...
"Halmeoni... " dengan terburu-buru Wooseok melangkahkan kakinya. "Au, sakit... ssttt.. " Wooseok kembali memegangi lututnya yang darahnya mulai mengering.
"Pelankan jalanmu, Wooseok. Lututmu sedang terluka. " Hongseok kembali memapah dongsaeng nya.
"Gwaenchana, hyungi." Wooseok terus mencoba berjalan lebih cepat agar bisa segera sampai dipelukan halmeoni nya.
"Halmeoni.... " teriak Wooseok pada wanita tua itu.
Seketika wanita tua itu terkejut dan menatap ke arah mereka berdua. "Aigo..! Apa kabar para jagoan kecilku yang tampan. Aku sangat merindukan kalian." Halmeoni menaruh album foto itu ke atas meja. Lalu membuka kedua tangannya lebar-lebar bersiap menangkap dua jagoan kecilnya yang berhambur kearahnya.
Hongseok dan Wooseok tertawa riang dalam pelukan halmeoni nya. Melepas rasa rindu karena telah lama tak bertemu.
"Aigo..! Kalian sudah besar rupanya." ucap Halmeoni sambil mendaratkan kecupan hangatnya ke pipi Hongseok dan Wooseok.
"Halmeoni, kenapa kau tak memberi tau kami kalau kau akan pulang ke Korea? Ini sungguh mengejutkan." ucap Hongseok dengan riangnya.
"Chagi-ya, aku hanya takut jika memberitau kalian, kalian tak akan bisa tidur semalan karena menanti kedatanganku. Kekekeke... " ucap Halmeoni sambil terkekeh.
"Kau GR sekali Halmeoni eoh. Kekeke... " Hongseok ikut terkekeh.
"Hyungi, maukah kau membantu mengobati lututku sebentar? Ini rasanya semakin sakit eoh." Wooseok nampak meringis kesakitan.
"Tentu, Wooseok. Tunggu sebentar, aku akan pergi mengambil obat dulu." Hongseok berlari memasuki rumah untuk mengambil obat. Dan tak lama kemudian dia telah kembali dengan sekotak peralatan P3K ditangannya.
"Ada apa dengan lututmu chagi-ya? Kenapa bisa lecet dan berdarah seperti inl?" Halmeoni terlihat khawatir.
"Tadi sepulang sekolah terjatuh di halaman sekolah, halmeoni." ucap Wooseok manja.
"Aish, kenapa kau ceroboh sekali. Lihatlah, ini akan terasa perih saat terkena air. Dan kau pasti akan takut mandi nanti. Duduklah yang manis, aku akan mengobatinya." Halmeoni mulai membersihkan luka itu dan mengolesnya dengan cream pengering luka, lalu menutupnya dengan perban.
"Begini lebih baik. Apa masih sakit, chagi?" tanya Halmeoni sembari membelai surai hitam Wooseok dengan lembut.
"Halmeoni, kurasa sakitnya sedikit berkurang. Gamsahamnidha." ucap Wooseok dengan manisnya.
"Sama-sama chagi. Kalian cepatlah ganti baju. Lalu temani halmeoni mengobrol disini." ucap Halmeoni pada Hongseok dan Wooseok.
"Arra... " sahut Hongseok dan Wooseok bersamaan. Lalu berjalan bersama menaiki tangga menuju kamar.
"Wooseok-ah, bagaimana jika appa tau tentang lututmu? Pasti aku akan kena marah." wajah Hongseok nampak mengkerut menyimpan rasa takut.
"Tenanglah, hyung. Kenapa appa harus memarahimu? Bukankah ini kesalahanku?" Wooseok berusaha menenangkan hyung-nya.
.
.
Tak lama kemudian, mereka telah selesai berganti baju dan kembali berkumpul dengan Halmeoni. Baju kembar yang mereka kenakan membuat mereka sungguh tak bisa dibedakan.
.
"Halmeoni, kapan kau akan mengajak kami berlibur ke Jepang? Kami sungguh merindukan tempat itu. Rasanya sudah lama sekali kami tidak kesana." ucap Wooseok sambil mendaratkan pantat kenyalnya ke paha Halmeoni. Ah, begitulah Wooseok, dia selalu bersikap manja pada siapapun.
.
"Kalian merindukan Jepang? Kenapa kalian tak mengajak appa kalian untuk berlibur kesana? Halmeoni tidak berani membawa kalian kesana jika tak ada ijin dari appa kalian." ujar Halmeoni sembari menyruput kopinya yang telah mendingin.
.
"Aish, halmeoni. Kau seperti tidak tau appa saja. Dia adalah orang yang sibuk. Dia tak punya waktu untuk sekedar membawa kami berlibur. Benar kan, hyung?" Wooseok melirik Hongseok yang sedari tadi menatap resah ke arah gerbang.
.
"Hyungi, apa kau mendengarku?" Wooseok heran dengan sikap hyung-nya yang tak merespon kalimatnya.
.
"Hyungi... " Wooseok kembali memanggil Hongseok.
.
"Ah, ne... Waeyo? Apa kau mengatakan sesuatu?" sahut Hongseok kaget. Wajahnya terlihat kebingungan menanggapi kalimat Wooseok.
.
"Hyungi, ada apa denganmu? Kenapa kau terus menatap gerbang?" Wooseok mengerutkan dahinya. Seolah tau apa yang tengah ada di fikiran hyung-nya.
.
"Ah, tidak. Itu... Aku hanya ingin menatapnya. Lagipula aku tidak menatap gerbang, aku hanya menatap salju." jelas Hongseok terlihat semakin aneh.
.
"Hyungi, apa kau takut appa pulang dan memarahimu tentang luka dilututku ini? Jika benar begitu, kau tak usah khawatir, aku akan menjelaskannya pada appa. Halmeoni juga. Benar kan halmeoni?" ucap Wooseok sambil menatap halmeoni.
.
"Tentu, chagi. Tenanglah, kau tak usah khawatir. Duduklah disini dan kita bersenang-senang." Halmeoni meraih tubuh Hongseok dan membawanya duduk lebih dekat dengannya. Melingkarkan sebelah tangannya ke tubuh Hongseok.
.
.
Terlihat sebuah mobil berhenti didepan gerbang. Diiringi suara klakson yang berbunyi tiga kali. Yaa, itu Tn.Jung
.
Yangja dengan telemek yang masih terpasang di tubuhnya tengah berjalan setengah berlari menuju gerbang untuk membuka pintu. Dan tak lama kemudian mobil itupun telah berhasil masuk halaman dengan beberapa butiran salju yang menempel di bagian atas atapnya.
.
Mobil terparkir di garasi, dan tak lama kemudian keluarlah sosok Tn.Jung dengan senyum berbinar. Nampaknya dia sangat senang melihat ibunya pulang. Karena memang sudah lama sekali mereka tidak bertemu.
.
Ditangannya terdapat sesuatu yang sepertinya sebuah oleh-oleh. Hanya satu. Dan pasti untuk Wooseok. Bukan untuk Hongseok.
.
"Eomma... senang melihatmu. Rasanya sudah lama sekali kita tidak bertemu." Tn.Jung mempercepat langkahnya tak sabar ingin memeluk tubuh sang bunda yang telah menua.
.
"Jungsoo-ya, kau semakin gendut saja. Dan lihatlah perutmu. Kenapa jadi sebuncit ini? Jangan bilang karena kau terlalu banyak minum." Halmeoni memeluk anak semata wayangnya sebentar lalu memukul ringan perut Tn.Jung yang buncit.
.
"Yaa...! Bukankah ini hal wajar. Bahkan dulu seingatku perut appa lebih buncit dari perutku. Ayolah, jangan meledekku. Apa kau tak bisa sekali saja memujiku dengan kata tampan. Hahahaha... " Tn.Jung tertawa bebas tanpa beban.
.
"Kau tidak berubah Jungsoo-ya. Hahahaha... " Halmeoni ikut tertawa mengiringi tawa putra tunggalnya.
.
"Appa, apa itu? Apa itu untukku?" tanya Wooseok sambil menunjuk ke arah tangan Tn.Jung yang memegang sebuah benda.
.
Pertanyaan Wooseok mengubah suasana menjadi hening sesaat. Dan kini semua mata tertuju pada sebuah benda yang tengah Tn.Jung pegang.
.
"Oh, nde. Bukankah kau pernah bilang ingin memelihara seekor anjing. Kebetulan aku melihatnya saat aku makan siang di luar tadi. Saat melihatnya, aku jadi teringat padamu, dan kurasa anjing ini sangat lucu. Kau pasti menyukainya. Bawalah ke dalam. Ajak dia berkenalan. Kau punya teman baru sekarang." ucap Tn.Jung sambil menyerahkan kardus yang berisi anjing itu pada Wooseok.
.
"Benarkah? Ternyata kau mengingatnya. Gamsahamnidha, appa." dengan semangat Wooseok meraih kardus berisi anjing itu dari tangan ayahnya.
.
Tn.Jung yang melihat perban dilutut Wooseok seketika terkejut. "Wooseok-ah, ada apa dengan lututmu?" Tn.Jung berjongkok, menekuk kakinya berniat menyamakan tingginya dengan Wooseok Berusaha memastikan bahwa luka di lutut Wooseok bukanlah luka parah.
.
.
Deg
.
.
Detak jantung Hongseok seketika berdetak kencang. Otaknya terus berputar. Dan kini hanya ada rasa takut yang menjejali otaknya....
KAMU SEDANG MEMBACA
Hongseok & Wooseok || Pentagon
Fanfic'Hongseok & Wooseok' Mereka adalah saudara kembar. Mereka mirip, bahkan sama. Ya, karena mereka memang kembar. Hongseok adalah yang tertua, dan Wooseok adalah yang termuda. Namun ketidak adilan dari ayahnya harus Hongseok terima karena sebuah alasan...