8

128 6 0
                                    

   "Gak usah bilang Kuat kalau lo emang gak sanggup buat nahan semuanya sendirian."

~Rangga Muhammad S

¤¤¤

   Suara tangis dan hancur bercampur menjadi satu didalam sebuah kediaman keluarga Alvaro. Yah. Mereka semua bertengkar hebat malam ini.

   Dady yang berusaha menenangkan momy yang menangis terus menerus karna bentakan dari Via masih terngiang jelas difikirannya.

   Bang Eza dengan ke-3 temannya, yang masih diam membeku dan hanya bisa menggigit bibir bawah sesekali agar tidak menangis. Bahkan dalam keadaan begini masih memprioritaskan gengsi. Dady banget. Ya pantes. Anaknya.

   Bi Ina masih terisak didalam kamarnya, berada dibelakang rumah, dekat kolam renang. Mendengar suara Via yang tadi berbicara terbata-bata membuatnya tak kunjung berhenti menangis. Apalagi saat dady membentak Via seperti tadi. Dan dengan mulus mendaratkan 2 kali tamparan dipipi mulus sang anak. Via.

   Dan sedangkan Via sendiri hanya bisa duduk sambil bersandar ditepi kasur dengan 1 kaki ditekuk dan mengadahkan wajahnyake langit-langit kamar miliknya. Menahan isak tangis yang tak kunjung henti. Via sangat benci dengan keadaan seperti ini. Sepi. Sunyi. Itu yang ia rasakan. Ia benci suara isak tangis. Karna menurutnya itu adalah kelemahan semua orang.

   Baginya menangis tak dapat menyelesaikan semua permasalahan kehidupan. Jikalau memang bisa, Via rela mengeluarkan semua air matanya jika memang menangis dapat memperbaiki suasana dan memberbaiki keadaan keluargannya sekarang.

   Hidup adalah drama. Dan semesta yang luas ini adalah panggungnya. Lengkap. Hanya manusianya saja yang menjalankan peran masing-masing sesuai karakter tokoh. Dan tak segampang membalikkan telapak tangan. Dunia memang dramatis. Bahkan Via yakin, semua orang pernah membuat skenario dramanya sendiri.

   Seperti Via sekarang. Yah. Dia hancur seketika. Hilang arah tujuan. Bahkan rumah yang ia tinggali sekarang belum bisa dikatakan sebagai rumah. Bukannkah rumah itu tempat yang bisa membuat kita nyaman berada didalamnya dan merasa terlindungi berada disekitar beberapa orang yang kita sayangi.

   Kenapa jadi begini? Hancur semua. Hiks. Batin Via.

   Via masih menatap kosong nan datar dinding langit-langit yang berada diatasnya. Tatapan tanpa tujuan. Bahkan sangat kecil buat ia meneruskan hidup yang dramatis ini. Hingga ia menggerakkan kaki kanannya. Perih. Sakit. Remuk. Patah. Ngilu. Bercampur jadi satu.

   Via masih memagangi kaki kanannya, sampai ia berfikir sampai kapan kakinya tak diobati. Apakan sampai membusuk?

   Akhirnya, ia mencoba meraih kotak P3K yang berada diatas lemarinya. Dengan kaki kanan terseret ia jalan menuju lemari. Hup. Dengan berjinjit Via berhasil mengambil kotak P3K diatas lemari. Dan terlihat kedua tangannya memegangi sisi kotak P3K itu dan membawanya menuju tempat tidurnya.

KREKK..

   Hingga sebuah pintu terbuka lebar dihadapannya. ya. Pintu kamarnya yang terbuka. Siapa yang berani mebukannya.

   Via tertengun melihat wajah seseorang yang berada dibalik pintu daun. Meski nampak samar tapi, ia kenal betul sosok itu.

   Dady. Gak mungkin, karna mungkin masih marah. Momy. itu apalagi. Bang Eza. Mana peduli ama gua. Persetan. Bi Ina. Masih nangis dikamarnya. Kak Andi. Diem mulu kayak orang begok dari tadi. Kak Ale. Mana berani natap mata gua kalo lagi gini. Nyeremin abis. Dan kalo kalian bisa nebak dia siapa ya dia..

Rangga..

   Mau ngapain dia? Batin Via.

   Mengerti tatapan yang diluncurkan oleh Via, Rangga langsung masuk tanpa seizin dari sang pemilik kamar dan segera menarin kotak P3K yang tadi ada ditangan Via sudah beralih ketangan Rangga.

Do You Miss Me? [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang