Cowok kece itu yang nggak suka mainin perasaan cewek!
~Nadin~
Nadine berjalan menuju kantin, bel istirahat sudah berbunyi lima menit yang lalu. Kalau bukan untuk memenuhi permintaan cacing-cacing di perutnya, ia sungguh malas menginjakkan kakinya di kantin. Selain menghindari bertemu Yudha yang sedari pagi terus menerornya, padahal mereka baru berkenalan kemaren saat bertemu di parkiran itu juga tidak di sengaja karena Nadin menabrak Yudha yang sedang berjalan. Nadine ia juga lebih suka membawa bekal dari rumah yang tentunya lebih steril dan higienis dari pada membeli jajanan di kantin. Namun tadi pagi ia lupa membawa bekal karena terburu-buru.
Matanya menatap sekeliling kantin mencari di mana keberadaan Keyra, yang tadi memang sudah duluan kekantin dengan Dea dan juga Maura. Namun, kedua bola matanya malah menatap kerumunan di tengah kantin. Kerumunan itu sangat ramai sehingga membuatnya penasaran, ia melangkah mendekat.
"Kak Yoga, aku suka sama kak Yoga sejak lama tetapi aku baru berani bilang sekarang. Kakak mau nggak jadi pacar aku?"
Nadine menaikkan sebelah alisnya saat melihat seorang siswi yang ia tidak tahu siapa, tetapi Nadine akui kalau siswi tersebut sangat cantik dengan rambut lurus sebahu dan tubuh tinggi langsing bagaikan seorang model. Kini siswi tersebut berdiri di samping meja Yoga dan ketiga temannya, dengan membawa sekotak coklat mahal.
Kedua bola matanya beralih menatap Yoga yang hanya diam tidak bereaksi, bahkan raut wajah Yoga datar, seperti biasanya namun auranya dalam dirinya berubah menjadi lebih dingin.
"Terima! Terima!"
Suara gemuruh itu mendominasi area kantin.
Yoga bangkit dari tempatnya duduk, kedua bola matanya menatap siswi tersebut dingin, "sayangnya gue nggak suka sama Lo!" Jawabnya santai namun tegas, yang memberi efek sangat dahsyat bagi siswi tersebut.
Siswi tersebut menatap Yoga tidak percaya. Kecewa? Sudah pasti, Malu? Jangan di tanya lagi. Gemuruh di kantin tadi kini berubah menjadi bisikan-bisikan murid-murid.
Seolah tidak perduli, Yoga beranjak pergi menerobos kerumunan. Namun kedua bola matanya tidak sengaja menatap Nadine yang Speechless, tanpa menunggu lama ia melenggang pergi.
"Woy Yoga!!" Teriak teman Yoga yang Nadin tau bernama Leon. Ia berlari bersama dua teman lainnya berniat mengejar Yoga.
"Eh, sicantik."
"Hai, Nadine."
"Eh, Kak Nadine."
Nadine hanya tersenyum merespon beberapa sapaan dari teman yang mengenalinya, meskipun Nadine tidak mengenal mereka. Lantas kedua bola matanya kembali menatap sekeliling kantin mencari keberadaan Keyra. Tidak ada. Baiklah kali ini bukan Keyra yang harus ia cari melainkan Yoga. Entah mengapa hatinya berkata jika saat ini ia harus mencari keberadaan cowok dingin yang sangat minim ekspresi itu.
***
Yoga menghisap rokoknya dalam-dalam, lantas menghembuskan asapnya ke udara. Ia bukan perokok aktif, hanya saja ia merokok di saat-saat tertentu, seperti saat ini perasaannya sedang tidak karuan. Entah ada apa kedua bola mata hazel itu menatap hamparan luas taman belakang sekolahnya, yang sangat jarang di kunjungi oleh murid MP. Saat ini ia sedang duduk di bangku panjang yang memang ada beberapa di sekitar taman. Tanpa kehadiran ketiga sahabatnya, yang saat ini sedang ada dimana.
"Bukannya ngerokok di area sekolah nggak boleh ya."
Yoga menengok kebelakang, saat suara seorang mengganggu ketenangannya. Ia menatap datar seorang cewek yang cukup familiar di matanya, namun entah mengapa ia lupa nama sang pemilik wajah cantik tersebut.
"Lo belum kenal gue kan? Kenalin gue Nadine murid baru kelas sebelas IPA 3." Kini ia sudah duduk tepat di samping tubuh Yoga, ia menyodorkan telapak tangan kanannya pada Yoga.
Yoga hanya melirik uluran tangan Nadine lalu tatapannya kembali pada hamparan luas di hadapannya.
Nadine tersenyum miris melihat uluran tangannya tidak terbalas. Ia menarik tangannya, " sebenernya si tanpa Lo kasih tau nama Lo siapa, gue udah tau kok. Lo Yoga si Most wanted MP kan semua murid di sini kenal sama Lo."
Bego. Udah tau tetap aja nanya. Batin Yoga.
Hening. Tidak ada dari keduanya untuk memulai pembicaraan yang terdengar hanya hembusan angin yang menerpa pohon sehingga menghasilkan bunyi. Keheningan itu tidak berlangsung lama karena Nadine bersuara, "Btw kenapa lo ngerokok sih. Padahal kan ngerokok itu nggak baik buat kesehatan kita." Nadine berbicara tanpa menatap Yoga, karena sekarang pandangannya sedang tertuju pada daun-daun yang berjatuhan lalu terbang tertiup angin.
"Nih ya rokok itu dapat menyebabkan kangker, paru-paru, serangan jantung, hiper-"
"Tau!"
Sebelum Nadine menyelesaikan ucapannya, Yoga sudah memotong terlebih dahulu dengan suara bassnya.
"Lo barusan ngomong." Nadine menatap Yoga tidak percaya, "gue kira Lo gagu karena dari tadi diam aja." Sambungnya sedikit bercanda.
Bukannya menjawab Yoga justru menghisap kembali rokoknya lalu menghembuskan asapnya ke udara. Kegiatan yang membuat Nadine refleks menutup hidungnya dengan telapak tangannya, karena ia sangat benci asap rokok.
"Kalo tau rokok nggak baik buat Lo, kenapa tetap aja ngerokok. Itu namanya Lo itu bego."
"Cerewet."
"Di kasih tau bukannya bilang makasih malah ngatain, ngeselin" Nadine menatap Yoga kesal.
Yoga melirik Nadine, ia menatap wajah Nadine intens. Entah mengapa ia sangat suka menatap iris abu milik Nadine yang sangat bening itu.
"Lo juga cowok yang nggak punya perasaan banget." Kini Nadine berbicara dengan menatap Yoga, yang kelihatannya tidak perduli dengan ucapan Cewek di sampingnya. "Padahal tadi cewek yang nembak Lo di kantin itu cantik loh tapi kenapa Lo tolak coba. Jarang banget loh cewek nembak cowok duluan, harusnya Lo tuh bersyukur masih banyak orang yang suka sama Lo. Kalaupun Lo mau nolak jangan seenaknya kaya tadi dong, kan kasian cewek tadi. Pasti malu banget deh. Nih ya, menurut gue tuh cowok yang keren itu cowok yang nggak pernah nyakitin perasaan cewek ngerti."
Yoga mengernyitkan dahinya, menatap heran cewek yang sedang berbicara padanya ini. Selalu saja pandangannya jatuh pada iris bau yang menyita perhatiannya.
"Eh! Kok Lo malah natapin gue kaya gitu? Lo mikir jorok ya!" Nadine menggeser duduknya menjauh dari Yoga. "Dasar otak cowok nggak ada yang benar deh."
Yoga tersenyum tipis. Bahkan sangat tipis, mungkin jika tidak di perhatikan baik-baik tidak akan terlihat jika saat ini ia sedang tersenyum.
"Selain cerewet, Lo bego juga ya."
"Kok Lo ngatain gue bego sih."
"Emang Lo bego."
"Gue nggak bego ya. Gue tuh pinter."
"Nggak ada orang pinter tuh ngomong-ngomong."
Nadine bangkit dari duduknya lalu menghampiri Yoga, Lalu
"Awwh kok Lo ngejambak rambut gue sih." Sungut Yoga, menatap Nadine tajam sambil ngelus kepalanya yang perih karena ulah Nadine.
Nadine mengerutkan bibirnya, tatapannya mentap Yoga tajam "Abis Lo ngeselin." Ucapnya Sinis dan penuh penekanan di setiap katanya. Setelah mengatakannya Nadine melenggang pergi tanpa basa-basi lagi. Meninggalkan Yoga yang masih duduk diam di tempatnya.
Sedangkan Yoga hanya menatap kepergian cewek aneh itu yang semakin jauh. Entah mengapa Yoga heran dengan dirinya sendiri, tidak biasanya ia seperti ini kepada orang lain apalagi pada orang yang baru di kenalnya. Bahkan pada Indi mamanya dan Keyra adiknya pun tidak pernah seperti ini apalagi sampai aduh mulut seperti tadi. Tetapi tidak pada Nadin, seperti ada yang berbeda pada diri cewek tersebut yang membuat Yoga nyaman jika berlama-lama dengannya tidak seperti cewek lainnya.
Makasih sudah membaca cerita ini
Jangan lupa votment nya ya, karena votment dari kalian sangat berharga.
~Rara~
05 September 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lovely Girl
Fiksi RemajaTidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, Bahkan hal hal yang tidak masuk akal pun akan terjadi jika di kehendaki oleh sang penciptanya. Seperti cinta yng tumbuh di hati Yoga untuk Nadine. Tetapi sayang jalan cinta mereka tidak semulus jalan tol. ...