Bab 10 - What's going on?

1.8K 196 8
                                    


Pada akhirnya Namjoon tidak berhasil menghubungi Sungjae sampai pestanya selesai malam itu. Pesta selesai tepat pukul 12 malam. Setelah klub sudah hampir kosong Namjoon masih terlihat tidak tenang dan masih berusaha menelpon Sungjae. "Kenapa dia tidak menangkat teleponnya?!" gerutu Namjoon sendiri.

"Hyung" Jooheon menghampiri.

"Namjoon-oppa, apa Rose baik-baik saja?" kali ini Rose yang bertanya terlihat sangat cemas. Setelah kejadian di lantai dua tadi, Lisa sendiri melihat Rose yang hampir tidak bisa berjalan, dan terus dipapah Jimin untuk keluar lewat pintu belakang. Hanya Namjoon, Jooheon, dan Lisa yang tahu Rose dan Jimin pulang lebih dulu. Walaupun tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Rose, karena Jmin tidak kunjung memberi kabar setelah pesta selesai.

"Dia bersama Jimin. Dia akan baik-baik saja." Namjoon meyakinkan.

Lisa mendesah sedih, Jooheon mengusap-usap pundak kekasihnya itu, mencoba membuatnya lebih baik. "Saat datang tadi Sungjae terlihat ketakutan saat aku akan menyapanya dan menghilang, sekarang Rose tiba-tiba sakit seperti itu" gumam Lisa sedih.

"Ketakutan?" Namjoon menangkap hal aneh pada perkataan Lisa.

Lisa mengangguk pada Namjoon. "Saat aku datang bersama Jihyo, tadi Sungjae seperti melihat hantu dan buru-buru pergi tanpa mau menyapaku." Jelas Lisa.

Namjoon sepertinya dapat menebak alasan Sungjae ketakutan, "Jooheon-ah, apa masalah Sungjae dan gadis itu sangat fatal?" tanya Namjoon pada Jooheon.

"Aku hanya tahu kalau Sungjae sempat berobat pada psikiater selama beberapa bulan setelah masalahnya dengan Park Jihyo. Dia hampir tidak bisa melakukan apa-apa saat itu. Hanya itu yang kutahu. Dia selalu menghindari topik itu." Kali ini Jooheon yang menjelaskan santai.

"Jihyo?" heran Lisa. "Ada apa ini sebenarnya?" tanya Lisa pada Jooheon dan Namjoon, menatap keduanya bergantian.

* * *

Dua jam sudah berlalu setelah Jimin memutuskan untuk berhenti didekat sungai Han. Situasi tadi cukup mengejutkan, jadi Jimin pikir membawa Rose menghirup udara segara adalah ide bagus. Walaupun akhirnya Jimin jadi kedinginan karena mereka sudah terlalu lama diluar mobil.

Rose masih diam melamun bersandar di kap depan mobil mercedez Junsu yang Jimin pinjam. Ia tidak menyentuh kopi hanya yang sudah dingin disebelahnya.

Jimin sempat mengajak Rose untuk masuk ke dalam mobil lagi, agar lebih hangat tapi Rose hanya diam dan mengabaikannya. Setelah beberapa menit didalam mobil untuk menghangatkan diri, Jimin keluar lagi dari mobil dan menghampiri Rose. "Kau yakin tidak ingin masuk ke dalam?" Jimin masih mengulang pertanyaan yang sama, itu mungkin sudah yang kesepuluh kalinya.

"Apa kau tahu?" tanya Rose masih menunduk kebawah.

"Ya" jawab Jimin.

Rose segera menoleh tidak percaya, merasa dikhianati.

Jimin balas menatapnya. "Aku tahu tapi aku juga tahu kalau kau tidak akan percaya perkataanku. Chanyeol tidak pernah salah dimatamu. Ditambah lagi dia juga temanku dan aku berharap dia mau menjelaskan alasannya melakukan semua kegilaan ini padaku." Tutur Jimin tetap tenang.

"Dan kau membiarkanku bersikap bahagia seperti orang bodoh karena orang yang paling kucintai dan kupercaya di dunia ini ternyata sudah membohongiku?!" bentak Rose, menyalahkan Jimin.

"Bahkan setelah mengetahui kebenarannya, kau masih saja bersikap egois dan tidak mau mendengarkan perkataan orang lain." Jimin pasrah.

"Kau juga egois. Kenapa kau diam saja saat melihat Chanyeol me...mempermainkanku seperti ini?!" Rose masih kesal, tapi ada keraguan dan rasa mengasihani dirinya sendiri saat ia berbicara. Rose sedih, marah dan kesal pada dirinya sendiri yang bodoh.

"Kau temanku dan begitu juga Chanyeol." Jimin memulai. "Aku juga tidak ingin menuduh Chanyeol salah begitu saja, walaupun kelihatannya dialah yang sedang berbuat jahat padamu saat ini. Aku yakin dia punya alasan yang masuk akal." Disaat yang tepat Jimin bisa terlihat sangat dewasa dalam menanggapi masalah dihadapannya. Ini bukanlah Jimin yang biasa Rose kenal sehari-hari. "Aku harus bersikap netral, dan itu yang sedang kulakukan. Tapi apa kau sadar sesuatu?" tanya baik Jimin, seakan mengingatkan.

Rose masih diam mendengarkan dengan enggan.

"Namjoon-hyung sudah mencoba memberitahumu tapi kau malah terus membela Chanyeol. Bagaimanapun dia adalah kakak sepupumu. Dia pasti akan selalu berada dipihakmu. Kau melupakan fakta penting itu." Ujar Jimin.

Mendengar perkataan Jimin itu bahkan lebih menyakiti perasaan Rose dibandingkan saat ia melihat Chanyeol mencium Jihyo sebelumnya. Selama ini Namjoon berusaha memperingatkannya dengan hati-hati, tapi Rose benar-benar mengabaikannya. Sudut mata Rose mulai panas karena air matanya akan keluar. Rose yang sejak dua jam yang lalu hanya diam seperti patung akhirnya menumpahkan air matanya, setelah menumpahkan kemarahannya pada Jimin.

Jimin mendekat pada Rose, meminjamkan bahu untuk Rose menangis. Tapi itu tidak cukup karena Rose langsung mendekap Jimin erat dan terisak dalam pelukan Jimin. "Apa yang harus kulakukan Jimin-ah? Aku tidak tahu apa aku harus marah atau sedih?" tanyanya lirih.

Jimin menghela nafas panjang, ia sendiri tidak tahu harus bicara apalagi pada Rose. "Untuk sekarang. Kau bisa menangis sepuasmu."

* * *

Rose yang tiba-tiba menghilang dari pesta sebenarnya cukup membuat Chanyeol khawatir. Bukan karena takut kalau terjadi apa-apa pada Rose, tapi Chanyeol takut kalau Rose tidak sengaja melihatnya bersama Jihyo tadi. Saat itu sebenarnya tidak disengaja karena Jihyo tiba-tiba saja menghampiri Chanyeol saat ia baru saja akan menghampiri Jimin untuk gantian.

Jihyo menangis tersedu-sedu tanpa alasan, itu bukan yang pertama bagi Chanyeol karena setelah mengenal Jihyo. Itu memang kebiasaan Jihyo menangis seperti itu, sama seperti Chanyeol yang kadang melamun sendirian jika memikirkan keluarganya yang sudah hampir hancur berantakan karena perselingkuhan ayahnya. Sedangkan Jihyo, orang tuanya sudah bercerai dan Jihyo memutuskan untuk tidak tinggal dengan salah satu dari ayah dan ibunya.

Chanyeol dan Jihyo merasakan perasaan sedih dan sakit hati yang sama saat mengingat keluarga mereka masing-masing. Pada awalnya Chanyeol pikir itu mungkin hal yang membuatnya sangat nyaman saat bersama Jihyo, tapi tidak. Jihyo adalah segala-segalanya bagi Chanyeol. Dia bisa menjadi teman, orang tua, kakak, adik, dan sekarang adalah kekasih Chanyeol, walaupun tanpa diketahui siapapun.

Jihyo membuat Chanyeol bisa merasakan banyak hal, sangat berbeda saat Chanyeol bersama Rose. Saat mengingat Rose lagi dalam perjalanan pulang, setelah mengantar Jihyo pulang lebih dulu. 

Saat akan membuka kunci rumahnya, Chanyeol sempat melihat kearah pintu masuk rumah Rose yang ada disebelahnya. Berpikir untuk mengatakan semuanya pada Rose, tapi akhirnya itu hanya terjadi didalam pikirannya.

Rose masih sama pentingnya untuk Chanyeol seperti Jihyo. Hanya saja Rose sudah terasa seperti bayangan masa lalu yang akhirnya membentuk Chanyeol yang sekarang. Rose adalah sosok yang hanya berhasil membuat Chanyeol terus hidup. Hidup tanpa merasakan apa-apa.

Begitu Chanyeol membuka pintu rumahnya, tamparan keras dipipi kirinya menjadi sambutan yang mengejutkan dan sakit.

"Apa yang kau lakukan bersama gadis ini?!" bentak Chaeryeong, ibunya marah sambil menunjukan foto yang Chanyeol ingat ia tinggalkan diatas meja belajarnya, karena tadi ia terburu-buru. Itu adalah foto Chanyeol yang sedang merangkul Jihyo dan menghabiskan libur musim panas bersama beberapa bulan yang lalu. Kedekatan mereka itulah yang menjadi pemicu kemarahan Chaeryeong.


continued....

semoga pada suka^^

ditunggu kritik, saran & votenya^^


You & Me / Her!? (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang