_______
Nadine mengendus kesal. Dalam hati ia merutukki kesialannya hari ini. Sudah hampir dua jam Nadin menunggu kakaknya, Rio. Yang sampai sekarang belum juga menjemputnya. Ingin menghubungi pun tetapi ponselnya mati, kehabisan baterai.
Jika saja ia berani naik angkot atau kendaraan umum lainnya, ia sudah melakukan sejak tadi. Namun ia memiliki trauma saat menaiki kendaraan umum waktu kecil. Hingga sampai sekarang pun ia tidak berani melakukannya.
Lelah berdiri, Nadine pun berjongkok di depan gerbang sekolahnya. Sekolah juga sudah sangat sepi, membuat Nadine takut. Apalagi hari sudah hampir petang. Nadine menatap jalanan di hadapannya yang sangat sepi. Memang sekolahnya bukan terletak di pinggir jalan raya, tetapi memasuki kompleks perumahan. Karena itu tidak ada angkutan umum yang lewat kecuali ojek, jika ingin menggunakan angkutan umum ia harus jalan ke halte depan kompleks yang jaraknya sekitar enam puluh lima meteran.
"Abang kok nggak datang-datang ya. Apa dia lupa jemput gue ya." Nadine menatap langit yang sudah menampakkan senja, "langit juga udah mau gelap."
Nadine memeluk lututnya lalu menenggelamkan wajahnya di sana.
* * *
Yoga berjalan ke tempat parkir, sambil sesekali bersiul-siul. Ia baru saja menyelesaikan hukumannya mengepel lapangan indoor karena tidak mengerjakan tugas matematika. Sebenarnya bisa saja ia tidak usah mengerjakan hukumannya tersebut dan kabur pulang. Tetapi menurutnya lebih baik di sekolah lama-lama dari pada harus pulang kerumahnya, lebih tepatnya rumah orang tuanya. Sebenarnya juga ia memiliki apartemen sendiri, yang ia beli dengan uangnya sendiri. Tetapi ia sudah berjanji pada adiknya bahwa ia akan pulang kerumah hari ini.
Saat ingin mengenakan helm tanpa sengaja matanya menatap seorang gadis yang sedang duduk berjongkok di depan gerbang. Yoga mengenali gadis yang sedang berjongkok itu walaupun wajah gadis itu di tenggelamkan di antara lipatan kedua kakinya. Yoga mengenalinya karena tas ransel yang berwarna biru langit yang gadis itu pakai.
Yoga ngerutkan keningnya 'udah hampir gelap kenapa belum pulang tuh cewek. Belum di jemput atau gimana sih, nggak takut kenapa-napa apa ya.'
Karena rasa khawatir yang entah timbul dari mana, Yoga meletakkan helmnya kembali keatas tangki motornya lalu turun dan melangkah mendekati gadis tersebut.
Yoga berhenti selangkah di belakang gadis itu, bahunya bergerak naik turun membuat ia tahu bahwa gadis di hadapannya kini sedang menangis.
"Lo belum pulang?" Ucapnya dengan nada datar seperti biasanya.
Mendengar suara bass yang terasa tidak asing di telinganya Nadine menengok kebelakang dan menemukan tubuh seseorang yang ia kenali menjulang tinggi di hadapannya. "Lo juga belum pulang?" Tanyanya balik sambil mengusap sisa air matanya.
"Kenapa nggak pulang? Udah sore begini. bakalan turun hujan juga sebentar lagi." Yoga menatap Nadine datar.
"Lo juga kenapa belum pulang? Ini udah sore dan bentar lagi mau hujan."
Yoga menarik napasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya kasar. Ia baru ingat jika berbicara dengan cewek di hadapannya memerlukan kesabaran yang ekstra.
Yoga mengulurkan tangan Kanannya, "Bangun. Gue antar."
"Antar apa?" Tanya Nadine dengan ekspresi polos yang membuat siapapun yang melihatnya gemas, termasuk Yoga, tetapi ia menyembunyikannya dengan raut wajah datarnya.
"Gue antar Lo pulang. Cepetan sebelum gue berubah pikiran." Ucapnya lebih tegas.
Nadine menerima uluran tangan Yoga, lalu Yoga menariknya untuk berdiri. "Tapi gue lagi nunggu Abang gue."
"Mau sampai kapan Lo nunggu. Ini udah sore, mungkin Abang Lo lupa jemput." Ucapnya lalu menarik tangan Nadine agar mengikutinya berjalan keparkiran.
"Tapi..
Sebelum Nadine menyelesaikan ucapannya Yoga berhenti lalu melepaskan cekalannya pada tangan Nadine dengan kasar. Ternyata mereka sudah sampai di parkiran, tepatnya di sebelah motor sport milik Yoga.
"Lo mau ikut gue apa mau tetap disini nunggu Abang Lo itu?" Tatapan mata tajam dan dingin Yoga membuat Nadine sedikit ngeri.
"Iya gue ikut Lo." Ucap Nadine menunduk tanpa melihat mata tajam milik Yoga. "Jadi cowok kok nggak bisa lembut dikit sama cewek." Gumamnya pelan.
Sebenarnya yoga mendengar gumaman Nadine tetapi ia tidak mempermasalahkannya, ia hanya melirik Nadine sekilas lalu menaiki motornya. "Cepetan naik."
Nadine hanya menuruti apa yang di katakan Yoga tanpa berkata apa-apa lagi walaupun hatinya bingung karena perubahan sifat Yoga yang kelihatan sangat berbeda dari biasanya. Dan ia juga sudah sangat lelah berdiri selama satu jam lebih, membuat ia ingin cepat-cepat pulang kerumahnya.
* * *
Maaf baru update.
Maaf juga karena ceritanya pendek.Ada yang nunggu cerita ini nggak??
~Rara~
27 September 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lovely Girl
Teen FictionTidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, Bahkan hal hal yang tidak masuk akal pun akan terjadi jika di kehendaki oleh sang penciptanya. Seperti cinta yng tumbuh di hati Yoga untuk Nadine. Tetapi sayang jalan cinta mereka tidak semulus jalan tol. ...