HEART: Instrumen di Ruang Musik

46 3 7
                                    

    Suasana kelas yang sepi. Memang sebenarnya ini masih terlalu pagi. Bahkan kabut masih menyelimuti tiap sudut kota Jakarta.
   'Aku sengaja berangkat lebih awal karena aku memiliki 2 alasan. Pertama, aku sangat merindukan suasana kelasku dulu di New York saat pagi. Dan kedua, aku mulai kesepian tanpa ini.' Ku keluarkan yuran ku.
Ku tutup mataku perlahan dan ku mulai memainkan instrumen. Yaitu karya Yiruma (kiss the rain). Angin pagi yang berhembus lewat jendela yang terbuka di depanku menerpa rambutku yang ikal. Mendampingi alunan instrumenku. Hingga pada akhirnya, aku menyelesaikan permainanku itu dengan senyuman lega.
  "Wow..." suara seseorang dari arah pintu ruang musik. Sepertinya sih. Karena terkejut kubuka mataku secara cepat. Dan langsung ku turunkan yuran ku. Kemudian ku berbalik.
   "O,oh elo ternyata." kataku.
  "Yak. Seperti yang lo liat. Gue. Rian Zafar Wijaya. Kelas 2-4. Tinggi 189cm. Personil dari shounen yang paling di gemari cewek." Katanya semakin dekat ke arahku. Dan kemudian secara spontan tangannya menghantam tembok yang berada di samping kepalaku seperti sedang menyudutkan ku. Memelototkan mataku karna kaget.
  "Dan ingat, gue adalah seorang shooter. Yang berarti, mustahil tembakan gue meleset." Dia semakin mendekat padaku hingga jarak dari kami berdua mungkin hanya sejengkal. "Lo tau? Kalo lo diem gini. Lo manis banget tau gak?" jari telunjuknya menyentuh pipiku. Kemudian dia tersenyum. "Hahaha.. lo tegang amat sih hams,dasar hamsternya bang Juan nih. Ya udah gue pergi dulu. Bye..!" Berjalan menjauhi diriku dengan sikap coolnya.
   Aku sempat berpikir sebentar. Mungkin sekitar 3 detik. 'Hamsternya bang Juan?' Mukaku mungkin sudah mulai memerah karena malu. Kemudian ia menampakkan lagi wajahnya dari balik pintu ruang musik.
  "Oya. Soal tadi jangan anggap serius, gue cuma becanda kok. Dan permainan biola lo itu, gue suka." Ketika dia mengatakan 'suka' entah kenapa jantungku mulai berdebar. "Dan gue serius, kalo lo emang manis waktu lo diem tadi. Oke, gue balik ke kelas dulu ya.. bye little hamsternya bang Juan.." langkah kakinya mulai menjauhi ruang musik. Ku sandarkan biolaku di jendela. Mungkin wajahku sudah memerah saat itu juga. 'Apaan nih? gue kenapa? Ada yang aneh sama gue tapi apa? Gue gak pernah ngerasain ini.' Kataku dalam sambil memegang pipi yang disentuhnya tadi.

~~~~di tangga penghubung lantai 1 dan 2

   Masih terbayang wajahnya di ruang musik tadi. Ekspresi yang sama dengan kak Juan saat pertama kali bicara padaku di panti asuhan. Ku turuni tiap anak tangga dengan lamunan. Kemudian tanpa ku sadari aku terpleset jatuh dan tangan kiriku spontan meraih pegangan tangga. Memang sedikit sakit tapi itu tak seberapa. Lalu aku duduk di tangga, termenung, dan sendiri. Entah kenapa aku mulai merasa bingung dan akhirnya aku menangis.
   "Hey,lo kenapa hah?" Suara yang sama dengan dia. Kemudian aku menoleh. "Lo nangis? Emang ada masalah apaan? Coba cerita ke gue." Yak dialah Rian. Yang menjadi rivalku. Yang selalu membuatku marah dan ingin sekali menonjok mukanya dan sekarang dia juga yang menenangkan ku.
  "Gue... gu..gue, laper." Aku mengatakan dengan tersedu-sedu juga malu. Hanya itu yang di pikiranku, untuk mencari alasan.
  "Astaga. Ternyata lo laper? Kagak usah nangis lah. Gue beliin deh. Yok ke kantin berubung gue good mood nih. Ayok!" Ia menuruni beberapa tangga. Dan menjulurkan tangan kanannya seraya mengajak ku untuk mengikutinya.
Masih tersedu-sedu.
  "Boleh... nih?" Nadaku sedikit manja.
  "Hm.. iya. Ayo jam segini kantin udah buka kok. Dan pasti anak-anak belom ada yang ke kantin. Gue jamin." Meyakinkanku untuk menerimanya dengan senyuman manis.
  Kemudian ku taruh tangan kananku di atas tangannya. Hanya senyum lebarku yang ku berikan. Dan kami pun berjalan menuju kantin.

~~~~~di kantin sekolah.

   "Duduk sini aja." Dia menarik kursi untuk ku duduki. "Bentar gue pesenin dulu ya. Lo mau apa? Plis jangan banyak-banyak." Katanya.
  "Hm. Enggak kok. Es jeruk ama kentang goreng aja." Kataku tersenyum.
  "Hah? Kata lo,elo laper, kok?" Tanyanya heran.
  "Udah pesenin aja. Katanya mau traktir." Aku mengejeknya.
  "Oke boss." Memberi hormat dengan 2 jari. 'Sumpa nih anak. Ternyata dia baik juga. Apa gue terlalu kasar ya ke dia? Tapi kalo diliat-liat sih, dia emang keren, manis, ganteng juga sih. Gue jadi ngerasa bersalah.'
Kemudian kami berbincang sambil menunggu pesanan kami datang.

PROMISE               heart,memories,and you✔ [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang