Bab 17 - Sniper

1.9K 162 2
                                    


Jimin tidak bisa duduk diam menunggu lagi, sudah terasa lama sekali baginya menunggu aba-aba dari orang-orang yang diperintahkan ayah Jooheon. Didalam rumah kakak Jooheon yang ada dilantai 15, Jimin tidak bisa berhentik menghentakan kakinya dengan cepat sambil memandangi jam dinding yang ada di ruang tamu. Saat itu Daehan dan Mingguk sudah tidur, karena Lisa datang untuk membantu menjaga mereka.

Jadi Jooheon bisa merakit pistolnya dengan lebih leluasa tanpa harus memperlihatkannya pada kedua keponakannya yang belum cukup umur. Jenis senjata yang sedang dirakit Jooheon adalah senjata laras panjang Sniper Riflie yang dirancang khusus untuk menembak sasaran yang jauh.

"Kenapa kau menggunakan ini?" heran Jimin.

"Ini bukan untukku" kata Jooheon hampir selesai.

"Hah?" Jimin semakin bingung.

Jooheon selesai merakit dan langsung menyodorkannya pada Jimin. "Kau yang akan menggunakan ini dari apartemen gedung sebrang" kata Jooheon.

"Apa?!" pekik Jimin. "Kau gila? Aku tidak mungkin bisa-

"Kau bisa" Jooheon meyakinkan.

"Tapi anak buah ayahmu-"

"Hanya akan ada sekitar tiga puluh orang dari anak buah ayahku, dan tidak ada satupun sniper yang ayahku izinkan untuk ikut, karena menurutnya kita tidak membutuhkan sniper. Tapi aku memiliki pemikiran yang berbeda dengan ayahku, kita membutuhkan sniper untuk situasi tidak terduga." Tutur Jooheon.

Jimin menelan ludah, tidak tahu harus bicara apalagi.


Dua tahun yang lalu Jimin memang sangat aktif dalam klub menembak milik ayahnya. Ia bahkan memenangkan banyak kejuaraan, tapi satu tahun yang lalu Jimin melakukan hal yang seharusnya tidak ia lakukan. Saat menginap untuk menjaga Manse, ada perampok yang berhasil masuk ke dalam rumah kakaknya. Saat itu tengah malam, Jimin dan Manse tertidur di ruang tamu setelah bermain game.

Manse tertidur sangat pulas dan tidak menyadari kedatangan perampok berbadan besar itu.

"Kumohon jangan sakiti dia" Jimin memohon, sudah berlutut didepan perampok itu.

Perampok itu diam saja dan sepertinya akan meneruti keinginan Jimin, jika ia boleh mengambil apapun yang diinginkannya.

Tapi Hani pulang disaat yang tidak tepat, ia histeris ketika melihat ada orang asing dengan senjata sedang menodongkan senjata pada adik dan anaknya.

Perampok itu panik, bermaksud menyerang Hani tapi Jimin sudah menerjangnya lebih dulu dan keduanya jatuh bersamaan. Itu memberikan Hani kesempatan untuk menghampiri Manse yang tertidur pulas dan langsung memeluknya.

Saat jatuh Jimin masih belum bisa bangun lagi karena tertimpa tubuh besar perampuk itu. Tapi ia melihat perampok itu menjatuhkan pistol lain, selain yang dipegangnya sekarang.

Perampok itu marah dan bermaksud menembak Hani, tapi Jimin tidak mungkin membiarkannya jadi ia segera mengambil pistol yang jatuh itu dan bermaksud menembak sang perampok. Jimin sangat percaya pada kemampuan menembaknya, ia tidak akan meleset.

Ya, Jimin memang tidak meleset karena pelurunya berhasil menyerempet tangan perampok itu, tapi peluru itu masih terus melesat kearah Hani dan akhirnya malah menembus pundak kiri Hani.

"Noona?!" seru Jimin panik.

Itu adalah kenangan paling mengerikan yang cukup sulit Jimin lupakan, Hani tidak marah bahhan tidak ingat, tapi Jimin tahu Hani sangat tidak suka melihat senjata api. Apalagi jika senjata itu dekat dengan anaknya. Jadi Jimin putuskan untuk berhenti menembak dan jadi atlit tinju.

You & Me / Her!? (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang