"Masih inget aku, Seul?" lelaki itu tersenyum sinis.
Seulgi mematung beberapa saat, ia berada diantara ketakutan dan rasa penasaran yang besar. Mendengar suara laki-laki itu saja sudah cukup membuat tubuh Seulgi bergetar karena ketakutan. Seulgi melirik pria dengan pakaian serba hitam itu dengan hati-hati.
Kim Jaejoon!?
"Udah inget, Seul?" Pria itu tersenyum. Senyum yang justru membuat Seulgi semakin bergidik.
"Pasti inget dong, masa kamu lupa sama aku." Seakan bermonolog, pria itu menjawab pertanyaannya sendiri.
Ia berjongkok untuk menyamakan level pandangannya dengan Seulgi yang terikat di kursi kayu. Dengan seksama ia menginspeksi setiap detil wajah Seulgi yang pucat. Kebahagiaan luar biasa baginya bisa sedekat ini dengan Seulgi, terlebih lagi dengan kondisi dimana Seulgi tidak bisa menolaknya. Ia perlahan mendaratkan tangannya di pipi Seulgi. Air mata Seulgi mengalir semakin deras.
"You know how much I've missed you, right?" Pria bernama Jaejoon itu menatap Seulgi penuh kasih sayang. Sayangnya, bagi Seulgi itu justru terlihat mengerikan.
"I'm your biggest fan ever, Seul. Dari dulu. Kamu harusnya berterimakasih. Aku ini fans pertama kamu loh." tangan Jae menjelajahi fitur wajah Seulgi hingga berakhir pada kain yang menyumpal mulut Seulgi. Ia tersenyum puas beberapa detik dan melepaskan ikatan kain tersebut.
"Since I let this off, you have to answer me Seul. Do you miss me?"
Seulgi memilih diam.
"Lepasin!"
Pria itu malah tersenyum melihat ekspresi Seulgi. Kemudian ia mengecup bibir Seulgi dengan kasar. Dan cepat.
Seulgi terlalu shock untuk dapat bereaksi. Airmatanya mengalir lebih deras. Meskipun kini ia bebas bersuara, Seulgi tidak punya kekuatan dan keberanian untuk berteriak. Jangankan untuk berteriak, ia bahkan menahan suara tangisannya. Pria itu tampak sibuk membuka kaleng bir yang baru saja ia keluarkan dari plastik minimarket di sudut ruangan. Ia menyeret sebuah bangku ke depan Seulgi dan duduk menghadap Seulgi seraya meneguk bir kalengan tersebut.
"Gimana rasanya debut? Enak ya, jadi terkenal?"
Tidak ada jawaban. Seulgi malah memalingkan wajahnya.
"Setelah aku ditendang dari agensi anj*ng itu, kenapa kamu nggak pernah ngehubungin aku, Seul?"
Lagi-lagi hening.
Pria itu tertawa keras. Tidak tahan dengan keheningan Seulgi, ia mencengkram dagu Seulgi dengan telapak kirinya, memaksa gadis yang tengah gemetaran itu melihat kearahnya.
"Jawab, Seul"
Seulgi memberanikan diri menatap dua mata tajam pria yang dahulu adalah teman traineenya. Ya, Jaejoon dan Seulgi dulu berteman. Sayangnya, baru 2 bulan menjalani trainee, sifat psikopat Jaejoon diketahui oleh agensi. Ia terpaksa dikeluarkan karena dianggap sering membahayakan trainee lain, termasuk Seulgi. Namun, Seulgi yang polos pada saat itu justru menjadi teman yang selalu menguatkan Jaejoon saat ia terkena masalah. Terus menerus begitu sampai pada akhirnya Seulgi sendiri hampir menjadi korban. Berkat paksaan teman-temannya yang lain, Seulgi pun memutuskan kontak dengan Jaejoon sejak ia resmi dikeluarkan.
"Maaf, Jae...." cuma kata itu yang ada dipikiran Seulgi saat ini.
Jaejoon melepaskan cengkramannya dan kembali pada posisi duduknya. Meneguk bir dengan santai sembari memandangi Seulgi. Tanpa suara. Which makes it feels more creepy bagi Seulgi. Ia kemudian dengan perlahan meletakkan birnya, dan mendekatkan wajahnya ke wajah Seulgi. dengan lembut ia mengelus pipi, dagu, hidung, dan mata Seulgi.
Jimin, member Red Velvet, Orangtuanya, dan semua orang yang ia sayangi terlintas begitu saja di pikiran Seulgi saat ia tak mampu berbuat apa-apa atas perlakuan pria gila itu.
Please, Save Me!
Seulgi berteriak dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Flash
FanfictionSeulgi tidak pernah menyangka bahwa dirinya resmi menjadi trainee di agensi no.1 di Korea, SM. Entertainment. Ia juga tidak pernah menyangka bahwa menjadi artis tidak semudah ia bayangkan. Banyak hal yang ia dapatkan, banyak juga yang harus dikorba...