...
Langkah Yangja terhenti pada sebuah pintu berhiaskan tulisan nama Hongseok dan Wooseok. Tangan kanannya meraih gagang pintu dan menariknya kebawah hingga pintu itu terbuka.
Sementara tangan kirinya tengah menggendong tubuh kecil Hongseok yang kedua tangannya tengah melingkar ke leher Yangja.Telunjuk tangan Yangja menekan sebuah sakelar yang menjadi pemicu mati dan menyalanya lampu kamar itu.
Cetek...
Suasana kamar yang gelap kini telah terang. Terlihat Wooseok yang telah tertidur dengan selimut dan boneka beruangnya. Sepertinya ia sudah tertidur lelap. Mungkin berjalan-jalan seharian di luar bersama ayahnya membuatnya lelah dan mengantuk.
Yangja melepaskan Hongseok dari gendongannya dan mendaratkan tubuh Hongseok ke atas ranjang. Dan kini ia mendaratkan pantatnya disamping Hongseok yang terus menatapi geraknya. Ia kembali menghapus air mata Hongseok yang kini sudah mulai mengering.
"Tuan, tidurlah. Besok kau harus ke sekolah. Jangan menangis lagi."
Tangan hangat Yangja terus membelai surai hitam Hongseok. Matanya yang sudah mulai menua tengah menatap Hongseok penuh kasih.
"Ahjumma, bolehkah aku bertanya satu hal padamu?" Hongseok mulai mengeluarkan pertanyaan yang sudah lama ia simpan di dalam otaknya. Serak suaranya memecah keheningan malam itu.
"Tentu... bertanyalah. " Yangja tersenyum kecil menanggapi kalimat Tuan muda nya.
"Kenapa appa membenciku?"
Pertanyaan Tuan mudanya seketika menghentikan detak jantungnya. Lidahnya seakan terasa kaku untuk mengucapkan sesuatu.
Ia benar-benar bingung harus mengatakan apa. Bagaimana mungkin ia akan menceritakan masa lalu yang menyedihkan itu pada bocah 10 tahun yang kini tengah duduk disampingnya menatapnya rapuh.
Wajah polosnya sungguh membuat Yangja tak mampu untuk membuat hati bocah malang itu semakin sakit."Aish... kenapa kau harus menanyakannya Tuan."
Yangja mengalihkan tatapan matanya dari bola mata Hongseok. Ia sungguh tak sanggup bila harus menceritakannya sekarang. Ia rasa ini belum saatnya.
Tapi dia juga tak mampu untuk membohongi bocah malang yang kini masih menatapnya itu."Tuan, sekarang bukanlah saatnya untuk membahas tentang itu. Mungkin suatu hari. Saat kau sudah dewasa nanti. Cepatlah tidur. Aku akan pergi membersihkan pecahan guci tadi." Yangja kembali membelai surai hitam Hongseok lalu menyelimuti tubuhnya dan membiarkannya tidur. Perlahan Yangja berjalan pergi meninggalkan Hongseok yang masih menatapi geraknya.
Cetek
Suasana kamar kembali gelap. Dan semakin gelap saat Yangja menutup pintu kamar yang tadi terbuka. Namun mata Hongseok masih belum terpejam.
Tak tau kenapa, ia sulit memejamkan matanya malam ini. Tak tau apa yang sedang ia fikirkan. Namun sepertinya ia tengah memikirkan sesuatu.
Ia meraih buku diary nya di atas meja. Dan kini ia mulai menulis dengan cahaya remang dari lampu kecil dimeja.
Jarinya mulai menari indah di atas kertas. Tinta pulpennya tengah menulis jeritan isi hatinya."Hyung... "
Suara Wooseok seketika menghentikan gerak tangan Hongseok. Dengan tergesa-gesa ditutupnya buku diary itu dan membenarkan posisi tidurnya. Bola matanya tengah melirik ke arah Wooseok yang tak terlihat karena gelap.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Hongseok & Wooseok || Pentagon
Fanfiction'Hongseok & Wooseok' Mereka adalah saudara kembar. Mereka mirip, bahkan sama. Ya, karena mereka memang kembar. Hongseok adalah yang tertua, dan Wooseok adalah yang termuda. Namun ketidak adilan dari ayahnya harus Hongseok terima karena sebuah alasan...