46

480 54 9
                                    

...

Hongseok kembali memasukkan sepotong daging ke dalam mulutnya. Dengan mencoba terlihat santai dan tenang, pria itu mengambil beberapa makanan yang ada di meja untuk di letakkan di atas piringnya. Ia juga tak lupa mengeluarkan beberapa pertanyaan pada pria yang tengah duduk di depannya itu. Meski kata 'appa' sangat sulit ia ucapkan, namun sebisa mungkin ia harus mengucapkannya. Hongseok benci harus melakukan itu, tapi ia harus melakukannya. Karena bagaimanapun juga, pria itu adalah ayahnya.

"Appa, apa kau sudah ke dokter? Kau terlihat tak baik."

Suara Hongseok mencairkan suasana makan malam yang sebelumnya hening itu.

"Uhuk...uhuk...kau tak usah khawatir, Hongseok. Aku sudah memeriksakan diri ke dokter dua hari yang lalu. Lagipula aku sudah tua, sudah wajar jika harus sakit-sakitan seperti ini." Sahut Tn.Jung di iringi suara batuknya.

Hongseok mengangguk, tanda mengerti.

"Bagaimana denganmu, Hongseok? Apa Halmeoni memperlakukanmu dengan baik?"

"Ya, begitulah. Halmeoni memperlakukanku dengan baik. Aku sangat betah tinggal bersamanya."

"Syukurlah kalau begitu." Ucap Tn.Jung sembari mengusap bibirnya dengan sehelai tisu. "Aku sudah kenyang, aku masuk kamar dulu untuk istirahat. Kau lanjutkan saja makan malammu, Hongseok."

Pria tua itu meraih tongkatnya yang tersandar tak jauh dari tempatnya duduk. Lalu dengan bantuan tongkatnya ia berusaha untuk berdiri.

"Apa kau butuh bantuan, appa?"

Hongseok memang membenci pria itu. Bahkan sampai sekarang ia belum mampu memaafkannya. Tapi itu tidak berarti rasa bencinya akan menghilangkan nalurinya sebagai anak.

Dengan cepat Hongseok meraih tubuh ayahnya yang tengah berusaha bangkit dari kursi. Lalu memapahnya berjalan menuju kamar.

"Appa, kurasa kau butuh seorang perawat. Aku akan menyuruh Ahjumma mencarikan perawat untukmu."

"Tidak usah, Hongseok. Kau tak perkau repot-repot. Aku hanya sedikit kelelahan saja. Besok pagi juga sudah kembali sehat."

"Tapi, appa ... "

"Sudahlah, kau tak perlu khawatir. Aku baik-baik saja."

Hongseok hanya bisa menurut. Lalu membantu ayahnya berbaring di atas ranjang.

"Appa, Woos ... "

Belum selesai Hongseok bicara, ayahnya memotong kalimatnya. "Soal adikmu, Wooseok. Aku akan membawamu bertemu dengannya besok. Tidurlah lebih awal. Perjalananmu hari ini pasti melelahkan."

"Baiklah ... "

Hongseok meninggalkan ayahnya setelah selesai membenarkan selimut ayahnya beberapa detik yang lalu.

"Hongseok ... "

Langkah Hongseok terhenti saat suara ayahnya mengalun keras menerobos kesunyian di malam itu. Ia menoleh.

"Ne, appa ... "

Hongseok menatap wajah ayahnya yang sudah semakin menua itu. Pria tua itu menatap lekat ke arah Hongseok. Raut wajahnya tak lagi seperti dulu. Kini ia berbeda. Ayahnya sudah banyak berubah. Ya...Hongseok bisa melihat dari tatapan matanya.

"Hongseok, maafkan aku."

Pria tua itu mengucapkan kata maaf pada Hongseok. Dan itu adalah ucapan maaf pertama kali yang Tn.Jung ucapkan pada Hongseok setelah apa yang ia lakukan pada putranya itu dulu.

"Maafkan aku ...  "

Pria tua itu kembali mengucapkan kalimat yang sama. Suaranya bergetar. Hongseok hanya diam ditempat. Mematung dengan beribu pikiran kacau yang memenuhi otaknya. Meski dalam sinar remang, Hongseok masih bisa melihat wajah tua ayahnya yang tengah meneteskan air mata.

Ya, seperti yang Hongseok lihat, sepertinya pria bangsat itu sudah menyadari akan semua perbuatan kejinya dulu.

Hongseok tak berkata sepatah apapun. Ia hanya tersenyum tipis, lalu berlalu pergi meninggalkan pria tua itu sendiri.
...

Part ini mungkin membosankan, maaf ya guys update_nya kelamaan. Mungkin udah pada lupa ma jalan ceritanya. Atau bahkan udah gak tertarik lagi ma perjalanan cerita Hongseok & Wooseok. Hihihi ...
Tunggu cerita selanjutnya ya guys ...

Hongseok & Wooseok || PentagonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang