Senja hampir berlalu sudah. Langit mulai menghitam, terbitlah bulan untuk menerangi semesta. Malam yang mulai merambah dan kesunyian tidak sanggup menghalangi Mary untuk tetap berusaha mencari pekerjaan.
Sesampainya disana, Mary masuk ke dalam gedung yang dapat di katakan sudah agak tua. Dapat dilihat dari cat yang sudah mengelupas dan kusen yang sudah lapuk. Namun gedung itu sangat besar.
Mary bertanya-tanya pada para perawat seperihal selebaran yang didapatnya. Beberapa perawat tetap berlalu lalang tanpa memedulikan Mary. Sedangkan yang lainnya hanya menjawab seadanya.
"Sungguh tidak ada yang ingin membantuku."
Lalu mata Mary tertuju pada sebuah pintu putih di ujung koridor. Tak jauh dari tempatnya berada sekarang. Mary berlari menyambangi pintu putih tersebut dan mengetuk pintunya.
"Silahkan masuk."
Suara seorang pria di dalam ruangan itu mempersilahkan Mary masuk ke dalam ruangan.
krieett...
"Permisi... Saya ingin bertanya. Semoga Saya bertanya pada orang yang tepat."
Seorang pria muda dan tampan duduk disana sambil memperhatikan komputer yang menyala hingga cahayanya menerangi wajah.
"Oh... silahkan. Anda ingin bertanya apa, Nona?"
Mary segera menyerahkan selebaran yang didapatnya.
"Saya mendapat selebaran ini. Saya berharap, lowongan ini masih berlaku. Karena Saya sungguh membutuhkan pekerjaan ini."
Pria itu mengambil selebaran itu dari tangan Mary dan membacanya.
"Oh ya. Betul. Ini masih berlaku, Nona. Anda tertarik?"
Mary yang terlalu bahagia tidak bisa menutupi wajah bahagianya yang sangat berseri-seri.
"Tertarik! Tentu saja tertarik!!"
"Perkenalkan... Nama Saya Kennett. Saya kepala pengurus di yayasan ini."
Pria bernama Kennet itu pun mengulurkan tangannya. Mary menyambutnya dengan antusias.
"Saya Mary."
"Baiklah, Mary. Selamat bergabung dengan Kami. Silahkan mulai bekerja besok. Dan masalah gaji... kami tidak bisa memberi gaji besar. Juga tidak ada hari libur bagi para perawat. Apa tidak apa-apa?"
Mary terkejut. Ia tidak menyangka akan semudah ini.
"Hanya seperti ini saja? Tak ada tes atau ujian dan lain sebagainya? Dan masalah gaji, saya tidak begitu khawatir, kalau libur, itu tidak menjadi masalah sama sekali." ujar Mary.
Kennett menggelengkan kepalanya.
"Yayasan ini kekurangan tenaga kerja. Jadi Kami tidak ingin mempersulit pekerja baru, apalagi yang baru saja akan bergabung. Mempersulit pekerja, sama saja mempersulit yayasan ini sendiri dalam beroperasi."
Air mata bahagia menghiasi mata Mary hingga terlihat berkaca-kaca.
"Oh terima kasih!"
Kertas putih, lengkap dengan materai yang tertera diserahkan pada Mary untuk ditanda tangani. Mary melihat isi surat yang kebanyakan tentang syarat menjadi pegawai yang baik, juga gaji yang tidak besar tertera disana. Namun apa boleh buat? Lebih baik mendapat penghasilan kecil ketimbang tidak ada sama sekali. Setelah membacanya, Mary segera mentanda tangani suratnya. Lalu menyerahkannya kembali.
"Terima kasih. Saya akan mulai bekerja besok. Terima kasih." ucap Mary yang sangat gembira.
"Iya, terima kasih kembali Mary. Ini seragammu. Dipakai ya!" ujar Kennett.
"Baiklah, sampai besok!"
Mary pun berlari keluar dari ruangan kepala pengurus. Sepanjang koridor Mary berteriak gembira sambil sesekali melompat.
plop...
Suara tutup botol terbuka. Mary menoleh ke asal suara itu. Mary melihat seorang nenek yang duduk di kursi roda berusaha mengambil tutup botol yang terjatuh dari sebuah botol hias yang di pegangnya. Mary tidak tega, dan segera di bantunya nenek yang sedang bersusah payah berusaha mengambil tutup botol yang terjatuh tak begitu jauh dari kursi roda sang nenek. Di ambilnya tutup botol itu dan di berikannya pada nenek yang menatapnya dengan tersenyum.
"Ini, nek. Hati-hati jangan sampai terjatuh lagi ya."
Senyuman tersungging di bibir nenek itu.
"Terima kasih, nak."
Setelah membantu nenek yang duduk di atas kursi roda, Mary kembali berlari, keluar dari rumah sakit dan berniat pulang secepatnya.
"Gadis baik..."
...
"Alex! Mama pulang!!"
Alex menyambut ibunya dengan bahagia.
"Mama kok pulangnya cepat?" tanya Alex dengan suara lucunya.
Mary mengeluarkan makanan sedap dari sebuah kantong plastik putih yang di bawanya.
"Hayoo... ini makanan kesukaan siapa ya?" canda Mary pada putri tercintanya.
"Ayam goreng tepung!! Yay!"
Alex melompat-lompat sambil berputar-putar bahagia.
"Mulai besok. Mama akan bekerja lagi- eh? Maksud mama bekerja di tempat yang baru."
Alex memiringkan kepalanya. Ia tampak kebingungan.
"Kenapa, Ma? Kok pindah?" tanya Alex lagi.
"Iya... karena di tempat baru lebih baik. Jadi mama pindah." jawab Mary sekenanya.
"Oh..."
Mary dan Alex menghabiskan waktu dengan bersenang-senang seharian, untuk merayakan hari yang bahagia ini.
...
Di pagi hari yang cerah, Mary telah bersiap bekerja.
Mary menitipkan Alex ke tetangganya. Lalu menitipkan sejumlah uang untuk kebutuhan Alex dan sekedar upah.
Setelahnya Mary pun berangkat kerja. Hari pertama haruslah menjadi hari yang menyenangkan.
...
Sampailah Mary di yayasan tempatnya bekerja. Mary sangat cantik dengan mengenakan seragamnya dan tampak seperti seorang suster.
Sesaat kemudian... saat Mary sedang berjalan, tanpa sengaja ia menabrak seseorang.
"Ah! Maaf..." ucap Mary pelan.
Namun orang itu tidak peduli dan langsung kembali berjalan dengan cepat, sebelum Mary sempat melihat wajahnya. Mary hanya dapat melihat punggung seorang pria berkemeja putih itu.
Mary menggelengkan kepalanya. Saat ia akan berbalik, ia kembali bertabrakan dengan seorang perempuan cantik dan modis. Dan sama, ia juga mengacuhkan Mary dan berlalu begitu saja.
"Hei! tunggu aku!!" teriak perempuan itu sambil melambai-lambaikan tangannya.
Mary kembali menggelengkan kepalanya untuk kedua kalinya.
"Nak..." panggil seseorang di belakang Mary.
Mary berbalik dan melihat seseorang di belakangnya. Dan Mary pun tersenyum.
...
Writer : Evelyn A Chandra
KAMU SEDANG MEMBACA
One Love For 10,000 Years
RomanceSekuel dari Happiness For 10,000 Years *Happiness For 10,000 Years 2* Pernikahan yang seharusnya membawa kebahagiaan malah tidak terasa bahagia. Mary dilanda rasa bersalah dan menyadari bahwa pilihannya salah. Setelah kematian Alec, melalui sedikitn...