Chapter 1 : New Life

52 15 15
                                    

Pagi cerah di hari minggu...

"Mama! Lihat! Gambarku baguskan?" seru seorang gadis kecil yang tiba-tiba berdiri dari duduknya seraya memegang buku gambar.

Namun, ia tidak melihat keberadaan ibunya dimanapun. Gadis itu mencari-cari. Satu persatu ruangan di masukinya. Ternyata ibunya ada di halaman belakang yang sangat kecil. Halaman itu digunakan untuk menjemur baju-baju yang baru selesai dicuci.

"Ada apa, Alex?"

Ibunya segera berbalik dan tersenyum melihat anaknya yang lucu. Ibu dari gadis yang bernama Alexandra itu adalah Mary. Mary Gao. Atau mungkin lebih tepatnya Mary Algren.

"Lihat, Ma! Gambarku baguskan? Aku berusaha keras untuk jadi seorang pelukis terkenal dan membuat Mama bangga padaku!"

Mary menunduk dan melihat hasil gambar anaknya. Ia pun membelai kepala anaknya dengan lembut.

"Pintar! Belajar yang giat. Beberapa bulan lagi kamu sudah harus bersekolah. Jadi harus bersiap, mengerti Alex?"

Alex menganggukan kepalanya dengan antusias. Lalu berlarian dengan gembira.

"Yay! Aku akan bersekolah! Aku akan bersekolah!!"

Mary tersenyum melihat tingkah Alex yang sangat menggemaskan. Nama Alexandra Calvina Algren adalah nama yang diberikan oleh Mary untuk mengenang dua pria yang dulu pernah menempati hatinya. Mary telah memutuskan untuk melupakan masa lampaunya enam tahun yang lalu, yang membuatnya depresi berat. Kini ia hanya fokus pada Alex, putrinya. Ia hanya berusaha mendidik dan memberikannya yang terbaik.

...

"Alex! Makan malammu sudah siap! Ayo cepat kemari!" panggil Mary yang tengah sibuk menyajikan hidangan yang dimasaknya.

Alex yang tengah sibuk bermain dengan boneka beruangnya yang berwarna pink itu mendengar ibunya sedang memanggilnya. Segera di lepaskan boneka di tangannya, tergeletak begitu saja di karpet tipis di sebelah ranjangnya. Alex berlari menuju dapur dan naik dengan susah payah ke atas kursi.

Bukan Mary tidak ingin membantunya, tapi Alex selalu menolak bantuan Mary dalam segala hal. Dengan alasan ia ingin mandiri dan tidak ingin ibunya kelelahan. Karena setiap pulang kerja, Mary selalu terlihat kelelahan. Rasa peduli yang begitu besar pada ibunya membuatnya menolak semua bantuan yang ditawarkan ibunya. Mary jadi teringat akan sifat manjanya dulu yang membawanya pada kehancuran. Karena sifat buruknya itu, banyak yang terluka karenanya. Sifat putrinya sungguh sangat berbeda dengan sifatnya dulu. Jadi ia sangat mendukung sikap anaknya ini.

Begitu naik ke atas kursi, Alex bersiap menyantap hidangan lezat buatan ibunya. Namun Mary mencegahnya dan mengingatkannya.

"Alex... Mama sudah sering ingatkan ya, kok lupa lagi?" tegur Mary.

Alex berpikir sejenak dan terkekeh.

"Eh iya, Ma. Lain kali Alex pasti ingat deh."

Mereka pun bersama-sama memanjatkan doa sebelum makan bersama. Setelahnya, Alex segera menyantap hidangannya dengan lahap. Mary melihat putrinya tumbuh sehat juga pintar, membuatnya merasa bahagia.

"Besok, ketika mama bekerja kamu tidak boleh kemana-mana ya. Tidak boleh menerima tamu, siapapun tidak boleh ya!"

Alex yang sibuk makan menanggapi peringatan dari ibunya.

"Pasti, Ma! Oh iya! Memang besok sudah senin ya ma? Aku ingin sering-sering menghabiskan waktu sama Mama. Kenapa Mama harus bekerja terus?" protes Alex.

One Love For 10,000 YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang