TLG Part 3 - Pertengkaran

65 34 15
                                    


Nadine menuruni anak tangga rumahnya menuju dapur. Samar-samar ia melihat bi Mina yang sedang berkutat di dapur mempersiapkan menu makan malam untuk malam ini.

Nadine pun dengan cepal mendekat dan membuat bi Mina terkejut hingga tak sengaja menjatuhkan wajan.

"Astagpirlloh...Non Nadine teh bikin bibi kaget." pekik bi Mina dengan aksen Sundanya yang sangat kental sambil mengelus dadanya.

"Hehehe...maaf ya bi. Nadine ngagetin ya. Oh ya biar Nadine bantu ya bi masaknya."

Bi Mina hanya bisa mengangguk menuruti printah majikannya.

Tak lama kemudian makanan pun sudah siap di sajikan di meja makan. Di bantu dengan bi Mina Nadine menghidangkan makanan tersebut di meja makan.

Setelah itu bi Mina memanggil Ferrio, kakak Nadine dan juga mang Dadang untuk makan malam bersama.

Mereka ber empat pun sudah berkumpul di meja makan. Ferrio dan Nadine​ sudah menganggap bi Mina dan mang Dadang sudah seperti keluarga sendiri.

Nadine pun mulai mengambilkan nasi untuk Ferrio. "Segini cukup Bang?" tanya Nadine.

Ferrio pun hanya mengangguk dan tersenyum saat Nadine menyerahkan piring yang sudah terisi nasi kepadanya.

"Oh ya Bang ini yang masak Aku loooh.." ucap Nadine bangga.

"Masa paling juga bi mina yang masak. Kamu mah cuma bantu potong-potong doang." ucap Ferrio sambil mengambil ikan gurame favoritnya.

"Tadi juga El bantu bi Mina goreng-goreng juga kok, ya kan bi?"

Bi Mina pun hanya tersenyum melihat tingkah majikannya, "nya den, tadi teh non Nadine bantu bantu bibi masak."

"Pasti rasanya gak enak, soalnya yang masak orangnya jelek si." ujar Ferrio.

Sudah menjadi kebiasaan bagi Ferrio untuk menggoda Nadine adiknya. Ia juga memangil Nadine dengan sebutan El bukan Nadine. Begitupun sebaliknya Nadine juga menyebutnya dengan sebutan Rio bukan Ferrio.

Mendengar itu Nadin langsung mengubah air mukanya menjadi cemberut.

"Aduhh...Bi kok baru satu suapan perut Rio udah sakit gini ya?" tanya Ferrio kepada bi Mina sambil memeganggi perutnya dan berakting seperti orang sakit perut.

"BANG RIOOOOO." teriak Nadine kesal. Ferrio yang melihat wajah kesal adiknya langsung tertawa keras. Dan itu mampu membuat Nadine menekuk wajahnya.

Segangkan mang Dadang dan bi Mina hanya geleng-geleng melihat kelakuan dua adik kakak ini.

Akhirnya mereka pun makan dengan sesekali bersenda gurau, karena Ferrio selalu menjaili Nadine.

* * * * *

Yoga membuka pintu rumahnya yang terkunci dengan kunci cadangan yang di bawanya.

Rumahnya sangat sepi bahkan lampu ruang tengah sudah dimatikan, ia membuka ponselnya untuk melihat jam digital yang berada di ponselnya.
00.48 pantas saja hampir jam satu dini hari, semuah orang di rumah ini pasti sudah tidur semua.

Yoga melangkahkan kakinya menaiki anak tangga menuju lantai dua di mana kamarnya berada.

"Inget pulang juga lo." ucap seseorang yang secara tiba-tiba keluar dari pintu yang berhadapan dengan pintu kamarnya.

"Mama nyariin anak kesayangannya yang udah tiga hari gak pulang kerumah tuh."

Yoga hanya diam.

"Sekalinya pulang saat semua orang udah pada tidur." lanjutnya lagi.

Yoga hanya menghiraukan ucapan saudara kembarnya itu. Dia terus melangkah menghampiri pintu kamarnya.

Saat Yoga ingin memutar kenop pintu kamarnya, yhuda kembali berbicara. "Li emang anak gak tau diri ya."

Yoga membalikan tubuhnya matanya menatap tajam yudha yang sedang berdiri di depan pintu kamarnya. "Gak usah ngurusin hidup gue."

Yudha tersenyum sinis. "Siapa juga yang mau ngurusin anak buangan kaya lo."

Mendengar kalimat terakhir yang di ucapkan Yudha, Yoga langsung menarik kaos Yudha, dan satu pukulanpun pelayang tepat mengenai pipi kiri Yuhda. Hingga Yudha jatuh tersungkur di lantai dan darah segar pun mengalir di ujung bibir Yudha.

Sebelum Yoga kembali memukul wajah Yudha sebua suara mengintrupsinya hingga ia melepaskan cengkramannya pada kaos Yudha.

"Yoga Yudha...ada apa ini." ucap arya papa mereka.

Yoga hanya diam di tempat, sedangkan Yudha bangkit dan menyeka darah yang mengalir di ujung bibirnya sambil tersenyum sinis kepada Yoga.

"Yoga kapan kamu pulang sayang." ucap Rindi mama mereka yang baru saja keluar dari kamarnya.

Yoga yang mendengar kalimat Rindi langsung membuang arah pandangnya.

"Ada apa ini?" tanya Arya kedua kalinya kepada anak kembarnya.

"Tanya aja sama dia." jawab Yoga sambil melirik Yudha malas.

"Kenapa Yudha?" tanya Arya kepada anak sulungnya.

"Gak tau tiba-tiba dia langsung main pukul aja tuh."

"Gak usah ngada-ngada deh, Bunkannya lo tadi yang bilang kalo gue cuman anak buangan. Lagin gak mungkin kalo ada asap tapi gak ada sumbernya." ucap Yoga.

Seketika air muka Arya dan Indi berubah ketikan mendengar ucapan Yoga, menjadi Sedih.

Yoga pun masuk kedalam kamarnya dan menutup pintu kamarnya dengan keras tanpa berpamitan dulu.

Air mata Indi pun tak bisa di bendungnya lagi, ia menangis. Arya yang mendengar isakan yang keluar dari mulut Indi pun langsung merengkuh tubuh istrinya.

"Yudha kamu sebaiknya masuk terus tidur." Ucap Arya pada putra pertamanya.

"Tanpa di suruh juga udah mau masuk." ketus Yudha.

Indi yang mendengar nada bicara Yudha yang ketus semakin mengeratkan pelukannya pada suaminya dan menagis sesenggukan di dalam dekapan suaminya.

Arya tak bisa melakukan apa-apa selain menenangkan istrinya dan membawanya masuk kedalam kamar mereka.


Maaf kalo banyak typo!!

4 September 2017

The Lovely GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang