Beberapa hari berlalu, Nabilah dan Gaby resmi menjadi sepasang kekasih. Meskipun terkadang ada perselisihan karena masalah yang kecil. Tapi Nabilah mampu mengatasinya. Ia yang biasanya tak mau kalah, justru kini selalu mengalah dengan Gaby. Ia akan lebih dulu meminta maaf atau membujuk Gaby.
Jika dulu Nabilah sangat tak menyukai Gaby karena sifatnya yang manja. Kini ia malah sangat menyukai semua sifat Gaby. Justru kemanjaan Gaby yang selalu membuatnya rindu. Meskipun hampir setiap hari bertemu, tetap saja rindu itu datang.
Nadse yang melihat kedekatan mereka pun merasa jengah. Sebenarnya Nadse memiliki perasaan lebih terhadap Nabilah, dan saat ia melihat langsung bagaimana Nabilah menyatakan perasaannya pada Gaby, Nadse merasa semakin tak suka. Iya, Nadse adalah seseorang yang mengintip bagaimana Nabilah dan Gaby resmi menjadi sepasang kekasih. Awalnya Nadse memilih untuk diam, tapi melihat keduanya semakin dekat membuat hatinya memanas. Bahkan Nadse berpikir untuk menjauhkan Nabilah dengan Gaby.
Di jam istirahat, Nabilah berdiri di samping meja Gaby. Menunggu Gaby memasukan beberapa buku ke dalam tas. Nabilah tersenyum samar menatap setiap lekuk wajah Gaby. Ia baru sadar, ternyata Gaby sangat manis jika diperhatikan dari dekat. Satu tangannya terangkat untuk mengusap kepala Gaby.
Nadse memandang tak suka pada keduanya. Ia tak menyukai tatapan Nabilah kepada Gaby. Ia tak menyukai perlakuan Nabilah pada Gaby. Lebih tepatnya Nadse cemburu. Nadse memejamkan matanya sejenak. Ia menarik nafas dalam lalu dihembuskan secara perlahan berusaha mengatur emosinya.
Nadse beranjak dari tempatnya, ia berjalan mendekati Nabilah. Sebisa mungkin ia memamerkan senyuman manisnya di depan Nabilah.
"Nabilah." Panggilnya saat telah berada tepat di samping Nabilah.
"Iya, Nads, napa?"
"Temenin ke kantin yuk." Ajak Nadse sambil bergelayut dilengan Nabilah. Ia sengaja melakukan itu untuk memanas-manasi Gaby yang kini tengah menatapnya. Gaby mendengus melihat Nadse.
"Emm... gue...-" belum sempat Nabilah menyelesaikan ucapannya, Nadse sudah terlebih dulu menariknya. "Udah ayok."
Gaby mendelik melihat Nabilah yang hanya diam saja ditarik Nadse seperti itu.
"Bil, mau kemana?"
"Eh Gab, gue mau ke kantin." Nabilah menghentikan langkahnya sejenak. Ia menggaruk kepalanya yang tak gatal merasa bingung dengan situasi seperti ini. Gaby beranjak dari bangku nya berjalan mendekati Nabilah.
"Lah kan tadi Nabilah bilang mau ke kantin bareng Gaby." Ucap Gaby memicingkan matanya ke arah Nabilah.
"Itu...-"
"Udah deh Gab, Nabilah mau ke kantin sama gue."
Lagi-lagi ucapan Nabilah terpotong oleh Nadse. Di dalam hati ia sibuk merutuki dirinya sendiri yang merasa bodoh. Situasi seperti ini saja ia tak bisa mengatasinya.
"Ih apaan? Tadi Nabilah udah janji ke kantin bareng Gaby, bukan sama Nadse." Sanggah Gaby karena memang tadi Nabilah mengajaknya ke kantin bersama.
"Serah deh, yuk Bil keburu rame." Ucap Nadse lalu kembali menarik lengan Nabilah untuk berjalan mengikutinya. Gaby berdecak sebal, "Nabilah ih."
Saat telah berada beberapa langkah di luar kelas, Nabilah menghentikan langkahnya. "Eeh Nadse bentar, tungguin Gaby."
"Si Gaby kelamaan mending kita duluan aja."
Nadse hendak menarik Nabilah lagi, tapi dengan cepat Nabilah menahannya.
"Nads, tunggu."
Nadse mendengus sebal, "kenapa sih, Bil?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Dini [Completed]
FanfictionTatap masa depan, berpegangan dan mulailah dengan waktu