tanda tanya

10.6K 138 5
                                    

MUTIARA PUNCAK LAWU
Buku 1a

Sesekali angin begitu deras meniup pucuk-pucuk cemara yang meliuk mengiring senja di jalan utama pedukuhan Pucang  yang begitu cerah. Berdesau bagai tak ingin malam menelingkupkan pekatnya hari. Memang jalan itu tak seramai dipedukuhan-pedukuhan yang berdekatan dengan kotaraja Pajang. Di sisi lain jalan utama pedukuhan Pucang dapat dikatakan sebagai jalan buntu dimana sisi paling timur terhampar bengawan yang cukup besar yang sebenarnya menjadi jalur utama dermaga Nusupan sebagai alur perdagangan para saudagar menuju Kasultanan Pajang.
Dan hanya beberapa rakit-rakit penyebrangan menuju tepian timur yang kadang kala menjajakan jasanya oleh beberapa penduduk sekitar.

Akan tetapi seakan-akan suasana kedamaian senja itu terpenggal oleh hirup pikuk beberapa orang penunggang kuda yang nampaknya mencari-cari sesuatu yang diburunya. Namun setelah beberapa waktu mengintari jalan itu hingga sampai batas timur salah seorang yang nampaknya merupakan ketua rombongan orang-orang dengan pakaian keprajurutan itu memberi tanda untuk berhenti,

"Ki Lurah Sarju, apakah kau yakin anak itu menuju jalan ini"

"Demikianlah menurut laporan anak buahku Ki Rangga Jumena" -- tukas Ki Lurah Sarju.

Ki Rangga Jumena menarik nafas panjang-panjang seraya berucap, -- "walau sebenarnya aku tidak tau pasti apakah anak muda itu bersalah atau tidak, kita harus dapat membawanya ke Pajang. Ini perintah yang keras yang harus kita pertanggung jawabkan"

"Tapi aku sedikit heran, seberapa beratkah kesalahan anak muda itu. Atau seberapa bahayakah keberadaannya sehingga Ki Tumenggung Prabandaru memerintahkan tangkap, hidup atau mati?" -- desis Ki Lurah Sarju. -- "bukankah Teja Ndaru itu putra Ki Panji Adiyaksa, sahabatnya sendiri yang kini sedang berada di Mataram?"

"Entahlah Ki Lurah, aku kurang paham. Saat ini yang ku tau bahwa anak muda itu dituduh membantu perbuatan Raden Jaka Pabelan yang telah mencemarkan nama baik kanjeng Sultan. Karna memang semua tau bahwa kedua anak muda itu berkawan sangat dekat"

"Putra Ki Tumenggung Mayang itu memang terlalu berani degsura melakukan hal yang tidak diperhitungkan akibatnya, hingga harus membayar dengan nyawanya" -- desis Ki Lurah Sarju seraya menarik nafas dalam-dalam.

"Sudahlah, persetan dengan ini itu, kita adalah prajurit yang punya kewajiban menjalankan perintah. Mari kita lanjutkan pencarian ini. Kita tidak akan kembali ke kotaraja tanpa membawa Teja Ndaru hidup atau mati"

Bersambung....

Mutiara Puncak LawuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang