7. Khawatir

3.5K 139 9
                                    

Adriansyah POV

"Gak usah dianggap lah yang komennya jelek mah" ucapku.

"Hmmm iya kak. Aku udah tahu kok Pasti ada aja yang gak suka sama hubungan kita" ucapnya "walaupun cuma pura-pura sih" tambahnya sambil berbisik dan mengeluarkan senyum manis miliknya yang membuatku semakin terpesona.

"Hubungan? Hubungan apa? Kalian pacaran?" itu suara mamah. Lica bisa kena marah mamah ini mah. Ahhh mamah selalu muncul di saat yang tidak tepat.

"Gak mah siapa yang pacaran, mamah salah dengar kali" ucapku.

"Gak mamah pasti gak salah dengar" mamah masih aja kekeh.

"Mamah gak percaya sama Rian?" tanya ku. Ahhh ini dia kelemahan mamah kalau aku atau Riani berbicara seperti itu mamah tidak bisa apa-apa lagi.

"Mamah percaya sama kamu Rian, tapi..."

"Gak ada tapi-tapian mah" hahaha aku puas sekali lihat muka mamah yang menahan kesal.

"Oke maafkan mamah, ya sudah mamah masuk dulu kamu juga masuk ya" ucap mamah kepada ku. Hhh mamah memang tidak pernah memperdulikan Lica aku jadi kasihan.

^_^

Setelah selesai sholat magrib aku menuju ruang makan, kami -aku, mama, papa, Riani- menunggu Lica dulu, tapi kenapa Lica gak muncul-muncul.

"Angel kemana kenapa dari tadi gak turun-turun?" tanya papa.

"Gak tahu pah. Aku susulin ke kamarnya aja ya pah" papa pun mengangguk, aku langsung menuju kamar Lica.

Tok tok tok

"Lica ini kakak, kakak boleh masuk?" Tidak lama pintu kamar Lica terbuka. Tapi kenapa Lica pucat sekali?

"Lica kenapa wajahmu pucat?" tanyaku dengan nada khawatir

"Tidak apa-apa kak hanya sedikit pusing" jelasnya. Tidak apa-apa bagaimana wajahnya sangat pucat.

"Yasudah kalau gitu kamu makan terus minum obat. Mau kakak bawain makanan sama obatnya kesini? Atau ikut turun?"

Lica menggeleng "Nggak kak aku ikut makan dibawah saja"

"Benar mau ikut makan di bawah?" tanyaku masih dengan nada khawatir. Lica mengangguk. Baiklah aku tidak bisa menahannya lagi. Akhirnya kami berdua turun untuk makan malam. Kami makan dengan tenang tidak ada acara mama marah-marah atau apalah.

Mungkin mereka diam karena melihat Lica tadi turun dengan wajah pucat.

^_^

Buk buk buk

Suara pintu di ketuk dengan keras. Aku saja sampai terkejut apalagi Lica yang ada di dalam kamar yang pintunya di ketuk dengan keras itu.

"Angel buka pintunya." teriak mama. Aneh kenapa Lica lama biasanya dia selalu cepat. Aku jadi khawatir takut terjadi apa-apa. Tidak lama kemudian pintu kamar Lica terbuka, muncul lah seorang gadis cantik yang sudah memakai seragam yang sama denganku. Aku suka sekali menyebut dia gadis cantik, karena dia memang cantik.

"Kamu tuh menyusahkan mama saja. Kamu jadi anak perempuan harus gesit, nurut. Bukannya kaya gini. Masih untung kamu diurus disini, masih untung mama mau ngurus kamu." ucap mama. Ucapan mama begitu menohok ke hati. Aku saja yang melihatnya sudah sakit hati apalagi Lica yang sebagai objeknya. Aku lihat Lica hanya menunduk.

"Cepat sekarang berangkat. Tidak usah sarapan gak ada waktu. Cepat sana nanti Rian telat kamu mau tanggung jawab?" ucap mama. Aku harus mengambil tindakan kalau tidak mama akan terus memarahi Lica. Aku langsung menuju arah mereka. Aku menarik pergelangan tangan Lica agar dia terbebas dari mama.

Angel {Selesai}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang