Gaby dan Sinka mulai berjalan menjauhi Nabilah yang terdiam di tempatnya. Helaan nafas panjang lolos dari bibir Gaby. Ada perasaan kesal dan juga rasa bersalah di hatinya karena meninggalkan Nabilah begitu saja.
"Ninggalin dia dan lebih milih pergi kerumah Dudut bikin aku sedikit merasa bersalah, tapi... masa bodo lah, dia juga diem aja tadi dan lagi aku masih kesel karena melihat adegan suap-suapan dia sama Nadse dikelas, ugh..." Batin Gaby menggerutu kesal. Tanpa sadar karena melamun dan kesal, Gaby meremas kuat tangan Sinka yang sedang ia genggam.
"Aw..." Rintih Sinka karena digenggam terlalu keras tanpa sadar oleh Gaby.
"Eh... Dudut, maaf Gaby gak sengaja. Sakit ya, Dut?" Ucap Gaby saat ia tersadar lalu mengusap lembut tangan Sinka.
Sinka hanya tersenyum lalu menggeleng pelan. "Sedikit, Gaby kenapa? Ada masalah?" Tanya Sinka karena merasa aneh dengan sikap Gaby.
"Eum... gak papa kok, Dut." Jawab Gaby dengan senyum seadanya.
"Yakin?" Tanya Sinka kembali untuk meyakinkan Gaby.
Gaby terdiam sejenak. "Ada yang mau aku ceritain, Dut, tapi nanti aja kalo udah sampe dirumah kamu aja aku ceritanya." Ucap Gaby membuat Sinka mengangguk. "Yaudah iya."
Mereka pun kembali melanjutkan langkahnya untuk kerumah Sinka.
.
.
.
Gaby duduk ditepi ranjang milik Sinka. Menunggu Sinka yang sedang menyiapkan minuman dan juga cemilan untuk mereka berdua. Matanya menelusuri setiap sudut kamar Sinka yang didominasi dengan warna putih dan merah muda. Ditambah lagi banyak sekali boneka-boneka berbentuk panda dengan berbagai macam ukuran. Terlihat lucu dimata Gaby.
Cklek
Pintu kamar yang terbuka membuat Gaby menoleh. Terlihat Sinka yang tampak kesulitan membawa nampan yang diatasnya berisi dua gelas sirup dan dua toples cemilan. Sinka berdecak sebal karena melihat Gaby yang hanya diam memperhatikannya.
"Ih Gaby, jangan diem aja. Bantuin Sinka ini susah bawanya." Gerutu Sinka dengan bibir mengerucut membuat Gaby tersadar.
"Eh... iya." Gaby berjalan mendekati Sinka lalu membantu meletakkan nampan tersebut diatas nakas.
Kini Sinka dan Gaby tengah duduk saling berhadapan diatas ranjang. Sinka telah siap mendengarkan Gaby yang akan bercerita.
"Jadi mau cerita apa, Gab?" Tanya Sinka sambil memakan cemilannya.
Gaby terdiam sejenak memikirkan apa yang harus ia ceritakan. "Aku bingung mau mulai dari mana, Dut." Ucapnya sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Pelan-pelan aja, jangan dipaksa nanti sakit, Gab." Ucap Sinka dengan santai membuat Gaby mendelik.
"Apasih, Dut, apaa?!" Gaby mencubit pelan pipi Sinka karena merasa gemas.
"Hahaha... sok atuhlah cerita."
Gaby meminum sirupnya hingga tinggal setengahnya karena tiba-tiba tenggorokannya terasa kering saat akan bercerita. Gaby menarik nafas dalam lalu dihembuskan secara perlahan sebelum memulai bercerita.
"Jadi gini, Dut, aku gak tau sama apa yang aku rasain. Yang jelas aku udah mulai nyaman sama orang itu dan aku gak suka, Dut, kalo dia deket-deket sama orang lain... huft." Jelas Gaby diakhiri dengan helaan nafas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Dini [Completed]
FanfictionTatap masa depan, berpegangan dan mulailah dengan waktu