Hidupku sangatlah senang, bergelimpangan harta dan banyak sekali teman yang sering aku ajak menginap di rumahku untuk menempati ruangan kamar yang kosong. Memang rumahku ini sangatlah besar. Hampir ada 10 kamar kosong di rumahku, secara ayahku adalah seorang pembisnis yang hebat. Ibuku adalah seorang kepala rumah sakit yang sangat terkenal di Inggris.
Aku memang lahir sebagai blasteran, ayahku asli orang Indonesia dan ibuku asli orang Inggris. Mereka di pertemukan di sebuah caffe pada musim dingin tiba. Saat itu ayahku sedang ada proyek bisnis di Inggris dan Ibuku sedang berbelanja karena salju yang turun begitu lebatnya hingga akhirnya ayah dan ibuku berteduh di caffe itu. Ayah dan ibu memanglah orang yang baik, mereka tidak pernah marah ketika melihat aku berpesta dengan teman-temanku di rumah.
Perkenalkan aku adalah Richard Alano Gabriel, aku adalah pewaris utama dari bisnis yang ayah dan ibuku bangun. Aku lulusan sarjana manajemen. Orangtuaku memintaku untuk belajar manajemen agar aku pandai memanage semua urusan bisnis mereka. Banyak orang yang menganggapku tampan, ganteng, tajir dan lain-lain tapi aku menepis semua itu karena aku masih belajar dalam urusan bisnis.
Aku mempunyai dua orang sahabat bernama Joe Alexander dan Raman Shaqir. Aku dikenalkan dengan mereka ketika usiaku 5 tahun, orangtua mereka adalah sahabat dari ayahku. orangtua mereka sering berkunjung ke rumahku. Saat itu aku merasa kesepian karena aku sering ditinggal oleh orangtua ke luar kota maupun ke luar negeri. Mereka yang sering menemaniku melewari hari-hariku sehingga aku sangat bahagia.
Joe adalah pewaris tunggal dari pengusaha minyak di Indonesia, tingginya dia 175 cm dengan kulit putih seputih salju, maklum ayahnya asli dari Korea Selatan. Matanya bewarna biru kehijauan. Dia tak pernah membandingkan siapa teman-temannya. Bila dia merasa nyaman, dia akan melakukan apapun supaya sahabatnya itu bisa tersenyum setiap pagi.
Sedangkan Raman adalah anak dari seorang jenderal TNI angkatan udara, cita-citanya ingin berternak lele karena hobinya makan lele. Memang kalau dilihat dari kekayaan Raman ini tidak terlalu kaya, tetapi bila melihat pesonanya, bila melihat hatinya. Engkau akan mengetahui betapa kayanya dia dibandingkan dengan kaya harta yang kami punya.
Awal mula aku bertemu dengan Joe dan Raman di rumahku, saat itu ayahku memanggil kedua orang sahabatnya itu untuk berkumpul. Kesibukan masing-masing membuat hubungan persahabatan mereka merenggang itulah tujuan utama ayahku memanggil mereka ke rumahnya. Mereka bertiga selalu asyik bersenda gurau untuk membebaskan kepenatan pekerjaan yang membuat kepala mereka menjadi pecah. Ayahku pernah berkata untuk menghilangkan kejenuhan paling enak adalah berjumpa dengan sabahat-sahabatnya.
Ketika para orangtua berkumpul, saatnya anak-anak dijamu oleh para pelayan di rumahku untuk bermain dengan mereka. Aku masih mengingat dengan jelas saat joe mengencingi pelayanku saat bermain kuda-kudaan dan raman bermain mobil-mobilan yang di belikan ayah dari eropa. Saat itu aku melihat raman dan joe ini sangatlah bahagia. Aku pernah melihat sesuatu di sekitar rumahku. Ada tante-tante dengan rambut blonde keluar dari kamar ayahku dengan pakaian yang cukup seksi menurutku. Ayah dan ibu saat itu tidak ada di rumah. Aku sendirian ketika para pelayan, raman dan joe bermain.
Tante itu mengajakku bermain disebuah ayunan, tante itu sangat baik. Senyumnya sangatlah ramah. Tante itu berkata dia akan selalu mengajakku bermain ketika aku merasakan sendirian. Tante itu mempunyai kulit yang putih dengan rambut pirang, lipsticknya bewarna merah. Dia berkata suatu hari nanti aku akan bertemu dengan potongan hatiku. Aku bertanya kepada tante itu, apakah tante tersebut mempunyai potongan hati? Dia menjawab tante sudah tidak mempunyai potongan hati lagi karena itu tante sudah tidak tinggal di dunia.
Ketika aku sedang mengobrol dengan tante itu, raman memanggilku.
"Richard, ayuk main sama aku. Kok kamu sendirian sih?" Tanyanya
"Aku gak sendirian kok ada tante melisa disini, iya kan tante?" Jawabku menegaskan
Raman tengok kanan tengok kiri tapi tidak ada orang sama sekali
"Tante melisa itu siapa? Disini gak ada orang raman" tegasnya raman
"Tadi tante itu ada bersamaku disini, mungkin sekarang dia pergi ke toilet" kataku
"Yuk kita main richard" kata joe nimbrung
Akhirnya aku, raman dan joe bermain, sejak itu kita menjadi sahabat dari kita kecil.Pertemuan aku dengan tante tersebut bukan hanya sekali saja, itu terua berlanjut sampai usiaku 17 tahun. Tante itu sering menceritakan dari semua kehidupan yang dia jalani dari hidup sampai dia mati, aku pernah menceritakan ini kepada kedua sahabatku. Mereka tak pernah percaya bahwa aku bisa melihat hantu. Hanya saja mereka berdua tidak pernah percaya dengan apa yang aku ucapkan saat itu.
Usia joe dan raman sebaya denganku, sudah habis 12 tahun kita bersahabat. Mereka tau kesukaanku dan apa yang aku benci dari ini semua. Hingga akhirnya kita bertiga datang ke paranormal, kata paranormal tersebut mata batinku harus di tutup supaya aku tidak bisa bertemu dengan makhluk halus itu.
Setelah aku lulus SMA, aku di terima disebuah universitas termahal di Indonesia. Mengapa ayahku memasukkanku ke sekolah yang mahal? Karena ayah berfikir intelektual dan kecerdasan anak bisa ditingkatkan.
Semakin hari, semakin jelas bayangnya. Aku gak takut kok. Akhirnya aku dipeluk ayahku supaya tidak ada yang membuatmu terlukaNEXT CHAPTER IS RAYNA DAN HER FAMILY
Comment and Votenya di tunggu
KAMU SEDANG MEMBACA
RINDU
RomanceMERINDUKANMU adalah CANDU Ketika kamu membaca Novel ini kau akan merasakan hal yang berbeda Berbeda dengan novel lainnya. @coppy right Robiah Al Addawiyah