Di dalam mobil Reina hanya bisa bergumam gumam kecil sambil mencoba menetralkan debaran jantungannya yang tak tau diri ini. Rezio menyetir mobilnya dengan kecepatan yang stabil dengan kaca mata hitam yang bertengger di mata indah itu. Uh astaga Reina rasanya ingin melepas kacamata hitam itu, dan ingin terus memandangi tatapan tajam dari Prince Charming nya itu.
"Reina"
Panggilan itu membuat lamunan gilanya buyar seketika, dan segera menatap Rezio yang masih fokus dengan menyetir mobilnya.
"Iya Kak?"
"Lo gak sibuk mau kemana gitu kan?"
Tanpa sadar diri lagi Reina Lansung mengangguk tanda ia memang tidak ingin kemana-mana
"Temanin gue beli sesuatu ya" Reina kembali mengangguk sebagai bentuk peretujuannya dengan permintan Rezio. Tidak masalah bukan? Lagi pula jarang sekali Rezio meminta untuk ditemani pergi dengannya.
"Eemm Kak, gue mau nanya boleh gak?" Reina teringat akan sesuatu yang sempat ia lupa untuk tanyakan,dan ia berharap mendapatkan secuil informasi dari Rezio kali ini. "Ya?" Rezio masih menjawabnya dengan singkat dan dingin.
"Gue agak heran aja Kak, kenapa tiba tiba Kakak jadi eemm maksud gue ya jadi agak berbeda gitu. Padahalkan awal Kakak ketemu gue, Kakak berdoa supaya gak ketemu sama gue lagi tapi sekarang Kakak malah sering muncul di--"
Tiba tiba saja Rezio Lansung menyambar ucapan Reina dan memotongnya tanpa izin. "Oh jadi lo gak suka gue dateng buat jemput lo dan berkorban ganti motor gue kerumah untuk ambil mobil gue karena sekarang lagi gerimis, lo gak suka iya?" Reina dengan cepat menggeleng tanda bukan itu maksud ucapannya dan ia merasakan bahwa Rezio telah salah mengambil pemikiran, Dasar si tampan nan arogan.
"Bukan Kak, bukan itu maksud gue. Aduh Kak Rezio salah mulu ngenilai gue. Maksud Reina itu kenapa semuanya terjadi secara tiba tiba Kak?" Rezio menoleh sesaat kemudian kembali fokus pada setir mobilnya.
"Apanya yang tiba tiba sih?" Reina benar benar angkat tangan berbicara dengan Rezio, ia memilih untuk menyenderkan badanya ke kursi mobil tanpa menjawab lagi pertanyaan Rezio tadi. Sedangkan Rezio kembali diam dan melanjutkan menyetir, tidak membutuhkan waktu lama mobil sport mewah milik Rezio sudah sampai di tujuannya. Reina yang masih diam seribu bahasa karena lelah berbicara tidak nyambung dengan Rezio, memilih untuk memainkan ponselnya sampai ia tidak sadar kalau mereka sudah sampai. Rezio mengambil ponsel Reina secara tiba tiba dan membuat Reina terkagetkan dengan perbuatan Rezio.
"Loh Kak aduh ponsel gue, balikin dong" . Rezio hanya mengangkat sebelah alisnya dan tersenyum tipis kearah Reina, dan lagi lagi Reina merinding melihat senyuman maut itu. Senyuman itu yang membuat bulu kuduknya meremang remang dan akhirnya Reina terdiam melamun menatapi wajah indah didepannya saat ini.
"Heh keluar lo, ngapain masih duduk didalam betah banget"
Double shit!
Saking tidak sadarnya, bahkan ketika Rezio keluar dari mobilpun Reina tidak sadar. Benar benar memalukan akhirnya Reina juga ikut turun keluar dan Yap Reina tau mereka berada dimana. Reina bingung kenapa Rezio mengajaknya ke toko ini, namun Reina tidak banyak bertanya karena ia sedang malas menjawab dan bertanya kepada Rezio si tampan nan arogan dan tidak nyambung itu. Rezio masuk lalu disusuli Reina dibelakangnya kedalam toko klasik bercat putih ini. Semua barang yang ada didalam toko ini tertata rapi sesuai warna, ukuran, dan wanginya. Reina tanpa sadar berbelok arah saat melihat bunga favoritnya.
Benar sekali, mereka tengah berada di toko bunga yang tak jauh dari sekolah Reina dan tidak jauh pula dari rumahnya. Bunga favoritnya adalah bunga blue baby breath dan Reina langsung saja menyambar baby breath itu dan langsung menghirup aromanya. Ketenangan, itulah yang ia dapatkan kali pertama mencium aroma yang sudah lama tidak ia cium.
"Lo suka?" Reina dikagetkan dengan suara dingin dari Rezio dan Reina menoleh serta mengangguk tanda ia benar benar tengah menginginkan blue baby breath. Rezio meninggalkan Reina dan berbicara dengan pegawai tokoknya. Setelah itu Rezio pindah ke tempat bunga mawar putih dan melihat lihat mawar tersebut. Reina masih saja betah dengan blue baby breath nya jika saja petugas toko bunga tersebut tidak menganggunya dengn memberikan sebuket raksasa bunga blue baby breath dan mawar mawar yang indah. Reina ternganga tidak yakin dengan pemberian dari sang petugas toko."Ini punya siapa mba? Gede banget"
Reina bertanya dengan tampang bodoh dan lugu yang bercampur aduk menjadi satu."Ini punya mba, mas tadi itu yang beliin untuk mba. Silahkan mba diambil bunganya" Reina antara mimpi dan nyata ia mengambil buket raksasa itu dengan kesusahan, bahkan badannya yang mungil ini saja kalah besar dengan buket raksasa yang dibelikan oleh Rezio. Saat Reina akan menyusul kemana Rezio pergi, ia dihentikan sebentar oleh petugas toko tadi. "Mba, beruntung ya punya pacar yang romantis sekali".
Damn!!
Reina yakin wajahnya sekarang sudah benar benar seperti udang rebus. Bagaimana caranya Reina tidak jatuh hati kepada Rezio yang selalu memiliki sejuta hal hal romantis yang tersembunyi. Reina berdiri tepat dibelakang Rezio sambil memegang buket raksasa darinya.
"Kak, thank you so much for special bouquet" Rezio membalikkan badannya dan sudah melihat Reina membawa buket yang tadi ia pesan kepada penjaga toko. "Anytime" Rezio kemudian berjalan didepan Reina dan kembali kedalam mobil, Reina dibelakangnya yang sedang kesusahaan membawa buket raksasa itu tetap saja bahagia walaupun ditinggal jauh oleh Rezio. Setelah tiba didepan mobil Rezio, Reina mengetuk kaca mobil Rezio sambil berkata "Kak bukaiin dong pintu belakang, bunganya mau gue simpen di belakang aja". Rezio mengangguk dan langsung membukakan pintu belakang mobilnya untuk menyimpan bunga milik Reina. Setelah itu Reina masuk ke kursi samping Rezio dan bersamaan dengan hujan yang turun di sore ini mengantarkan Reina kepada jalan perasaannya yang semakin tidak tentu arah.
"Udah sampai". Reina bergegas membereskan bunganya dan berpamitan dengan Rezio, karena diluar masih hujan akhirnya Rezio memberikan jaket yang tadi ia kenakan kepada Reina. "Pakai ini" Reina kembali membisu seribu bahasa. Tapi ia cepat sadar dan mengambil jaket itu lalu ia menutupi bunga pemberian Rezio tadi.
"Kenapa bunganya yang ditutupin?" tanya Rezio dengan nada tidak sukanya. Sedangkan Reina yang memasang tampang bodo amat menjawab Rezio "Karena bunga ini lebih berharga dari pada gue yang sering kena hujan". Ada jeda sedikit sebelum Reina kembali berucap, "Kalau buket ini yang kehujanan, bakalan ronyok dan gak cantik lagi. Tapi kalau Reina yang kena hujan, ya gak masalah gue gak bakal ronyok ataupun sakit. Karena hujan udah jadi bagian gue, Kak". Rezio terdiam tanpa kata dengan ucapan gadis tengil di hadapannya, tidak berusaha merespon walau hanya satu katapun. Akhirnya Reina kembali tersenyum dan menutupi dengan rapih bunga pemberian Rezio.
"Thanks Kak untuk semuanya sore ini. Reina pamit, bye Kak". Reina pun keluar dari mobil Rezio sambil memegangi buket raksasa yang sudah ditutupi oleh jaket Rezio sedangkan dirinya, ia biarkan basah oleh hujan yang lumayan deras sore ini.
Di dalam mobil, sebenarnya kata kata Reina tadi itu adalah bentuk ungkapan perasannya kepada Rezio, bahwa hal sekecil apapun Yang Rezio lakukan akan tetap berefek besar pada Reina. Dan sesungguhnya Rezio tau itu, dan ia paham betul akan perasaan dari Reina tadi, Namun rasa egonya lebih tinggi hanya untuk membalas ungkapan perasaan dari gadis bar-bar itu.
Tanpa Rezio sadari ada sesuatu hal yang muncul tanpa permisi, yang tidak begitu disadari olehnya. Ia hanya tersenyum tipis membentuk lekungan indah di bibirnya, bukan senyuman sinis seperti tadi saat mengatakan niatnya. Tapi lebih pada senyum ketulusan.
****
BSDH PART 19 DONE !!!!
BERIKAN DUKUNGAN KALIAN DENGAN VOTE DAN COMMENTS CERITA INI
_author_
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersama Senja dan Hujan(Sudah Terbit)
Novela Juvenil(BEBERAPA CHAPTER ADA YANG AKU UNPUBLISH KARENA DALAM PROSES PENERBITAN, JANGAN LUPA IKUTAN PO NYA) Mari kuperlihatkan pada kalian, Tentang kuatnya ikatan persaudaraan Tentang Persahabatan yang diinginkan semua orang Tentang Cinta yang tidak di ha...