"BUGGHH"
Seulgi membuka matanya dan mendapati tubuh Jaejoon berada di lantai.
Kemudian ia melihat sosok yang sangat familiar mendekatinya dengan tergesa-gesa.
Park Jimin.
"Seul!" Jimin setengah berteriak menghampiri Seulgi yang tak berdaya terikat di kursi kayu. Dengan sigap ia melepas semua ikatan yang ada untuk membebaskan gadis itu.
"Tenang Seul. Kamu aman sekarang. Tenang, gapapa. Semua akan baik- baik saja" Kata-kata tersebut keluar berulang-ulang dari mulut Jimin sembari ia berusaha membebaskan Seulgi. Meskipun kata-kata itu untuk Seulgi, Jimin terdengar seperti sedang menenangkan dirinya sendiri yang juga panik melihat Seulgi dengan kondisi tersebut.
Seulgi memeluk jimin dengan instan tepat setelah seluruh tali yang mengikat tubuhnya terlepas. Ia menumpahkan tangisan yang tadi sempat ia tahan pada pundak Jimin. Jimin membalas pelukan gadis itu. Ia menepuk punggung Seulgi sambil terus mengeluarkan kata-kata penenangnya tadi.
Sesaat setelah Jimin melesat menuju Seulgi, Jaejoon tampak berusaha untuk bangkit. Sayangnya, usaha tersebut digagalkan oleh Taehyung, yang melayangkan tinjunya menyusul Jimin tadi.
"Hyung, udah." Jungkook menahan Taehyung yang terlihat belum puas sehabis memberikan pelajaran kedua untuk Jaejoon.
Berkat Jungkook, Taehyung mengurungkan niatnya untuk melemparkan pukulan yang ketiga. Pria gila yang telah menculik Seulgi itu saat ini benar-benar sudah kehabisan tenaga dan membiarkan tubuhnya berbaring sambil menahan sakit pada rahangnya. Setelah memastikan bahwa pria itu tidak berkutik, Taehyung dan Jungkook mengalihkan pandangan mereka pada Jimin dan Seulgi yang sedang berpelukan.
"Kamu gapapa kan, Seul? Ada yang sakit? " Jimin melepas pelukannya perlahan untuk memastikan bahwa Seulgi baik-baik saja. Secara fisik.
Seulgi yang masih menangis hanya menggeleng. Seulgi memang baik-baik saja, ia hanya merasa rahang dan bagian tubuh yang terkena tali sedikit nyeri. Selebihnya, bukan luka fisik yang membuat Seulgi belum berhenti menangis.
"Jimin hyung, Hoseok hyung udah bawa mobil di depan. Ayo kita antar Seulgi noona pulang." Jungkook menginterupsi dengan hati-hati.
***
Suasana di mobil sangat hening. Hanya terdengar sisa-sisa isakan Seulgi yang masih di ada di dalam dekapan Jimin. Mereka duduk di bangku belakang bersama Jungkook. Sementara Hoseok yang menyetir dan Taehyung yang menjadi co-pilot nya.
"Kalian.. bagaimana kalian bisa ada disini?" Seulgi akhirnya memecah keheningan.
"Kami membuntuti Jimin." Hoseok menjawab. Ia melirik Taehyung yang juga melirik kearahnya.
"Iya, noona. Aku, Jungkook dan Hoseok hyung membuntuti Jimin. Jimin berlagak aneh pagi tadi, jadi aku pikir ia pasti menyembunyikan sesuatu dari kami." jelas Taehyung.
"...dan ternyata benar" tambahnya kemudian.
Seulgi merasa awkward sekaligus merasa bersalah atas kejadian yang dialaminya hari ini.
"Mian..." Seulgi menundukkan wajahnya. Atara malu dan merasa bersalah karena kebohongan mereka hari ini berujung pada kejadian yang sangat menyeramkan.
"Aku yang harusnya minta maaf karena nggak bisa ngejagain kamu, Seul." ujar Jimin menanggapi permintaan maaf Seulgi.
"Sudahlah. Ini bukan salah siapa-siapa. Siapa yang mengira akan ada kejadian begini, kan?" Hoseok menimpali. Ia sangat peka dengan keadaan Seulgi saat ini. Sepertinya bukan saat yang tepat untuk menyalahkan siapapun ditengah kondisi Seulgi yang masih shock.
"Yang penting noona baik-baik saja kan?" tanya Jungkook yang sedari tadi memilih diam.
Seulgi hanya mengangguk.
"Maaf.. tapi, aku mau tanya.. Tadi..ada nggak..orang yang tau kejadian ini selain kita?" Seulgi rupanya tidak terlalu memikirkan kondisinya sendiri, ia lebih khawatir jika kejadian ini sampai diketahui oleh publik. Itu tidak akan baik untuk citra BTS dan Red Velvet saat ini.
"Enggak. Aku udah pastiin tadi emang nggak ada yang ngelihat kita. Untung aja tempat tadi memang lagi sepi."
"Dan Jaejoon..ia tidak akan berani macam-macam. Kalau ia sampai membawa ini ke publik, ia sendiri yang akan menanggung akibatnya. Kita bisa menuntutnya untuk pasal kekerasan."
Seulgi sedikit lega mendengar penjelasan Taehyung. Baginya, yang terpenting saat ini ia tidak menyebabkan kekacauan untuk grup Jimin dan grupnya sendiri.
***
"APA!?" Manajer RV seperti terkena serangan jantung mendengar pengakuan Seulgi yang tiba-tiba pulang ditemani oleh empat anggota Bangtan.
Seulgi dibantu oleh Jimin dan 3 anak Bangtan lainnya menjelaskan kronologis kejadian yang baru saja mereka alami. Suara Seulgi masih bergetar dan ia terdengar begitu trauma menjelasakan musibah itu. Sesekali Jimin ikut berbicara. Jimin juga sesekali meraih tangan Seulgi untuk menenangkan hati gadis tersebut. Sayangnya, aksi itu tidak pernah bertahan lama karena manajer RV memberikan 'death glare' setiap kali melihat Jimin mengenggam tangan Seulgi.
"Seul, kamu ke kamar sekarang. Biar oppa yang urus ini." perintah manajer Seulgi yang saat ini sedang sakit kepala memikirkan kekacauan yang telah dibuat oleh bocah-bocah di depannya ini.
"Dan kalian. Aku berterimakasih kalian sudah menyelamatkan Seulgi. Tapi masalah ini tidak sampai disini saja. Kita harus selesaikan ini bersama-sama."
Jimin tahu kemana arah pembicaraan ini.
"Aku ingin bertemu dengan manajer kalian, tolong bilang padanya aku ingin menemuinya malam ini."
Mau tidak mau ia harus menceritakan hal ini pada manajer, dan member BTS lain yang belum mengetahuinya. Tamatlah riwayat Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Flash
FanfictionSeulgi tidak pernah menyangka bahwa dirinya resmi menjadi trainee di agensi no.1 di Korea, SM. Entertainment. Ia juga tidak pernah menyangka bahwa menjadi artis tidak semudah ia bayangkan. Banyak hal yang ia dapatkan, banyak juga yang harus dikorba...