Chapter 9 : Dream of The Vision Boy

27 3 44
                                    

Lalu...

Di sebuah taman indah... hamparan yang begitu luas... Giarvin kecil berlari-lari dengan bahagia. Disana, Giarvin hanya seorang diri, ia tidak di temani oleh seorangpun.

"Georgie!!"

Seseorang di belakangnya sedang memanggil seseorang lainnya. Walau sempat berhenti sesaat, Giarvin kembali berlari-lari. Karena dirinya tidak merasa terpanggil, maka Giarvin pun mengabaikan orang itu.

"Georgie!!!"

Panggil orang itu lagi yang serasa semakin keras terdengar. Giarvin membalikkan tubuhnya dan menatap orang yang memanggilnya. Namun, mata Giarvin tidak mampu melihat orang itu. Sebab, tubuhnya seperti mengeluarkan cahaya yang sangat menyilaukan.

"Apakah Kau memanggilku?" tanya Giarvin seraya memicingkan matanya.

"Tentu saja Kau!" jawab orang itu.

Kemudian sosok itu dikenali oleh Giarvin sebagai suara anak sebayanya. Hanya saja, suaranya seperti menggema-gema. Karena anak itu memanggilnya dengan nama yang salah, Giarvin pun protes pada anak itu.

"Tapi, namaku bukan Georgie... Aku Gia, Giarvin!"

Anak itu kemudian terkekeh dan berlari mendekat ke arahnya. Setiap langkah yang di ambilnya membuat Giarvin semakin tidak mampu melihatnya. Namun, saat jarak hanya tinggal beberapa meter. Cahaya di tubuhnya perlahan menghilang. Tinggal wajahnya saja yang terpapar oleh cahaya, sehingga Giarvin tidak bisa melihat wajahnya.

"Dasar bodoh! Namamu Georgie! Bukan Gia atau pun Giarvin!" celotehnya seraya tertawa.

"Siapa kau?" tanya Giarvin yang sangat penasaran.

Anak itu tertawa geli.

"Aku? Kau pasti mengenaliku!"

...

Sepasang mata indah berwarna coklat tua yang terlihat lelah itu seketika terbelalak. Giarvin segera beranjak bangun dari tidurnya, ia terduduk di atas ranjang dan menenangkan dirinya. Napas yang memburu berusaha diaturnya agar kembali stabil seperti sediakala. Disaat ia mulai merasa tenang, ia kembali berbaring di ranjangnya yang empuk dan nyaman. Giarvin pun kembali menatap ke atas, menatap langit-langit kamarnya.

"Kenapa? Sosok anak itu selalu saja hadir dalam mimpiku? Nyaris setiap malam ia muncul dalam mimpiku..." Giarvin bergumam sendiri.

...

Di pagi yang cerah, Giarvin dibangunkan oleh suara bising telepon rumahnya yang berdering keras.

"Mmm?"

Giarvin pun keluar dari kamarnya tanpa memakai baju, hanya dengan celana jeans yang ia pakai sedari kemarin malam. Ia berniat menjawab teleponnya segera. Kalau-kalau telepon itu cukup penting untuknya.

"Ya? Siapa ya?" sapa Giarvin dengan nada malas.

Lalu suara seorang wanita yang lembut terdengar dari seberang sana.

"Tuan muda Qiang... ini Saya Tina." wanita itu menjawab sapaan Giarvin dengan suara yang ramah.

Namun, bukannya senang mendapat perlakuan ramah dan sopan, Giarvin malah menunjukkan raut wajah yang kurang menyenangkan. Mulutnya mendecap beberapa kali, pertanda kalau ia sedang merasa kesal saat ini.

One Love For 10,000 YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang