Ditempat yang berbeda, tapi di waktu yang bersamaan ponsel Nabilah dan Gaby berdering pertanda ada pesan masuk.
"Besok dateng ke Dubai cafe jam 5 sore gak pake telat ya nak, dandan yang cantik jangan lupa."
Begitulah kira-kira isi pesan yang diterima oleh Nabilah dan Gaby.
***
Sore hari diwaktu yang telah dijanjikan di Dubai Cafe, Nabilah telah terlebih dulu sampai. Matanya menelusuri setiap sudut Cafe mencari keberadaan seseorang yang memintanya untuk datang kemari.
"Ini si Papi mane ye? Nyuruh dateng malah gak keliatan orangnya dimane ishh." Ia berjalan lebih masuk dengan sesekali melirik ke arloji di pergelangan tangan kirinya. Ini sudah jam 5, tepat dengan waktu perjanjian. Berkali-kali ia mengecek ponselnya barangkali Papi nya memberi kabar, tapi ternyata tidak ada satupun pesan dari sang Papi.
"Tapi boleh juga nih selera si Papi, bagus tempatnya, mayan lah." Gumam Nabilah.
"Pesen dulu ah sembari nunggu si Papi." Nabilah akhirnya duduk di salah satu meja yang telah di pesan oleh papinya sambil bergumam memuji Cafe yang ia datangi.
.
.
.Gaby berjalan masuk ke arah Cafe dengan mata meneliti sekitarnya. Ia mencari meja pesanan Papa nya. Gaby melihat ponselnya, ia mengenal nafas karena terlambat 10 menit.
"Misi, Mba, saya udah pesan tempat atas nama Boby meja nomer berapa ya, Mba?" Gaby bertanya pada salah satu pelayan yang kebetulan lewat di depannya.
"Oh meja nomer 27, ada di sebelah sana, Mba." Jawab pelayan tersebut sambil menunjuk ke arah meja yang sedikit jauh darinya.
"Oke makasih ya, Mba." Ucap Gaby sambil tersenyum lalu berjalan menuju meja yang di maksud. Saat langkahnya hampir mendekati meja, matanya memincing memperhatikan seseorang yang duduk di meja tersebut.
Keningnya berkerut bingung. 'Lah kok ada cewe yang nempatin?' Batin Gaby. Bukankah itu meja pesanan Papa nya, tapi kenapa ada seorang perempuan yang menempatinya.
'Tapi kok kaya kenal ya?' Akhirnya Gaby berjalan lebih mendekat untuk memastikan siapa yang duduk di meja pesanannya.
"Nabilah?" Panggil Gaby saat ia telah berdiri di samping seseorang yang duduk di meja pesanan Papa nya yang tak lain adalah Nabilah.
Nabilah mendelik saat melihat Gaby yang berdiri di sampingnya. "Lah si sue ngapain dimari lu?"
"Lho, Gaby yang harusnya nanya lah ngapain kamu disini? Ini meja udah di booking sama Papa ku, kenapa jadi Nabilah yang nempatin?" Ucap Gaby bingung.
"Lah gue disuruh sama si Papi kesini duduk di meja ini juga, ah jangan jangan...-" Nabilah tak melanjutkan ucapannya setelah tau apa maksud dari semua ini.
"Hufft." Gaby menghela nafas kasar sadar akan rencana dari Papa nya.
"Huft haft huft deh duduk deh lu sini." Ajak Nabilah menyuruh Gaby duduk di hadapannya.
Semua ini adalah rencana dari Boby dan Dyo. Mereka sengaja menyiapkan kencan untuk keduanya putrinya agar lebih dekat.
Nabilah dan Gaby sama-sama merutuki kelakuan orang tua mereka di dalam hati. Yah ini sudah terlanjur jadi mau bagaimana lagi. Begitulah pikir mereka.
Keduanya sama-sama diam, Gaby yang sibuk memainkan ponselnya dan Nabilah yang sibuk menatap Gaby dengan lekat. Entahlah apa yang membuat Nabilah seakan enggan untuk mengalihkan pandangannya. Wajah Gaby saat ini seakan menjadi objek paling menarik untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Dini [Completed]
FanfictionTatap masa depan, berpegangan dan mulailah dengan waktu