Tepat pukul 00:00 Nabilah melancarkan aksinya, mengisi barang-barang yang ia butuhkan dan memasukannya ke dalam tas ransel miliknya.
"Dompet udah, pasport udah, tiket udah, Charger udah," gumamnya sembari melihat-lihat apakah ada barang yang tertinggal.
Kembali Nabilah memakai jaketnya untuk menghindari udara dingin di luar sana karena sudah amat malam. Dengan perlahan Nabilah berjalan mengendap-ngendap pergi keluar dari kamarnya. Setibanya ia di ruang tengah keluarga, Nabilah mengeluarkan Kunci mobilnya dan meletakannya di meja tersebut beserta sepucuk surat.
Detik berikutnya, Nabilah pun pergi meninggalkan rumah yang telah menjadi tempat tinggalnya sejak kecil. Nabilah mengedarkan matanya sejenak, mungkin ia akan sangat merindukan tempat ini.
Nabilah menaiki taksi online yang sudah ia pesan untuk menuju ke rumah Gaby--kekasihnya. Selama perjalanan tatapan Nabilah seolah tak pernah lepas dari pekatnya langit malam. Tatapanya terlihat kosong, entah apa yang sedang ia fikirkan. Di benaknya kini hanya ada Gaby.
Taksi online yang Nabilah tumpangi berhenti tepat di depan rumah Gaby. Ia menurunkan kaca mobil lalu memicingkan matanya memperhatikan rumah Gaby. Nabilah merogoh saku jaketnya untuk mengambil ponselnya. Ia mengetikkan pesan melalui aplikasi hijau bertulisan putih miliknya.
GabyM
Gab turun sekarang aku udah didepan.
Iya bil tunggu.
Tak lama kemudian, Gaby muncul dari halaman belakang rumah. Berjalan cepat mendekati mobil taksi. Gaby segera masuk ke dalam taksi yang berisikan Nabilah di dalamnya.
Tanpa basa-basi, Gaby langsung memeluk erat Nabilah. Mencium bahu Nabilah yang berbalut jaket tebal, ia menghirup dalam-dalam aroma tubuh kekasihnya yang sangat ia rindukan.
"Aku kanget banget sama kamu, Bil," bisiknya tepat di samping telinga Nabilah.
Nabilah tersenyum tipis, "Aku juga." Ia membalas pelukan Gaby tak kalah erat. Menyalurkan seluruh kerinduan yang selama ini ia pendam. Setelah dirasa cukup, Nabilah melepas pelukannya. "Kamu udah siap, 'kan?" tanyanya kemudian.
Gaby mengangguk pelan, "Asal sama kamu, aku pasti siap!" jawab Gaby dengan yakin.
Keduanya saling pandang dengan senyum yang merekah dari kedua bibir masing-masing.
"Pak, jalan ke Bandara Soekarno-Hatta ya," ucap Nabilah yang diangguki oleh driver taksi tersebut.
Driver taksi online itu segera melajukan mobilnya. Membelah jalanan malam hari yang begitu senyap.
***
Butuh waktu sekitar 30 menit hingga mereka sampai di Bandara. Setibanya di Bandara, sepasang kekasih ini langsung pergi melakukan check in dengan hanya membawa dua buah ransel.
Setelah mereka check in, terdengar suara pemberitahuan tentang penerbangan yang mereka akan naiki. Kedua pasangan itu saling berpegangan tangan dengan erat dan menunjukkan tampang yang sangat bahagia. Senyuman seolah enggan untuk lenyap dari bibir mereka. Di malam hari yang gelap ini, hati mereka tampak begitu cerah.
Dan sekarang mereka tengah duduk di dalam kursi pesawat dengan kursi yang bersebelahan tentunya.
Sambil memakaikan jaket yang ia gunakan kepada Gaby, Nabilah bertanya pada Gaby.
"Gab, kamu beneran siap, 'kan?" tanya Nabilah untuk memastikan. Ia menatap lekat kedua bola mata Gaby.
"Banget, cuma dengan kayak gini kita bisa sama-sama, Bil," jawab dengan sungguh-sungguh. Kebahagiaannya hanya bersama Nabilah, jadi apapun yang bisa membuat mereka bersama, Gaby akan melakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Dini [Completed]
FanfictionTatap masa depan, berpegangan dan mulailah dengan waktu