10 bulan kemudian
Martin's POV
Akhirnya, tanggal 2 November pun tiba. Rasanya sudah lama sekali aku tak pulang ke rumah karena menjalani tur dunia yang cukup padat ini.Selain itu, sudah 10 bulan juga aku tak berkomunikasi dengan Alenta karena BBMnya sudah tak aktif lagi. Aku juga tidak tahu kenapa tapi aku sangat bersyukur bahwa hari ini aku bisa pulang ke kampung halaman lagi.
Aku janji pada diriku sendiri bahwa hari ini aku akan menyatakan perasaanku kepada Alenta karena aku sudah merasakan rindu berkepanjangan dan aku merasa bahwa rinduku ini bukan sekedar rindu kepada sahabat tapi rindu kepada orang yang dicintai.
Sampailah aku dan tim manajemenku di bandara perintis yang tak jauh dari pusat kota Amsterdam. Dari sini, kami akan naik kereta api untuk sampai di wilayah tempat tinggal kami.
Sebelum naik kereta api yang berjurusan ke arah rumahku, aku memutuskan untuk bersalaman sekaligus berpelukan kepada seluruh tim manajemenku yang akan berpisah disini untuk menikmati liburan selama 2 bulan terhitung hari ini.
Aku sangat senang sekali dan tak sabar untuk bertemu keluargaku dan tentunya Alenta.
Setelah naik dan duduk di kereta api, terlintas di dalam benakku untuk tidak pulang ke rumah dahulu tapi mampir sebentar ke rumah Alenta. Aku juga tidak tahu kenapa tapi lebih baik aku mampir sebentar saja setelah itu pulang ke rumah untuk beristirahat. Baru besoknya, jalan-jalan deh sama Alenta. Aku benar-benar tidak sabar.
Setelah sampai di stasiun kereta api yang tak jauh dari rumahku, aku langsung berjalan kaki menuju ke rumah Alenta.
Hanya membutuhkan 20 menit saja untuk sampai ke rumah Alenta dan akhirnya aku sudah sampai tepat di depan rumah Alenta.
Aku langsung masuk ke halaman rumah Alenta dan menuju ke pintu utama rumah berwarna cokelat muda itu, warna kesukaan Alenta.
Aku langsung mengetuk pintu rumah Alenta dan tak lama pun keluarlah seorang asisten rumah tangga yang aku kenal, siapa lagi kalo bukan Nanny Sofia.
"Tuan Muda Garrix, kok dateng kesini nggak bilang-bilang?" Ujarnya.
"Iya, Nanny. Aku sengaja ngasih surprise kedatanganku buat Alenta sama Om Tante Robinson juga." Sahutku semangat.
"Oh gitu ya Tuan. Tapi, mereka semua nggak ada disini Tuan. Mereka semua ada di rumah sakit." Ucapnya dengan nada rendah dan agak lesu.
Rumah sakit? Siapa yang sakit? Kenapa nggak ada orang yang ngasih tahu aku kalo anggota keluarga Alenta ada yang sakit?, batinku.
"Siapa yang sakit, Nanny? Kok saya nggak tahu kalo ada yang sakit." Sahutku agak lemas.
"Maaf sebelumnya, Tuan. Saya nggak bisa ngasih tahu sekarang, lebih baik Tuan Muda ke rumah sakit saja sekarang. Saya kasih alamatnya dan ruangannya ada di ruang ICU." Jawab Nanny Sofia lagi.
"Iya, Nanny. Nggak papa kok. Saya kesana sekarang ya. Makasih infonya. Saya pamit dulu, Nanny." Jawabku agak takut.
"Iya, Tuan. Hati-hati dan Tuan harus sabar." Jawab Nanny lagi.
"Iya, Nanny." Sahutku sambil melambaikan tanganku ke arahnya.
Tunggu, tadi Nanny bilang aku harus sabar. Maksudnya, kenapa aku harus sabar? Aku nggak paham sampai sekarang.
Dengan segera, aku langsung ke rumah sakit yang akan kutuju. Aku naik taksi kesana dan sekitar 10 menit, aku sudah sampai di rumah sakit yang Nanny Sofia kasih tahu.
Dengan rasa khawatir yang mulai tak terkendali, aku langsung ke resepsionis untuk menanyakan letak ruang ICU yang Nanny Sofia maksud.
Ternyata ruang ICU itu berada di lantai 2 rumah sakit ini. Dengan rasa yang tidak sabar, aku langsung menaiki setiap anak tangga yang aku lalui.
Sampailah, aku di lantai 2. Ruang ICU letaknya ada di pojok sebelah kanan lantai ini. Setapak demi setapak aku lalui untuk sampai ke ruang ICU.
Aku sudah sampai di ruang ICU ini, aku berada di luar ruangan dan aku melihat seseorang yang tengah terbaring lemah beserta deretan selang infus yang ada di hidung dan tangannya. Di ruangan tersebut ada keluarga Alenta, Joan, dan keluargaku.
Tunggu, Alenta di mana? Apa seseorang yang berbaring di tempat tidur itu Alenta? Jangan sampai itu Alenta. Aku berharap itu bukan Alenta.
Ternyata, Joan tahu kalo aku sedang mengamati mereka dari luar ruangan. Joan pun mulai beranjak dari kursinya dan sepertinya dia akan menghampiriku.
Apa sudah banyak hal selama 10 bulan ini yang aku tinggalkan? Aku tidak tahu apa maksud semua ini. Jika seseorang yang terbaring itu benar Alenta, mengapa semua orang tidak ada yang memberitahuku?
Aku sangat bingung dan apa Joan bersedia untuk menceritakan semua hal yang tak pernah aku tahu selama 10 bulan ini?
Semoga dia mau menceritakannya. Ya. Semoga.
Hayo, siapa yang lagi sakit? Penasaran? Menuju ke dua chapter terakhir nih. Jangan lupa vote or comment ya, gengs. Jangan lupa cek home gue karena ada cerita baru tapi teenfiction bukan fanfiction lagi. Silahkan cek, thanks! ✌🏽️
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Thinking (Martin Garrix & Hailee Steinfeld) (Completed)
FanficKetika cinta datang lalu pergi secara tiba-tiba