Prolog

116 45 83
                                    

Suara motor sport yang menderu membuat keadaan tempat parkir SMA Mera Putih yang tadinya ribut seketika menjadi hening saat mereka tau motor siapa yang menciptakan bunyi seperti itu.

Motor tersebut di susul oleh dua motor sport lainnya yang juga masuk kedalam tempat parkir Mera Putih, membuat semua murid yang berada di area parkir menghentikan aktivitas mereka untuk menonton kejadian yang akan menjadi moodboster mereka di pagi hari.

Dalam hitungan detik, helm tersebut terbuka. Membuat siswi Merah Putih meredam suara teriakan histeris mereka saat Aldino Yoga Fernando atau yang sering di sapa dengan sebutan Yoga, turun dari motornya dengan tasnya yang sudah di sampaikan di sebelah bahu kanannya.

Dua pengendara lainnya yang ada di sebelah kanan dan kiri motor Yoga pun ikut membuka helmnya menampilkan wajah tampan kedua cowok tersebut. Mereka menghampiri Yoga. Ryan dan Fery, mereka adalah sahabat yoga.

"Wih tumben nih gak telat?" Tanya Fery kepada Yoga.

Yoga hanya menatap Fery datar, tanpa ada niat untuk menjawabnya. Fery pun mengendus kesal melihat respon Yoga. Sedangkan Ryan hanya geleng geleng melihat sikap yoga yang sangat irit saat berbicara.

Yoga mengangkat sebelah alisnya melihat banyak siswi yang menonton mereka bahkan mereka tak mengadakan pertunjukan sama sekali.

Memang ini sudah biasa bagi Yoga, tetapi ia hanya bingung apa yang salah dengannya. Ia sama seperti mereka, sama sama makan nasi sama seperti mereka semuah, tidak ada yang special.

Lain dengan siswi Mera Putih yang berada di area parkir, mereka memperhatikan tiga cowok yang sedang berdiri di hadapan mereka. Terutama kepada Yoga mereka menatap Yoga dengan tatapan memuja.

Mereka bertiga berjalan meninggalkan area parkir dan memasuki lobby SMA Mera Putih dengan berjalan beriringan.

"Ya ampun trio cogan!!"

"Kak Yoga ganteng banget njiir!!"

"Kak Ryan juga ganteng!"

"Ganteng semuaaaa."

"Kapan ya kak yoga jadi pacar gue?"

"Wis gank Kak Yoga cogan semua."

Dan masih banyak lagi pujian-pujian untuk Yoga dkk.

Yoga dan Ryan hanya diam dan tetap melanjutkan langkahnya. Bahkan Yoga tidak repot repot untuk melihat siapa yang sedang membicarakannya secara terang terangan seperti itu, karena memang itulah sifat Yoga tidak perduli dan tidak ingin tahu.

Berbeda dengan Fery temanya ia justru tersenyum sumringah merespon siswi-siswi yang menatap mereka sepanjang koridor. Tak tanggung-tanggung ia juga memberikan ciuman jarak jauh membuat siswi-siswi MP yang melihatnya berteriak histeris.

Sedangkan Ryan hanya geleng-gelen kepala melihat sifat temannya yang suka sekali tebar pesona.

*****

The Lovely GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang