Yoga baru saja sampai di rumahnya saat jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam, karena setelah mengantarkan Nadine pulang, ia juga mampir dulu ke bengkel.Saat Yoga ingin menaiki tangga untuk menuju kamarnya, terdengar suara seseorang memanggilnya dari arah jam tiga yang membuatnya harus terpaksa menghentikan langkahnya.
"Yoga, kamu baru pulang nak. Sini ikut makan malam bareng sayang." Indi menatap anaknya penuh harap.
Yoga menatap meja makan yang terdapat Mama Papa nya dan juga Keyra dan Yudha yang juga sedang menatapnya sekarang. Yoga menatap Indi sekilas, lalu dengan berat hati ia melangkah mendekati meja makan tanpa suara lalu duduk di samping Keyra dan berhadapan dengan Yudha. Dan itu membuat Indi tersenyum melihat anaknya itu, karena sebelumnya mereka belum pernah sekalipun kumpul di meja makan dan juga makan bersama.
"Yoga gimana sekolah kamu nak?" Tanya Indi seraya mengambilkan nasi dan lauk pauk untuk yoga.
"Baik."
Indi hanya tersenyum mendengar jawaban dengan nada datar dari anaknya. Ia tetap bersyukur setidaknya Yoga menjawab perkataannya, tidak seperti sebelumnya yang selalu mengabaikannya tanpa mau mendengarkan omongannya.
sedangkan yudha yang duduk di sebelah Indi menatap Yoga tidak suka dengan terang-terangan.
suasana canggungpun menyelimuti meja makan keluarga ini, tidak ada satupun dari mereka yang ingin memulai pembicaraan, sehingga hanya ada suara sendok dan garpu yang beradu.
setelah makanan di piringnya habis yoga bangkit dari kursinya lalu pergi menuju kamarnya yang berada di lantai dua tanpa bicara apapun lagi.
sedangkan semua orang yang berada di meja makan menatap kepergiannya. Terutama Indi yang merasa hatinya ikut sakit saat melihat sikap anaknya seperti ini karena kesalahan dan kebodohannya di masa lalu, yang membuat Yoga tumbuh besar seperti ini.
* * *
Keadaan Sekolah masih terlihat sepi sekarang, hanya ada beberapa murid dan juga petugas kebersihan karena sekarang masih sangat pagi.
Nadine sengaja berangkat lebih pagi hari ini, karena ia ingin menyelesaikan tugas rumah yang belum ia selesaikan karena catatannya kurang lengkap, sehingga ia sengaja kesekolah pagi-pagi untuk meminjam buku di perpustakaan.
Nadine berjalan tenang dengan bersenandung kecil. Saat ingin berbelok di koridor tanpa sengaja matanya melihat siulet cowok yang sangat familiar sedang berjalan berlawanan arah dengan tujuannya.
Entah setan apa yang memasukinya, Nadine mengikuti cowok itu. Dan di sinilah, ia berdiri di depan sebuah pintu besi setelah menaiki tangga dari lantai satu hingga lantai tiga, dan tadi juga iya sempat memasuki gerbang yang di dalamnya terdapat beberapa anak tangga.
Ketika membuka pintu itu dengan pelan, pertama yang Nadine rasakan adalah terpaan angin yang begitu kencang, membuat rambut panjangnya yang tergerai indah kini berterbangan karena hembusan angin pagi yang begitu menyejukkan.
"Lo ngapain disini?"
Suara bass dengan nada dingin itu membangunkan Nadine dari lamunannya. Mata Nadine mencari sumber suara tersebut, dan kini matanya menatap seseorang yang tadi sempat ia lihat di koridor, yaitu Yoga.
Nadine diam menatap cowok jangkung yang kini sedang duduk di kursi panjang usang, tetapi masih layak pakai itu. Ia terpaku menatap Yoga yang terlihat sangat keren dengan baju sekolah yang tidak di masukan dengan kedua kancing teratasnya di biarkan terbuka yang memperlihatkan sedikit kaos putihnya, serta rambut hitam pekatnya yang biasanya selalu rapih dengan jambul badainya, tetapi sekarang terlihat sangat berantakan karena terpaan angin, membuatnya terlihat berlipat-lipat lebih tampan dari biasanya dimata Nadine.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lovely Girl
Roman pour AdolescentsTidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, Bahkan hal hal yang tidak masuk akal pun akan terjadi jika di kehendaki oleh sang penciptanya. Seperti cinta yng tumbuh di hati Yoga untuk Nadine. Tetapi sayang jalan cinta mereka tidak semulus jalan tol. ...