Prologue

107 22 43
                                    

Mary berbalik dan tanpa sengaja melihat sosok yang sangat dikenalinya. Mary memicingkan matanya, berusaha melihat orang itu lebih jelas. Mary kini cukup pasti dan berlari mengejar orang itu.

"Alec! Tunggu! Kumohon jangan pergi!"

.....

Sebuah kotak kayu kecil penuh debu nan usang, dibuka dengan kunci kecil dari logam kuningan.

klik...

Kotak itu terbuka. Memperlihatkan setumpuk foto-foto kuno yang telah lama di abaikan sekian lamanya.

Kebanyakan foto-foto itu adalah foto keluarga. Namun beberapa dari foto itu terdapat foto-foto yang sangatlah berharga.

Foto kebersamaan yang telah lama hilang...

Mary meneteskan air matanya melihat senyum seseorang yang sangat dirindukannya di dalam foto-foto tersebut. Sosok dalam foto itu adalah Alec yang kini telah tiada. Entah kenapa belakangan ini Mary jadi sangat merindukan Alec. Hampir setiap harinya ia memikirkan Alec. Mary masih ingat dengan jelas bagaimana kejadian di rumah pinggir pantai dua bulan yang lalu, ketika Alec memejamkan matanya untuk selama-lamanya di dalam pelukannya.

"Mary, Kamu sedang apa?" tanya seseorang di belakangnya.

Dengan terkejut Mary menutup kotak kecil itu dengan tergesa-gesa. Lalu Mary menoleh dan melihat Calvin berdiri tepat di belakangnya. Calvin memandang Mary dengan curiga.

"C-cal?"

"Kamu sedang melihat foto Alec... lagi?" tanya Calvin dengan tatapan menelisik.

Mary tidak menjawab pertanyaan Calvin dan lebih memilih untuk menunduk.

"Mary, Kamu tidak perlu selalu merasa bersalah. Yang bersalah padanya bukan hanya dirimu, tapi juga Aku. Jadi jangan melimpahkan semua kesalahan padamu."

"Cal, selama ini Aku tetap tidak bisa membuang perasaan bersalahku terhadapnya. Suaranya terakhir kali masih terngiang jelas di telingaku. Aku sangat merindukannya."

"Memang, tapi Kamu harus tetap melewati hari-hari dengan tenang, tidak seperti ini." ujar Calvin.

"Seharusnya saat itu Aku tidak menyianyiakannya..." gumam Mary tanpa sadar.

"Maksudmu, Mer?" tanya Calvin.

"Ah! Bukan apa-apa!"

Mary berlari pergi meninggalkan Calvin sendiri di kamar. Calvin menghela napasnya dan berniat keluar dari kamar. Tanpa sengaja Calvin melihat buku harian Mary tergeletak begitu saja dengan keadaan terbuka diatas ranjang. Calvin bermaksud menutup bukunya, tapi ada satu kata yang menarik perhatiannya. Yaitu kata 'Alec', dengan tulisan besar dan diperjelas dengan tinta hitam. Calvin tertarik untuk membaca halaman itu.

Alec...
Semenjak Alec meninggalkan aku...
Aku mulai merasa sepi dan hambar...
Aku tahu Calvin adalah pilihanku saat itu dan seharusnya Aku bahagia karena Aku telah memilikinya...
Namun, Aku kini terus teringat padanya... pada Alec.
Sepertinya Aku mulai merasa pilihanku salah...
Aku tidak seharusnya memilih Calvin saat itu...
Seharusnya Aku memilih Alec...
Mungkin bila Aku memilih Alec saat itu, Alec tidak akan pergi...
Tapi apapun penyesalanku saat ini, semua yang telah terjadi tidak akan berubah...
Alec...
Bila aku katakan satu hal ini...
Apa kau akan mendengarku?
Aku ingin mengatakan padamu...
Alec... kurasa Aku mencintaimu.
Maafkan Aku...
Aku tahu kata-kata ini memang terlalu terlambat.
Tapi yang kukatakan itu adalah kejujuran hatiku.
Alec... Aku merindukanmu.

One Love For 10,000 YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang