BSDH(29)

488 22 6
                                    

Tyo POV

Ini adalah kesekian kalinya gue menghubungi gadis kesayangan gue tapi apa? Nomornya malah gak aktif sekarang, gue sedih? Yaiylah jangan ditanya kalau itumah pasti, gue memandangi chat terakhir dia sekitar 5 jam yang lalu.

From : Nana
Tyo sayang Nana udah mau naik pesawat nih, doaiin gue sampai dengan selamat ya 😘

Itu adalah chat terakhir gadis kesayangan gue sebelum puluhan telfon gue gak dia angkat, belasan chat gue gak dia balas. Bahkan cuma centang satu doang, kemana sih nih bocah pikir gue dalam hati.

Kurang dari setengah jam lagi gue bakal tanding dengan team dari sekolah lain, dan kali ini gue beraharap Nana bisa datang tepat pada waktunya. Gue juga masih ingat betul apa janjinya saat gue kasi tau kalau gue bakal ada tanding basket, dan sekarang apakah dia akan datang? Atau hanya harapan gue semata. Hampir saja kepala gue mau pecah kalau bukan Malik salah satu temen gue yang dulunya pernah suka sama gadis kesayangan gue manggil gue dan menghentikan acara kepala gue yang mau pecah tadi.

"Nunggu Reina ya? Masih sibuk kali dia atau jangan jangan pesawatnya dia kena delay. Stay cool aja bro"

Gue enggan menjawab apa yang dikatakan Malik barusan, otak gue belum bisa bekerja dengan benar.

"Yo udah ayo cabut gabung sama anak anak yang lainnya, gak dapat Reinanya Kakaknya juga boleh kok. Tuh liat siapa yang datengin lo deluan"

Tolonglah para permisa telinga gue masih berfungsi dengan baik untuk tau apa yang dikatakan Malik barusan, Kakaknya. Kakak disini itu ya pasti Kakaknya Nana-Kathrine. Gue langsung membalikan badan dan melihat ia berjalan kearah gue dan Malik berdiri. Satu kata untuk mendeskripsikannya saat ini, Kathrine "Cantik" . Gue hampir lupa untuk menyambut kedatangannya kalau saja Malik tidak menyikut lengan gue dan ya akhirnya gue sadar.
"Kak Rine, eemm sendirian?" tanya gue hati hati karena gue tau akhir akhir ini hubungan Kakak beradik tidak berjalan dengan mulus seperti jalan tol.

"Iya. Reina ada urusan mungkin dia telat"

'ada urusan' caranya menyampaikan kata itu sangat berbeda dari pada kalimatnya sebelumnya. Gue tau dan bisa menebak urusan apa yang dimaksud Kathrine saat ini, berarti Nana udah nyampai di Jakarta. Tapi kenapa ponselnya masih tidak aktif? Apa Nana tidak ingin diganggu dengan urusannya? Atau Nana lupa dengan janjinya?

Tuhan inikah sakit yang selama ini gue takuti saat gue tau orang yang benar benar gue sayangi malah jatuh kepelukan orang lain? Gue menundukkan kepala gue, menatap tanah hijau dibawah sambil menahan nyeri di bagian dada gue. Tidak lama waktu berselang ponsel gue berdering, jujur gue berfikir itu satu buah pesan dari Nana tapi ternyata bukan. Itu pesan dari orang paling brengsek di seluruh dunia, orang sialan itu mengirimkan foto Nana sedang makan dan minum di hadapannya.

Benar. Dugaan gue benar Nana tidak ingin diganggu jika sudah bersama si brengsek ini, lalu apa yang seharusnya gue lakukan? Jawabannya tidak ada. Gue gak akan melakukan apapun, yang gue bisa lakukan saat ini kembali menundukkan kepala gue dan menahan sakit yang kali ini lebih sakit dari biasanya. Sebegitu tidak penting kah gue buat lo Na? Sampai janji lo sendiri yang belum pernah lo ingkarin untuk pertama kalinya lo ingkarin demi cowo brengsek kaya dia?.

Gue merasakan bahu gue disentuh oleh seseorang dan saat gue mengangkat kepala gue, disitu gue melihat Kathrine tersenyum hangat dan menenangkan untuk gue.

"Terkadang apa yang kita impikan tidak seperti yang terjadi. Semesta terkadang memang suka bergurau pada para pemainnya. Dipertemukan lalu dipisahkan dengan cara yang lebih sakit" ada jeda yang cukup panjang sebelum Kathrine melanjutkan perkataannya.

Bersama Senja dan Hujan(Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang