Laurent benar-benar merasa badannya remuk. Namun hari ini dia benar-benar harus keluar dari kamarnya untuk menemui Anthony.
Setelah Christoper pergi dari mansion, Laurent memang terserang insomnia berat. Hal itu membuat Laurent baru bisa tidur ketika jam dinding menunjukkan pukul empat pagi. Selebihnya, Laurent hanya bisa membolak-balik tubuhnya di atas kasur dengan mata nyalang, atau jika tidak... Laurent akan berjalan mondar-mandir dari kamar ke balkon. Satu hal yang bisa mewakili itu semua, Laurent hancur begitu Chrustoper tidak bernapas di bawah atap yang sama dengannya. Benar-benar hancur.
"Iya? Ah... Mrs. Stevano... Acara amal besok malam benar-benar membutuhkan kehadiran anda--" dan bla bla bla...
Laurent langsung memutar kedua bola matanya melihat kelakuan Candide sekarang. Laurent sudah sampai di ruang tamu, hendak pergi keluar. Dan dari tempatnya berdiri, Laurent bisa melihat Candide sedang terlihat asik bertelpon ria dengan telpon rumah menempel di telinganya. Wajah wanita paruh baya itu terlihat antusias dan tanpa beban. Seolah-olah kepergian putra semata wayangnya karena usirannya tidak berarti apa-apa. Hah, benar-benar Ibu yang baik.
"Hai, kau... Kau pikir sopan sekali main asal pergi ketika ada orang yang lebih tua disini?"
Langkah kaki Laurent terhenti begitu mendengar ucapan Candide. Dengan malas, Laurent segera menoleh dan menatap Candide dengan senyuman miring.
"Apakah Mommy masih pantas disebut sebagai orang tua setelah Mommy mengusir Putra Mommy sendiri?" balas Laurent telak. Tapi lebih dari itu, Candide sudah cukup mahir dan mengerti bagaimana sikap anak berlabel sialan ini.
"Jika bisa... Yang ingin aku usir adalah orang-orang sepertimu. Tapi apa boleh buat? Satu jalang harus tinggal, sementara anakku sendiri yang harus keluar," ucap Candide dengan lagaknya yang tak acuh.
Laurent terkekeh, berusaha menekan emosinya yang mulai menggelegak. Jika saja ia bisa, Laurent sangat ingin meraung-raung dan mengatakan jika dia bukan Jalang. Laurent jauh dari kata itu karena yang ia cintai hanya Christoper seorang.
"Ketika Mommy terus melakukan hal-hal yang menyakiti hati orang lain. Percayalah, Mom... Mommy akan sendirian di akhir hidup Mommy," ujar Laurent yang membuat Candide tertawa mengejek.
"Harusnya kau mengatakan hal itu pada dirimu. Karena seperti Ibumu, kau akan sendirian di akhir hidupmu," ucap Candide penuh kebencian. "Dan Laurent, mungkin kau tidak akan kesepian... Jika kau mau menjadi simpanan salah satu bajingan," ucap Candide lagi sebelum masuk kedalam ruangan lain di mansion mereka.
Selepas itu Laurent hanya bisa menghela napasnya berat.
Aku harus apa tanpamu, Chris? Kemana lagi aku bisa bersandar jika bukan pada dirimu? Kapan kau akan kembali, Chris?
Laurent tersenyum sekali lagi sebelum melangkah ke arah pintu dan keluar. Laurent harus benar-benar menemui Anthony dan melakukan sesuatu yang bisa membawanya kembali dekat dengan Christoper.
Laurent sangat ingat, Anthony pernah mengatakan jika ia memiliki penawaran untuk membuat Laurent menjadi perancang butik Alona. Dan itu adalah salah satunya cara agar Laurent bisa bertemu Christoper sekarang. Meskipun Laurent yakin ia tidak akan selalu bertemu Christoper di Butik Alona, namun Laurent pikir tidak ada salahnya.
Karena sudah pasti. Laurent sangat yakin. Christoper tidak akan sudi membukakan pintu kantor maupun apartemennya untuk Laurent. Christoper benar-benar membenci Laurent.
***
"Kenapa kau tiba-tiba berubah pikiran?" tanya Anthony penasaran.
Saat ini, baik Laurent maupun Anthony sedang duduk di depan meja berkapasitas dua kursi. Mereka sedang berada di White Cafe sekarang. Cafe ini memiliki interior yang di dominasi warna putih dengan beberapa tumbuhan hijau yang sengaja ditaruh untuk mempercantik tampilan Cafe. Kemilau air yang nampak di atas kolam akibat terpaan matahari juga semakin memperindah pemandangan disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Christopher's Lover✅ [JENNER#1]
RomanceHighest rank #4 in Romance category. ❝You are the one and only woman who will always be called as Christopher's Lover in the past, present and forever❞ *** "The right person, the wrong time. The right script, the wrong line. The right...