Part 6

1.4K 188 25
                                    

Gaby mendengus saat sampai dikelas yang masih sepi. Ia melirik jam yang menempel didinding kelasnya. Masih terlalu pagi untuk sampai disekolah. Bahkan dikelas hanya ada dirinya saja. Gaby meletakan tas ditempatnya duduk, kemudian berlalu pergi meninggalkan kelas.

Gaby berhenti ditaman belakang sekolah yang jarang dikunjungi siapapun. Sesekali Gaby memang suka ke taman tersebut karena tempatnya yang sepi membuatnya merasa nyaman. Gaby duduk di bangku yang berada di taman tersebut.

Entah kenapa tiba-tiba ia memikirkan Nabilah. Setelah kejadian dimana Nabilah jatuh dan di bawa ke UKS, Gaby tidak pernah bertemu dengan Nabilah karena sudah 3 hari ini Nabilah tidak masuk sekolah. Gaby pun merasakan gelisah, ia khawatir dengan keadaan Nabilah, dan mungkin Gaby rindu(?)

Hingga tiba-tiba Gaby pun berinisiatif untuk menelpon Nabilah guna menanyakan kabarnya.

"Duh telfon gak ya?" sembari memainkan telfon pintar ditangannya.

"Ah tapi kalo ditelfon nanti dia mikir yang engga-engga lagi."

"Duh telfon gak ya, ih Gaby bingung bingung bingungggggg." Gaby menepuk-nepuk pelan keningnya merasa kesal.

"Jangan bingung-bingung, telfon aja kali." Ucap seseorang yang telah berada di samping Gaby tanpa disadari.

"Iya deh ini Gaby telfon." Ucap Gaby, tapi ia sedikit terlonjak saat menyadari suara milik siapa barusan. Gaby pun menoleh kearah sampingnya. "Eh?"

"Nabilah kok ada disini sih? Sejak kapan?" Kening Gaby berkerut bingung menatap Nabilah yang telah duduk di sampingnya.

"Sosoan kaget lu soang, dari tadi gue di sini ngeliatin lu yang lagi bingung mau nelfon gue apa kagak hihihi." Ucap Nabilah sembari tertawa ringan melihat kelakuan Gaby yang menggemaskan menurutnya(?)

"Dih, PD kamu, Bil, siapa juga yang mau nelfonin kamu." Elak Gaby sambil membuang arah pandang kearah lain karena merasa malu.

"Halah sosoan ngeles lu soang, jelas-jelas tadi dilayar handphone lu tertera nama gue, masih mau ngelak juga?" Ucap Nabilah sambil tersenyum miring. Gaby hanya bisa mendengus kesal.

"Kenapa? Rindu?" Tanya Nabilah sambil menaik turunkan alisnya.

"Sama siapa?" Tanya Gaby.

"Aku." Ucap Nabilah dengan pedenya.

"Hidih amit-amit."

"Jangan rindu-rindu, Gab, nanti berat."

"Terseralah." Jawab Gaby malas dan hendak pergi meninggalkan Nabilah.

"Mau kemana?" Nabilah menahan pergelangan tangan Gaby.

"Mana-mana hatiku senang." Jawab Gaby asal.

"Hidih gak pantes begitu lu, Gab."

"Kekantin yuk, Nabilah traktir deh." Ajak Nabilah sambil ikut berdiri.

"Gak usah, Gaby juga bisa beli sendiri."

"Beda rasanya, Gab, ditraktir sama beli sendiri." Bujuk Nabilah agar Gaby mau ikut dengannya.

"Gak."

"Ish ayolah, Gab, sekali-kali lagian jarang-jarang nih gue mau nraktir, yah yah Gab, yaaa?"

"Yauda iya, tapi beneran ya jajanin?"

"Iya, Gaby."

Gaby pun menerima tawaran Nabilah yang akan mentraktir nya makan. Tanpa mereka sadari, Nabilah dan Gaby berjalan beriringan dengan saling bergandengan tangan.

Pernikahan Dini [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang