7: Hardships she's been through

2K 236 7
                                    

"Aku jemput kalian lagi disini jam 3." Ujar manajer BTS saat Seulgi dan Jimin turun dari mobilnya. "Inget, Jim, hati-hati!" ujarnya lagi sebelum ia pergi meninggalkan Seulgi dan Jimin di sebuah taman sepi di pinggir sungai Han.

"Gue belum punya SIM hehe. Sorry ya." Jimin menggaruk-garuk belakang kepalanya yang sama sekali tidak gatal.

"Gapapa. Tapi gue jadi ga enak sama manajer lo, Jim."

"Gapapa, santai aja." Jimin sangat mencintai manajer hyungnya yang mau membantunya kali ini.

"Anyway, gimana kabar Taemin dan Kai?" Jimin pura-pura bertanya kabar kedua temannya itu untuk memulai pembicaraan dengan Seulgi. Padahal, ketiganya baru saja ada di panggung yang sama.

Bodoh sekali, Park Jimin!

"Eh? Ehm baik kayaknya. Gue jarang ngobrol sama mereka lagi, Jim."

"Masa sih? kalian kan satu agensi?" Jimin bertanya dengan polos karena ia memang tidak tahu bagaimana rasanya berinteraksi dengan grup yang satu agensi dengannya. Big Hit saat ini hanya punya BTS.

Seulgi menghela nafas mendengar pertanyaan itu. Sejujurnya, tawaran jalan-jalan Jimin ini datang disaat yang tepat. Seulgi sedang sangat jenuh dan merasa emosional. RV memang sedang berada di puncak, dan itu membuat Seulgi sangat bahagia. Tapi disisi lain, Seulgi juga memiliki banyak pikiran-pikiran negatif dibenaknya. Ia tidak menyangka bahwa menjadi artis tidak semudah yang ia bayangkan. Komentar-komentar haters, tuntutan agensi, dan hal-hal lain terkadang membuat Seulgi sedikit frustasi.

"Apa lo adalah salah satu diantara sekian banyak orang yang selalu nganggep artis dari agensi besar kayak gue ini beruntung, Jim?" tanya Seulgi tiba-tiba saat mereka menghentikan langkah mereka untuk duduk di sebuah bangku.

"Maksudnya?" Jimin tampak tidak mengerti. Ia kemudian membuka dua buah kaleng bir dengan kadar ringan yang ia bawa dan menawarkan salah satunya pada cewek itu.

"Yah.. kamu tahu.. seringkali orang bilang bahwa kami memanfaatkan nama besar agensi kami untuk sukses. Banyak yang bilang kami tidak se-berbakat itu, over-rated." Seulgi meneguk bir yang ditawarkan Jimin seperti sedang kehausan. 

Jimin terbelalak melihat tingkah Seulgi, ia refleks mencengkram tangan Seulgi yang sedang memegang kaleng bir, memberinya sedikit paksaan untuk turun, untuk berhenti meneguk bir itu. Seulgi tidak melawan.

Wait! Apakah Seulgi barusan bilang 'kamu'?

"Ada yang bilang, kami hanya bermodal paras cantik. Dance kami tidak keren. Lagu kami buruk." Seulgi melanjutkan

"Apa kamu juga berpikir kayak gitu, Jim?" Tanya Seulgi tanpa melihat ke arah Jimin.

Jimin kaku. ia tidak tahu harus bagaimana menghadapi cewek yang disukainya ini. Saat ini, cewek itu terlihat sangat.. broken. Jimin bisa merasakan betapa Seulgi sedang hancur dan sedih. Mata ceria Seulgi yang membuat Jimin jatuh hati tidak ia temukan hari ini. Nada suara Seulgi terdengar parau.

"Oh? Eh? Enggak." Seulgi tersenyum miris mendengar jawaban Jimin yang terbata. Ah, cewek ini. Masih saja berusaha tersenyum disaat-saat seperti ini.

"Aku training selama 7 tahun. Disaat semua orang melewati masa remajanya dengan bahagia, berpacaran, main di taman bermain, dan melakukan hal-hal lainnya, aku menghabiskan waktuku untuk berlatih. Sepulang sekolah aku latihan. Saat libur sekolah aku latihan. Saat semua dengan leluasa berbagi foto atau cerita di SNS, aku hanya bisa menuliskan perasaanku di buku diary. Aku harus berhati-hati saat berhubungan dengan temanku. Aku harus melakukan berbagai perawatan dan diet agar penampilanku baik. Disaat orangtuaku menghadapi masa sulit, aku tidak bisa apa-apa selain pergi latihan dengan sungguh-sungguh."

Jimin merasa dadanya baru saja membentur sesuatu. Cerita Seulgi mengingatkannya pada masa-masa sulit yang ia alami saat ia belum debut.

'Aku juga melewati masa-masa sulit itu, Seul' ujar jimin dalam hati.

"Dan saat aku debut,orang mengatakan bahwa kesuksesanku berkat nama besar agensiku." Seulgi melanjutkan.

"Pernahkah mereka berpikir seberat apa rasanya membawa beban itu? Saat semua seniormu sukses, saat kamu tahu bahwa banyak uang yang dihabiskan untuk membuatmu debut, apakah mereka tidak berpikir bahwa itu membuat kami harus bekerja dua kali lipat lebih keras?"

"Aku... aku sudah melewati berbagai seleksi untuk bisa debut saat ini. Aku sudah menyaksikan teman seperjuanganku debut lebih dulu dan meraih kesuksesan besar sementara aku masih berada di ruang latihan. Aku berterimakasih atas semua dukungan fans dan juga senior-seniorku. Tapi, entah kenapa mendengar komentar-koemntar jahat tentang aku dan member lain, aku merasa sangat sakit, Jim." Seulgi tidak bisa membendung  airmatanya.

"Ah.. aku kenapa sih." Seulgi mengipas-ngipas tangannya sambil memaksakan senyum untuk menutupi air mata yang sudah terlanjur mengalir itu.

Kali ini, Jimin kehabisan kata-kata untuk merespon curhatan Seulgi. Jimin tidak pernah menyangka betapa berat kehidupan Seulgi. Selama ini ia dan para membernya selalu menganggap bahwa mereka telah bekerja dengan sangat keras untuk ada di posisi ini. Mereka melewati masa-masa yang sangat sulit. Mereka iri dengan artis-artis dari agensi besar yang selalu sukses dan terkenal bahkan tidak lama setelah memulai debut. Ternyata, mereka salah. Semua yang ada di dunia hiburan melewati masa-masa yang sama sulitnya. Jimin tiba-tiba rindu dengan para membernya. Ia hanya ingin memeluk mereka dan bersyukur atas apa yang ia miliki sekarang. Ia memang telah menghadapi rintangan yang panjang untuk ada di puncak seperti saat ini, tapi ia bersyukur bahwa ia tidak perlu menanggung beban ekspektasi tinggi seperti yang RV dan artis-artis agensi besar lainnya dapatkan. 

Artis dari agensi kecil bisa saja gagal, hanya menjadi artis mediocre. That's okay because no one expect them to be so.Tapi bagaimana jika artis dari agensi besar gagal disaat semua orang meletakkan ekspektasi yang begitu tinggi pada mereka?

Jimin menepuk pundak Seulgi yang masih sibuk menghentikan tangisnya dengan tawa-tawa kecil yang dipaksakan. "Its okay, Seul."

"It's okay to be not okay."

Seulgi menghentikan aktivitasnya. Ia menatap Jimin, kaget dengan kata-kata yang ia barusan ucapkan. Itu adalah kata-kata yang pernah kai ucapkan. Tapi saat ini bukan Kai yang ia pikirkan, ia justru merasa bahwa detik itu juga, Kai telah pergi meninggalkan pikirannya. Seulgi merasa ada sosok baru yang diam-diam memasuki pikirannya, pria itu adalah pria yang saat ini berada di hadapan Seulgi.

Seulgi memeluk Jimin dan menangis keras di pundaknya.

Behind The FlashTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang