BSDH(28)

279 15 2
                                    

Play List : Love-Finding Hope

***

Reina terus memandangi seseorang di hadapannya saat ini tak pernah satu detikpun terlewatkan karena satu detik itu sangat berharga apabila ia sedang berhadapan dengan Rezio. Rasa lelah yang menjamu menjadi satu dengan kekesalan yang terjadi hari ini seakan sirna begitu melihat Rezio di depan rumahnya.

"Jadi lo liburan ke Bali sendiri?" Reina belum menjawab pertanyaan Rezio, otaknya masih tidak bisa berfikir dengan jernih. Reina hanya memandangi Rezio dan sesekali tersenyum.

"Lo kenapasih? Gue jadi takut lo liatin kaya gitu"

"Heh? Enggak kok Kak, Rei cuma kaget aja tiba-tiba Kakak ngajak Rei makan"

Rezio menghela nafasnya, kemudian kembali memandangi Reina dengan tatapan dingin nan menyebalkan yang malah menjadi candu bagi gadis ini.

"Lo itu pikun apa gimanasih? Gue udah bilang kalau gue kerumah lo itu nyari lo, ya gue mana tau kalau lo gak ada dirumah. Lo juga gak ada cerita ke gue kalau mau liburan"

Sudahlah Reina hanya mampu mengangguk saja mana tahan ia dipandangi seperti itu oleh Rezio, bisa pingsan ditempat Reina jika terus terusan membalas tatapan tajam yang sudah menjadi candunya itu. Reina tersenyum kecil kemudian menundukkan kepalnya, ini mimpi atau bagaimana? Reina benar-benar tidak mengira Rezio mencari dirinya selama ia tidak ada di Jakarta. Apakah itu sudah menandakan kalau Reina mampu mengisi hati Rezio?

"Udah? Yuk cabut gue juga udah kenyang" Rezio berjalan memimpin dan di susul oleh Reina di belakangnya. Selama perjalanan pulang tidak ada percakapan lagi, jujur saja sebenarnya Reina benar benar lelah dan ingin segera berbaring indah di kasurnya tapi gagal rencananya karena bertemu dengan pangerannya di depan rumah.

"Makasih ya Kak udah nganterin gue" tentu saja Rezio hanya membalasnya dengan anggukan kecil tak perlu tau respon Reina karena gadis itu langsung kegirangan tidak jelas. Padahal juga ia sering diperlakukan seperti itu tapi tetap saja ya namanya Reina akan selalu overdosis soal Rezio.

"Rei pulang. Mommy, Daddy halo-halo Bandung ada orang?"

Reina membaringkan badannya di sofa empuk itu. Demi apapun Reina sudah tidak sanggup lagi untuk menaiki tangga dan berjalan menuju kamarnya sepertinya ia harus menyarankan Mommy dan Daddy nya untuk memasang lift khusus atau paling tidak escalator itu juga sudah lebih dari cukup.

"Mati gue pala gue puyeng banget dah ah"

Reina masih tidak bergerak dari keteparannya di sofa empuk, sampai telfon rumahnya berdering membuat Reina rela tak rela harus beranjak dan mengangkatnya. Jika saja yang berbunyi bukan telfon rumah mana sudi ia bangun dan meninggalkan baringan indahnya diatas sofa. Lagi pula kemana semua orang sampai tidak ada yang mengangkat telfon dan rumah tidak dikunci.

"Halo Kediaman keluarga Varquez disini..?"

"Rei kamu sudah pulang sayang? Syukurlah, Mommy telfon ke ponsel kamu tapi nomornya tidak aktif jadi Mommy inisiatif untuk telfon ke nomor rumah"

"Oh Mommy Rei kira siapa juga. Sepertinya lowbat ponsel Rei nanti dicharger"

"Yasudah sayang Mommy lagi dirumahnya Tyo loh"

Reina langsung teringat 'Tyo' lelaki itu sudah berapa kali dia menelfonnya dan tidak aktif, sial Reina benar benar dalam musibah saat ini.

"Oh ya? Tyo ada disitu Mom?"

"Enggak sayang. Kata Mamanya Tyo, Tyonya sedang tanding basket"

Sekali lagi Reina benar-benar dalam musibah, bisa-bisanya ia lupa jadwal tanding basket Tyo padahal selama ia berada di Bali Tyo selalu mengirimkan jadwal tanding basketnya dan dengan semangat Reina berjanji akan datang, berada di barisan paling depan dan teriak paling kuat.

Bersama Senja dan Hujan(Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang