TLG part 4 - Permintaan maaf

64 33 12
                                    


Pagi ini seperti biasanya Yoga berjalan di koridor lantai satu dan menjadi pusat perhatian para siswi MP.

Yoga melihat ke seluruh penjuru lapangan sekolah untuk mencari keberadaan temanya, ketika padangannya tertemu dengan manik mata cewek yang menabraknya kemaren. Mereka berpandangan cukup lama, hingga akhirnya Yoga memutuskan aksi tatap-tatapan mereka. Lalu berjalan menuju Ryan dan kawan-kawan.

"Yoyo!!!" teriak Ferry sambil melambaikan tangannya. Yoga berjalan kearah teman-temannya berada, dengan wajah datar khas miliknya.

"Yo tadi malem abis balapan lo pulang kerumah bonyok ya?" tanya leon

"Hm."

Dilihat dari raut muka Yoga saat ini Leon tau kalau sahabatnya ini sedang dalam mood yang tidak baik.

"Beramtem lagi sama Yudha, yo."

"Hm."

Yoga mengendus kesal Karna lagi-lagi tebakan Leon benar tentang dirinya.

"Kenapa si lo hobby banget datengnya telat mulu." ucap Ferry mengalihkan pembicaraan.

"Makannya lo juga telat dapet pacarnya, yo." lanjut Leon sambil menepuk bahu Yoga pelan.

"Iya tuh betul, yo. Ryan aja yang mukanya pas-pasan juga udah dapet cewek, sedangkan lo yang gantengnya di atas Ryan blom dapet cewek. Kalah cepat lo sama Ryan."

"Enak aja bilang muka gue pas-pasan, gak ngaca lo bukanya di antara kita ber empat, muka lo yang paling ancur ya Fer." ucap Ryan. Ryan dan Leon terkekeh melihat perubahan raut wajah Ferry.

"Waktu itu mungkin Maura nerima lo karna terpaksa." cibir Ferry.

Yap Maura dan Ryan memang sudah pacaran sejak beberapa bulan yang lalu hingga sekarang. Hubungan mereka berjalan mulus-mulus saja tanpa hambatan, bahkan tak jarang pula mereka sesekali mengumbar kemesraan mereka di depan murid Mera Putih.

Perbincangan mereka pun terhenti ketika sosok gadis berkulit putih dengan surai coklat legamnya, berdiri di hadapan mereka semua.

"Hai." sapa Nadine di sertai dengan cengiran khasnya.

Mereka semua menatap Nadine bingung. kecuali Yoga, ia menatap Nadine datar.

"Mau apa lo?" tanya leon ketus di sertai tatapan tajamnya, Nadine pun balas menatap Leon tak kalah tajam mengingat pertemuan pertama mereka yang buruk.

"Hai cantik mau cari siapa? Cari gue ya." ucap Ferry dengan pedenya.

"Sorry gue gak cari lo tapi gue kesini cari kak Yoga."

Mendengar ucapan Nadine seketika tawa Ryan dan juga leon meledak. "Mangkannya jangan kepedean, muka kaya pantat wajan emak gue aja lo bangga." ejek Ryan.

"Sirik aja lo, babi!"

Yoga hanya mengangkat sebelah alisnya, matanya menatap manik mata abu-abu milik Nadine. Matanya indah batinnya.

Nadine yang di tatap seperti itu oleh Yoga pun merasa malu dan entah mengapa ia menjadi gugup.

"Gu-gue cuma mau ngasi ini doang kok sama lo, tanda permintaan maaf gue karna udah nabrak lo kemaren." ucap Nadine lalu mengulurkan tangannya untuk menyerahkan bingkisan yang di bawanya. Yang berisi Rainbow cake yang ia beli di jalan sebelum barangkat sekolah ke pada Yoga.

"Please terima, jangan di tolak ya. Tadi gue hampir telat karna mampir beli kue ini dulu sebelum berangkat sekolah."

"Eh bule, kemaren pas lo nabrak gue lo gak minta maaf sama gue malah lo bentak-bentak gue apa lagi minta maafnya bawa makanan kaya gini. Pasti lo ada maunya kan?"

"Brisik lo, gue sumpel mulut lo pake kaos kaki gue lo baru rasa."

"Set dah cantik-cantik kok galak si neng." goda Ferry. Yang tak di hiraukan oleh Nadine.

Lama tak mendapat respon dari Yoga, Nadine pun berdecak kesal. "Hargain kek perjuangan gue." ucap Nadine lalu menyodorkan bingkisannya lagi kepada Yoga.

Lama, Masih tak ada respon juga dari Yoga. "Kalo lo gak mau nerim—"

"NADINNNE..!!"

Belum selesai Nadine berbicara, teriakan dari arah belakang tubuhnya membuat ia mengendus kesal. Ingin rasanya ia menyumpal mulut orang yang telah memanggilnya tadi dengan sepatu miliknya.

Yoga pun bangkit melihat Yudha dkk sedang berjalan ke arahnya sekarang, begitupun dengan Leon Ferry dan Ryan mereka juga ikut bangkit.

Nadine pun membalikan tubuhnya, kini ia berhadapan dengan Yudha dan membelakangi Yoga.

"Kak Yudha lo ngikutin gue ya."

"Siapa si yang ngikutin lo Nad, gue cuma kebetulan tadi ngeliat lo di sini jadi gue susulin deh."

Nadine memutar bola matanya malas.

"Lagian lo ngapain si di sini sama mereka?" tanya Yudha jari telunjuknya mengarah kepada Yoga dkk.

"Emang masalah ya buat lo kalo gue di sini bereng mereka. Suka suka gue dong mau bareng siapa aja."

"Lo gak tau kalo dia." jari telunjuk Yudha mengarah pas kepada wajah Yoga. "Dia Aldino Yoga Fernando adalah mu—"

Bugghh

"Ahhkk..." pekik Yudha.

Belum selesai Yudha berbicara Nadine menendang pusaka yang  mungkin sangat berharga bagi semua laki-laki, dan Nadin barusan menendang milik Yudha.

Semua orang yang melihatnya memekik kaget. Yoga pun yang biasanya memandang dengan tatapan datar kini ia melotot tak percaya dengan gadis di hadapannya ini. Baru kali ini ada cewek yang berani melawan Yudha.

Nadine tersenyum puas melihat Yudha yang sedang meringis kesakitan. Nadin kesal sangat kesal dengan Yudha pasalnya sedari pagi Yudha selalu menganggunya dan mengikuti kemanapun ia pergi membuat Nadine risi.

"Mangkannya jangan gangguin gue terus."

Yudha menatap Nadine tajam sambil memegangu anu'nya dan meringis kesakitan.

Nandine pun tak memperdulikannya ia memilih untuk pergi dari sana. Sebelum Nadine benar-benar pergi ia meraih tangan Yoga, dan menyerahkan bingkisan yang ia bawa. Dan melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu.

Maaf kalo banyak typo!!

The Lovely GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang