Part 14

1K 174 20
                                    

Dyo berdehem cukup keras. "Nabilah," panggilnya dengan tegas.

"Iya, Pi?"

"Papi mau perjodohan kamu dengan Gaby dibatalkan."

***

"Maksud Papi apa?" tanya Nabilah dengan tatapan bingung.

Wajah Dyo tampak begitu serius menatap Nabilah. "Kurang jelas? Papi mau perjodohan kamu dengan Gaby dibatalkan Nabilah Ratna Ayu," ucapnya dengan tegas.

Kedua mata Nabilah membulat sempurna. "Tap ... tapi kenapa, Pi?"

"Perusahaan kita telah dibantu oleh teman Papi yang lain, jadi Papi rasa perjodohan kamu dengan Gaby tidak perlu dilanjutkan," jelas Dyo. Ia meneguk setengah gelas air untuk membasahi tenggorokannya. Matanya kembali menatap Nabilah.

"Dan, Papi minta sama kamu stop buat mencari Gaby, dan mulai sekarang cobalah dekat dengan Nadse sebagai balas budi Papi, karena Papa Nadse lah yang telah menolong perusahaan kita." Dyo mengakhiri ucapannya dengan helaan napas pendek.

"Papi udah gak waras!" tukas Nabilah dengan keras. Kedua telapak tangannya mengepal erat.

"Papi kira aku mainannya Papi yang bisa Papi atur-atur seenak jidatnya Papi?!" Nabilah mengatupkan matanya sejenak. Ia menarik napas dalam, "gak, Pi, aku gak mau. Terserah Papi mau anggep aku anak kurang ajar atau apa, yang jelas aku gak mau sama yan lain selain GABY, titik."

Dengan satu hentakan keras, Nabilah berdiri meninggalkan Dyo dan Melody.

Bagaimana bisa Papi nya melakukan hal itu? Nabilah merasa dipermainkan. Amarah nya begitu menggebu-gebu. Berulang kali ia menarik napas lalu dihembuskannya, berusaha meredam amarah.

Nabilah mengendarai mobilnya meninggalkan rumah. Saat ini, ia ingin menemui Gaby.

***

Tingggg

You have a message from Nabilah<3

Gab, kamu dimana?

Dirumah, kenapa bil?

Keluar sekarang aku didepan rumah kamu.

Kening Gaby berkerut samar, ia merasa heran kenapa Nabilah sekarang berada di depan rumahnya. Bukankah tadi mereka sudah bertemu.

***

"Kenapa balik lagi? Ada yang ketinggalan?"

Tanpa basa–basi Nabilah menarik Gaby ke dalam dekapannya dan memeluk gadis itu dengan sangat erat. Ia menggelamkan wajahnya di ceruk leher Gaby. Menghirup dalam-dalam aroma tubuh Gaby guna mencari ketenangan.

"Ih, apasih, Bil? Dateng–dateng meluk gini, kamu ketempelan setan di mana deh, Bil?" tanya Gaby merasa heran degan sikap Nabilah.

"Diem! jangan banyak protes, aku kangen sama kamu," lirih Nabilah semakin mengeratkan pelukannya.

"Kangen? Kan tadi baru aja ketemu, masa iya udah kangen?"

Nabilah melepas pelukannya, ia menatap lekat pada netra pekat milik Gaby.

"Gab, nikah sama aku besok, 'ya?"

"Hah?!" Mata Gaby mengerjap beberapa kali, tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

"Iya, kurang jelas? Biar aku ulang." Nabilah berdehem, ia menarik tangan Gaby untuk digenggam. "Gaby nikah sama aku besok, 'ya?"

Sembari mengeluarkan bola dari saku celananya yang berisikan sepasang cincin.

Pernikahan Dini [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang