Awan hitam menghiasi langit Jakarta di siang hari, membuat siapa saja tau jika sebentar lagi pasti akan turun hujan.Sama halnya dengan seorang gadis yang sedang berdiri di depan gerbang sekolahnya. Bel pulang sudah berbunyi dua puluh menit yang lalu, membuat keadaan sekolahnya sekarang menjadi sepi hanya ada beberapa anak yang mungkin sedang melakukan eskul.
Nadine, gadis itu menatap langit dengan berdecak pelan. Antara kesal karena mau turun hujan dan juga sampai sekarang kakaknya yang tampan itu belum kelihatan Batang hidungnya, membuat Nadine ingin mencincangnya nanti ketika datang.
"Dasar kakak gue emang laknat banget, bilangnya udah ada di jalan tapi sampe sekarang belum sampai-sampai. Di telfon nggak di jawab, mau ujan lagi." Gerutunya.
Nadine menengok kanan kiri, siapa tau ada mobil kakaknya. Jika ia tidak terauma naik kendaraan umum, sudah dari tadi ia pulang dengan angkot.
Dari arah gerbang terdengar suara motor yang sepertinya ingin lewat, membuat Nadine bergeser kesamping agar tidak menghalangi jalannya.
Tanpa di sangka motor tersebut justru berhenti tepat di depan Nadine, membuat gadis manis itu mengerutkan keningnya. Namun ketika sang pengendara motor pesva tersebut memalingkan wajahnya, membuat kerutan di dahi Nadine memudar di gantikan dengan membulatkan matanya terkejut.
"Kak Yoga." Beonya.
"Kakak Lo belum jemput?" Tanya Yoga dari atas motor pesvanya.
Nadine mengangguk.
"Mau gue anterin."
Nadine berfikir terlebih dahulu ingin ikut atau tidak, melihat wajah Yoga lagi saja membuatnya kembali terakhir yang ia ucapkan pada cowok itu.
Egois? Apa iya cowok itu egois dan tidak perduli? Tapi kenapa sekarang ia justru menawarkan tumpangan padanya, bahkan ini bukan yang pertama kalinya.
Yoga menatap Nadine yang hanya diam saja. Seolah mengerti jalan pikiran cowok itu, dalam hati Yoga tertawa.
Bego banget. Mana mau cewek cantik kaya dia mau naik pesva bututnya.
"Lo malu ya naik motor gue."
"Apa?" Ucap Nadine setelah sadar dari pikirannya.
"Iya Lo malu naik motor pesva gue ini."
Nadine baru menyadari apa yang di maksud Yoga, membuatnya merasa bersalah karena tidak langsung menerima ajakannya dan membuat cowok itu tersinggung.
"Eh Gue nggak malu kok kak." Nadine gugup karena cowok itu terus saja menatapnya. "Ya udah gue mau."
"Kalo Lo nggak mau juga nggak papa, nggak usah terpaksa kaya gitu sama ngerasa bersalah juga."
"Kok Lo ngomongnya gitu kak. Gue mau kok dan gue juga nggak malu naik motor Lo." Nadine mendekati Yoga, kemudian duduk di belakang Yoga.
Yoga menatap Nadine dari kaca spionnya, sedangkan Nadine yang merasa di perhatikan balas menatap Yoga lewat sepion juga dengan senyum manisnya.
Kemudian Yoga menjalankan motornya menuju rumah Nadine dengan kecepatan yang sedang, dan sesekali melirik Nadine lewat kaca spionnya.
Keduanya sampai di depan rumah yang lumayan besar berwarna cream dengan halaman depan yang di tanami banyak bunga.
"Makasih ya Kak." Ucap Nadine setelah turun dari atas motor.
Yoga Hannya mengangguk saja. Namun saat ingin menjalankan motor, gadis itu memanggilnya.
"Kak Yoga."
Yoga menoleh namun tidak menjawab.
"Kenapa Lo pergi dari rumah, kasian Keyra tadi di kelas ngelamun terus."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lovely Girl
Teen FictionTidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, Bahkan hal hal yang tidak masuk akal pun akan terjadi jika di kehendaki oleh sang penciptanya. Seperti cinta yng tumbuh di hati Yoga untuk Nadine. Tetapi sayang jalan cinta mereka tidak semulus jalan tol. ...