Part 13

1.2K 159 35
                                    

Jam istirahat, di taman belakang sekolah, Nabilah dan Gaby memilih untuk menghabiskan waktunya di sana. Di bawah sebuah pohon tua, Gaby duduk bersandar dengan kaki diselonjorkan. Sedangkan, Nabilah merebahkan tubuhnya dengan kepala beralaskan paha Gaby.

Keduanya terlihat begitu menikmati kebersamaan mereka. Ditemani keheningan, angin berhembus lembut menerpa tubuh keduanya. Sesekali Gaby menyelipkan helaian rambutnya ke belakang telinga.

Gaby tersenyum lembut menatap wajah Nabilah yang tengah memejamkan matanya. Saat ini, ia merasa sangat senang. Menjadi kekasih Nabilah membuatnya merasa bahagia. Nabilah begitu menjaganya, Nabilah selalu melakukan apa saja untuknya. Nabilah selalu memanjakannya. Gaby benar-benar merasa istimewa karena Nabilah.

Sebelumnya, Gaby tak pernah menyangka. Jika ia akan sangat mencintai gadis yang selama ini selalu mengganggunya. Gadis berisik yang Gaby pikir sangat menyebalkan. Bahkan Gaby selalu merasa kesal jika melihat Nabilah, dulu.

Tapi, kini, Gaby selalu merasa kurang jika Nabilah tak berada di sisinya. Gaby merasa sangat rindu jika tak bertemu Nabilah. Senyuman Nabilah saat ini benar-benar menjadi candu untuknya.

Gaby mengusap lembut rambut Nabilah. "Bil."

Nabilah yang semula memejamkan mata, kini membuka matanya. Menatap lekat kedua bola mata Gaby.

"Iya?"

"Gaby seneng banget," ucap Gaby dengan wajah berbinar. Nabilah dapat merasakan kebahagiaan dari tatapan Gaby. Tanpa sadar, Nabilah ikut tersenyum.

"Seneng?"

Gaby mengangguk cepat. "Iya, Gaby seneng banget bisa jadi pacar Nabilah," lanjutnya, membuat kedua pipi Nabilah menghangat. Rona kemerahan terlihat samar di wajah Nabilah.

Nabilah beranjak dari rebahannya, ia membetulkan posisinya duduk tepat di samping Gaby.

"Aku juga seneng banget bisa jadi pacar Gaby," ucap Nabilah, menarik Gaby masuk ke dalam dekapannya.

Keduanya larut dalam dekapan penuh kehangatan. Membiarkan hening menjadi teman. Degup jantung keduanya seakan berlomba, berdebar begitu cepat. Nabilah memejamkan matanya menikmati aroma tubuh Gaby yang membuat hatinya tenang. Nabilah berharap, agar ia dan Gaby bisa terus seperti ini.

Nabilah lebih dulu melepas pelukannya. Tangannya terangkat, mengusap lembut pipi Gaby. Ia tersenyum menatap wajah Gaby.

Nabilah menyandarkan kepalanya pada bahu Gaby. Kemdian meraih tangan Gaby, mengecup punggung tangan Gaby cukup lama.

"Wadoooh ... makin lengket aja lu bedua."

Nabilah dan Gaby sama-sama tersentak karena Jeje yang tiba-tiba datang. Nabilah mendengus, ia mendelik sebal menatap Jeje yang kini tersenyum duduk di hadapannya.

"Apaan sih lu? Ganggu aja," ketus Nabilah. Ia benar-benar merasa kesal.

"Yaelah, gak baik lu beduaan kek gini. Ntar yang ketiganya itu syaiton," ucap Jeje membuat Nabilah mendelik. "Iya, itu elu setannya," tambah Nabilah.

"Anjir lisan lu, Bil." Jeje mendorong kening Nabilah dengan jari telunjuknya.

"Lagian, lu ganggu aja sih, Je." Nabilah mengusap kasar wajahnya.

Pernikahan Dini [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang