BSDH(1)

4.7K 74 5
                                    

"Aakh" . Teriakan terdengar dari lantai dua rumah mewah pada pagi ini, membuat suasana pagi Senin yang indah menjadi terganggu. "Oh My god! What are you doing, Reina?". "Nothing Kak Rine. Gue Cuma gak sabar buat masuk sekolah hari ini". Kathrine memandang jengah kearah Reina yang memasang tampang polos seakan tidak terjadi hal apapun.

Kathrine lebih memilih mendahului adiknya ini untuk turun ke lantai satu dan sarapan bersama kedua orang tuanya yang sudah menanti. Reina pun memilih untuk menyegerakan dirinya agar selesai dengan beres-beresnya dan menuju meja makan mengisi perutnya yang sudah mulai demo. "Morning Mom, Morning Dad", "Morning sweety. Reina sayang, biasakan diri kamu jangan selalu berteriak. Itu sangat menganggu sekali Rei. Kamu paham?".

Reina hanya mengangguk saja sambil menikmati sarapannya pagi ini. Ia tidak terlalu ambil pusing dengan omongan Dad-nya. Toh ini pita suaranya, kalau rusak juga Reina yang rugi. Tapi ya syukurnya, tida pernah rusak selama 18 tahun ini, walaupun sudah di gunakan berkali kali dengan berbagai macam tingkat oktaf. Pita suaranya masih berfungsi dengan baik, bahkan sangat baik.

"Mom, Dad Reina deluan ya. Kak Rine suruh berangkat sendiri aja ya Dad. Reina pergi ya", "Eh tunggu. Apaan lo tinggalin gue. Lo harus tunggu gue juga. Yakan Mom?". Reina menghela nafas berat ketika melihat Kathrine sudah ikut berdiri saat Reina pun akan bergegas.

"Oh My Godness! Rine. I'll be late because of you". Reina menggeram frustasi dengan Kathrine. Ia menoleh ke Mom dan Dad-nya mencari pertolongan agar ia bisa pergi deluan tanpa Kathrine-Kakaknya yang sangat menyebalkan.

"Rei, tunggu aja Rine selesai sarapan. Kasian dia harus diantar sama supir. Lagian pulangnya susah nyari taxi Rei. Kan sekalian lewat juga kok. Ntar Mom tambahin uang bensin kamu ya". Mata Reina bersinar terang mendengar kata kata terakhir Mom-nya. 'Ntar Mom tambahin uang bensin kamu'. Reina mengangguk sebagai tanda persetujuan, kemudian berpamitan pada orangtuanya dan menunggu Kathrine di dalam mobilnya.

Tidak menunggu lama, Kathrine muncul dan sudah duduk di kursi sebalah kiri Reina. Reina menghela nafas lalu menghidupkan mesin mobil dan melajukan mobil kesayangannya. "Rei lagian ini salah lo, kenapa rusakin mobil gue. Rasain deh enaknya nganter gue tiap hari ke kampus". Cekikikan Kathrine membuat hati Reina terbakar kesal. Tanpa memperdulikan perkataan Kathrine tadi Reina tetap mengemudikan mobilnya memulai Senin Pagi yang sedikit menyebalkan. Tidak, dirinya bukan tidak menyanyangi Kakaknya ini hanya saja, Reina adalah tipikal orang yang malas singgah-singgah meski itu masih satu arah atau beda arah sekalipun. Ia hanya tidak suka jika perjalanan utamanya harus terpotong dengan bersinggah. Seakan tidak peka terhadap kekesalan adiknya-Kathrine menyalakan music dari ponselnya dan disambungkan ke speaker yang ada di mobil Reina sehingga suara dentumanlah yang menjadi pengiring jalan mereka pagi ini.

Setelah memakan waktu sekitar 15 menit sampailah Reina di salah satu Universitas Terbaik di Jakarta, Universitas yang menjadi idaman anak-anak SMA terkecuali si Reina yang masih menatap sebal kearah gerbang sana. "Kacau banget sih kampus lo Kak, pakai acara macet segala lagi. Bisa telat gue nih" Kathrine yang melihat raut kesal diwajah adiknya hanya tersenyum singkat kemudian mematikan lagu dari ponselnya karena sebentar lagi dirinya akan sampai di gedung Fakultasnya.

"Dah nih lo udah nyampai, turun gih Kak"

"Makasih loh adikku sayang. Nanti sore kalau gue udah pulang, gue telfon ya. Minta jemput" Kathrine sengaja menekan kata-kata minta jemput  yang langsung dibalas dengan tatapan nyalang dari si pemilik mobil. "Gue sibuk nanti. Ada janji, naik taxi aja deh. Atau cari pacar kek biar gak nyusahin orang" Tanpa menunggu ucapan selanjutnya dari Kathrine, gadis yang belum genap 20 tahun itu menekan pedal gas mobilnya dan mulai keluar dari area Universitas Terbaik di Jakarta ini.

Anastasya Reina Varquez gadis blasteran Indonesia-Inggris ini baru saja menginjak usia 18 tahun, dan duduk di bangku kelas 3 SMA. Reina bersekolah di salah satu sekolah terkenal di Jakarta. SMA favorit, yang didalamnya hanya ada orang orang pintar dan orang-orang yang kaya. Reina salah satu dari kedua ciri ciri penghuni sekolahnya. Ya Reina memang pintar, pintar dalam pelajaran Matematika dan Fisika saja. Dan tentunya ia cukup berada. Kedua orang tuanya bahkan bisa dibilang lebih dari kata cukup. Itulah yang menyebabkan Reina menjadi salah satu dari kedua ciri ciri penghuni sekolahnya.

Bersama Senja dan Hujan(Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang