Humanoid

838 51 2
                                    

"Dengarkan aku."

Gadis itu menatap pria dihadapannya dalam diam. Pemuda itu kemudian meletakkan kedua telapak tangannya yang besar di kedua bahu gadis kecil itu. Mata pria itu menatap mata gadis kecil dihadapannya.

"Namamu adalah shani indra natio."

"Shani, indra?" Gadis kecil itu mengulang, dengan intonasi bertanya, memastikan. Dan si pria besar mengangguk.

"Dan kau adalah benda yang kuciptakan," ucap si pria yang menggenakan jas putih itu. Matanya yang kelam tetap menatap gadis bernama shani itu dengan yakin sementara shani memiringkan kepala, tak mengerti. Cengkraman di kedua bahunya yang kecil itu semakin kuat, namun shani tak merasakan rasa sakit yang seharusnya diterima jika bahunya di cengkram sangat kuat.

"Ya!" Shani dapat melihat cerminan wajahnya di kedua bola mata pria itu. Sebuah seringai penuh kepuasaan muncul di wajahnya yang pucat. "Kau adalah manusia buatan yang aku ciptakan. Jadi aku adalah tuanmu."

"Tu...an," shani mengingat.

"Ya shani. Aku adalah tuanmu. Kau kuciptakan untuk membunuh semua orang yang telah membuatku seperti ini! Kau adalah mesin pembunuh yang kuciptakan!"

Shani diam. Otaknya tengah mencerna apa yang diperintahkan oleh sang tuan kepadanya.

"Nodai tanganmu dengan warna merah darah. Bunuh semua orang yang aku inginkan. Turuti semua keinginanku, karena keinginanku..."

"Adalah perintah untukku," lanjut shani datar. Gadis itu sudah cukup sering mendengar dan membaca kalimat itu. Sementara pria besar itu hanya menyunggingkan senyum puas kemudian pria itu meletakkan telapak tangannya yang besar di puncak kepala shani yang kecil.

Pria yang merupakan tuannya, pemiliknya dan orang yang harus dilayaninya.

"... Master.

.

Humanoid

JKT48

Disclaimer:

BLACK_AUTHOR48

.

PAIR :
SHANI INDRA NATIO
X
SHANIA GRACIA

.

Standard Warning applied

.

Happy Reading... :D

Semoga tidak mengecewakan...

Lima tahun kemudian...

Pria paruh baya itu berlari darinya, dan gadis itu mengejarnya dengan wajah datar. Jarak mereka terpaut beberapa puluh meter dan pria itu sudah begitu banyak kehilangan tenaganya hingga akhirnya orang itu tidak bisa berlari lagi. Pria itu tersudut. Di belakangnya ada tembok besar yang tak mungkin pria itu loncati, dan di depannya ada senjata biologis yang siap mengambil nyawanya kapanpun.

Pria paruh baya itu gemetar. Menunduk di depan gadis berambut panjang.

"A-ampuni aku... A-apapun akan kulakukan... kumohon, ampuni aku," lirih pria itu, gemetar. Sedikit-sedikit matanya melirik ke arah gadis berambut panjang yang berbalut pakaian hitam ketat yang masih menatapnya tanpa ekspresi, dengan pedang yang seolah menyatu dengan tangannya.

"Perintah master adalah..." Jeda sebentar. Si gadis itu melayangkan pedangnya.

crats

"... Membunuh orang-orang yang diinginkannya."

Just StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang