang, selesai gak selesai dikumpulin, woy." Ucap Arul.
  
   Angga yang dari tadi hanya baru menuliskan sebaris kata yang ia sendiri nggak tau maksudnya apa. Dan jauh berbeda dengan Rangga yang sepertinya sudah selesai membuat puisinya.

Hambusan angin membawaku tepat disebuah rumah tanpa penghuni..
Disebuah kekosongan kehidupan..
Tersudutkan dari yang lain..
Ku melangkahkan kakiku untuk menemui penyudutmu..
Namun, aku gagal untuk menemuinya..
Ketika langkah kakiku tepat melewati gerbang rumahmu..
Sepasang kaki tepat berdiri didepanku..
Dengan mengenakan sepatu tua miliknya..
Senyumku mengembang..
Yang kuharap kembali menyambutku..
Namun, tak kusangka..
Semua berlalu begitu cepat..
Hingga tak sadar ku kehilangannya..
Kembali..

~Rangga M

   Bait-bait yang terlalu indah untuk dilantunkan kedalam salah satu puisi karyanya. Rangga lebih berpotensi dalam membuat sesuatu yang berbau sastra dan sangat terbalik dengan kembarannya. Ia membenci sastra. Karna ia pikir bahasa indonesia itu terlalu lebay dan terlalu melebih-lebihkan bahasanya. Hiperbola.

TEETT..

   "Kumpulkan semuanya." Ucap Arul mengistrupsi.
   "Yah.. bentaran lagi kali, Rul. Gue belum selesai."
   "Coba gue liat puisi lo, Ga."
   "Nih.." Angga menyodorkan puisi karyanya yang belum jadi sama sekali hanya sebaris dan itupun nggak nyambung. Kata orang jawa joko sembung naik ojek.

Kau terlihat anggun bak putri raja saat kau tersenyum..

   "Loh.. kok cuma begini doang sih, Ga. Ini namanya bukan puisi."
   "Ya habisnya bagaimana. Lo juga tau sendiri. Gue gak suka sama yang namanya pelajaran bahasa Indonesia apalagi disuruh buat puisi kek gini."
   "Lo tuh ya. Gue gak tanggung jawab loh ya kalo nilai lo anjlok."
   "Iya deh." Terdengar suara parau milik Angga dan hembusan nafas kasarnya.

   Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu. Namun, Via masih tetap setia didalam kelas yang sudah kosong. Via mengedarkan pandangannya ke arah sekitar. Kosong. Sepi.

   Perlahan Via mulai mengambil tas biru miliknya dan segera mengambil tongkat miliknya dan bergegas menuju pintu gerbang.

   Mobil itu masih setia menunggunya untuk keluar. Ya. Mobil bang Eza. Masih dengan ekspreksi sama. Memajukan bibir beberapa centi dan menyilangkan kedua tangan didepan dada. Segera Via menuju mobil itu dan masuk pelan-pelan.

   "Lama banget sih lo, dek. Habis ngapain lo? Bertapa?" Ucap bang Eza menahan amarah.
   "Ada tugas."
   "Tugas apaan sih. Lo tau gak--"
   "Nggak."
   "Gue belum selese ngomong jugak. Lo tau gak. Gue udah nunggu lo disini hampir 30 menit tau gak. Ngeselin lo."
   "Cepetan. Gue ngantuk." Ucap Via sambil memejamkan kedua matanya dan menyenderkan bahunya.

   "Gimana kaki lo, dek? Masih sakit?" Ujar kak Ale.
   "Lumayan."
   "Masih lama pemulihannya?" Giliran kak Andi yang bertanya.
   "Kurang 1 minggu."
   "Lumayan lama dong."
   "Hmm.."

   Didalam mobil suasana canggung mulai menyelimuti. Bang Eza yang masih fokus menyetir. Via yang masih memejamkan mata. Kak Ale yang memainkan phonselnya. Dan kak Andi yang lebih memilih menatap kearah jendela.

   "Dek, ntar sore dady sama momy bakal balik." Suara bang Eza kembali terdengar.
   "IDC."
   "Dan.. kayaknya mereka bakal ngadain makan malem sama salah satu sahabat dady."
   "Buat?" Via yang penasaran dengan topik pembicaraan abangnya mulai membuka matanya dan lebih memilih melihat ke arah depan daripada menatap abangnya.
   "Lo--"
   "Gue?"
   "Dijodohin sama dady."
  
   Tak terduga, bang Eza kira Via bakal menolak bahkan berteriak saat ia mengetahui hal ini. Namun, bang Eza baru sadar. Via tetaplah Via. Via adalah sosok berwajah tanpa ekspresi. Via adalah seorang berhati dingin. Via adalah sosok yang cuek.
 
   "Lo.. kok gak kaget sih, dek? Gue yang jadi abang lo aja udah agak gak suka. Ya meski itu anak sahabat dady sih."

   "...."

   "Dek, lo gak mau tau gitu, siapa orang yang bakal dijodohin sama lo?"

   "...."

   "Dek, gue mohon sama lo. Tolong, gue kangen sama adik gue yang dulu. Natasya Olivia Vanangel Alvaro yang humor, murah senyum, periang. Gue kangen diri lo yang dulu, dek. I just miss you, much. So bad. I think my world change, everytime you change. I just want you back. Just it."

   Tak terasa mobil yang mereka naiki telah sampai dipekarangan rumah keluarga Alvaro. Via langsung keluar dari mobil dan langsung membuka pintu utama rumah itu dan sesegera menaiki tangga dan bergegas menuju kamarnya. Ia mengunci kamarnya dan mulai terduduk didepan pintu dengan keadaan kedua kaki yang ditekuk dan wajah yang dibenamkan didalam lipatan kakinya. Dan tongkat penyangganya yang berada jauh didepannya. Tas biru miliknya yang dilempar disembarang tempat.

   Hatinya mencelos saat bang Eza mengatakan hal itu. Rasanya seperti ribuan belati menusuk jantungnya. Ia merasa sangat bersalah kepada abangnya. Mungkin bang Eza benar ia berubah terlalu jauh. Bahkan sangat jauh. Hingga siapapun dulu yang mengenal sosok Via tak lagi mengenal Via dengan sosok yang sama. Meski berwajah serupa.

   Apa gue berubah terlalu jauh? Ini semua salah gue. Maafin gue, bang. Gue belum bisa jadi adik yang baik buat lo. Maaf. Gue sadar selama ini gue terlalu banyak berubah. Tapi, gue juga sadar sama apa yang gue lakuin. Gue punya alasan. Lo mau tau alasannya? Elo. Elo bang. Gue nggak mau ngerepotin elo lagi. Gue mau jadi diri gue sendiri. Ini gue. Dan selamanya bakal tetep gini. Sampai tuhan kembali merubah coretan kisah hidup gue ke arah yang lebih bagus. Batin Via mulai berkicau.

¤¤¤
Yolloooo...
Makasih udah mau baca ceritaku yang lumayan absurd..
Semoga kalian suka sama ceritanya, aku masih mencoba untuk membuat cerita ini semenyenangkan mungkin..
Hehe..
🙇

Do You Miss Me? [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang