BSDH(33)

345 16 3
                                    

Semesta, bolehkah saya bertanya?
Apa akhir dari kisah ini? Akankah tetap semenyedihkan ini?
Bisakah kau ubah menjadi akhir yang bahagia? Layaknya film Disney yang selalu happy ending.

h.j.p

—————

Jujur Rezio membenci tempat ini ia bahkan benar benar tidak menyukai tempat dimana ia berdiri sekarang. Jika kebanyakan orang berkata bahawa Bandara adalah tempat yang paling menyedihkan maka mereka salah. Karena Rumah Sakitlah jawaban dari pertanyaan itu, dimana tempat berpisah yang sesungguhnya. Tidak akan kembali seperti di Bandara.

Kejadian akhir-akhir ini sangat menguras tenaga dan fikirannya, sudah hampir sepekan lamanya Rezio tidak kuliah dengan fokus, setiap derap langkahnya selalu terfikirkan akan hal hal yang hampir membuatnya gila.

Saat ini di depan Ruang UGD ia menunggu harap harap cemas. Ia tidak menduga apa yang Reina lakukan itu adalah nyata. Siang menjelang sore tadi tepat didepan matanya ia hampir ditabrak oleh Mobil Alphard berwarna hitam yang kecepatannya mengalahkan pembalab, jika saja tidak datang seorang bocah SMA yang masih mengenakan Almamater Biru seragam sekolahnya dengan cepat dan sigap menodorong dirinya hingga terjatuh di pinggir trotoar.

Dan tepat didepan matanya pula ia melihat bagaimana tubuh gadis SMA itu terdorong sangat keras oleh Mobil Alphard hitam yang melaju dari arah kanannya. Rezio melihat dengan sangat detail bagaimana Reina berlari kearahnya sambil meneriakki namanya, bagaimana Reina menarik tangannya kemudian mendorong dirinya. Rezio tidak akan pernah bisa melupakan kejadian tadi, tidak akan pernah. Dan ini adalah kali kedua dirinya melihat gadis itu tertabrak, dan semua karena dirinya. 'Terkutuklah kau Rezio' umpatnya dalam hati.

"Ini semua karena lo bangsat! Karena lo!"

Rezio merasakan kerah bajunya ditarik paksa sebelum akhirnya ia juga merasakan dingginya lantai Rumah Sakit akibat pukulan orang tersebut.

"Kurang puas apa lo nyakitin dia bangsat? Jawab gue kurang puas apa lo ha?! Brengsek lo!"

Rezio tidak menjawab dan tidak melawan karena ia pun masih tidak percaya dengan apa yang di lakukan Reina padanya. Sebegitu berharganya kah dirinya sampai gadis itu rela membahayakan nyawanya hanya demi keselamatan Rezio yang bahkan tidak pernah memikirkan kebahagian Reina walaupun sedikit saja.

"Tyo cukup! Dari pada kalian buat ribut disini, lebih baik kalian pergi dan pulang!"

Kathrine berbicara lantang dengan dua pemuda dihadapannya ini. Sudah cukup semua yang terjadi, ia lelah dan hanya ingin melihat adiknya sadar.

"Tapi Rine—"

"No! Pergi sekarang juga, baik lo ataupun Tyo kalian berdua pergi dari sini. Sekarang!!" teriaknya penuh frustasi karena dua orang dihadapannya ini tak berniat untuk pergi.

Akhirnya Tyo dan Rezio pergi setelah mendengar teriakkan Kathrine, sesungguhnya Tyo tidak ingin pergi dari tempat ini ia harus tau bagaimana keadaan Reina sampai sahabatnya itu sadar. Tapi apalah daya ketika Kathrine meminta dirinya untuk pulang kerumah.

Selepas perginya Tyo dan Rezio, Kathrine menyandarkan kepalanya pada tembok Rumah Sakit. Ia menangis untuk kesekian kalinya hari ini ,dokter yang menangani adiknya belum keluar juga. Segala macam fikiran buruk terlintas di benaknya, teringat kejadian berapa tahun yang lalu. Ini semua seperti de ja vu disaat ia menangis didepan pintu UGD sambil menangis dan menunggui orang yang sama.

"Kathrine... "

"Mommy, Daddy"

Kathrine berlari kearah pelukan ibunya dan menangis disana. Ia takut, hal buruk terjadi pada adiknya.

Bersama Senja dan Hujan(Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang